8. Pertemuan.

541 54 4
                                    

Pagi itu, Gabriel berangkat seperti biasa di sekolah. Senyumnya semakin merekah saat melihat teman sebangkunya telah berada di kelas.

“Hai sahabatku, cintaku, kesayanganku.” Sapanya.

“Hai juga sahabatku.” Balas Amanda singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca.

Gabriel mengerutkan dahinya dan mulai bersikap dramatis. “Kok kamu nggak balas cintaku, Bub?”

Amanda sontak memutar matanya malas, “Gausah aneh-aneh, ditabok Callista protol gigi gue entar.” Jawabnya ketus.

Gabriel tertawa garing, menurutnya jawaban Amanda sedikit lucu.

“Baru inget gue punya pacar.”

Gabriel terdiam sejenak, seperti ada yang terlewatkan. Setelah itu kedua bola matanya melotot. “LAH IYA GUE PUNYA PACAR!”

Amanda terkejut, “kenapa teriak si?! Untung cuma gue sama lo yang disini.” Amuknya sambil memukul Gabriel dengan buku yang ia pegang.

Gabriel tak menghiraukan Amanda, dengan gerakan cepat dan raut cemas ia membuka layar ponselnya.

Cengeng

|ellaaaaa
05.32

|bangun heh sekolahhh!!
05.45

|WOY
05.55

Astagfirullah|
Maaf-maaf, lupa klo punya pacar|
:(((|
06.05

|oh, lupa?
|oh gt la? gt? ckp tw ajsh.
06.06

Ih jangan ngambek donkkkk|
Nanti ak jajanin bakso pak Ateng!|
:((|
06.06

|deal.
06.07

Gabriel menghembuskan nafas panjang dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Amanda menatap gadis itu heran, “Kenapa deh? Si Callista ngamuk?”

“Bentar doang, gue sogok bakso soalnya.”

Amanda tertawa sebentar, lalu kembali membaca bukunya.

Tak selang lama, siswa-siswi penghuni kelas mulai berdatangan. Membuat kelas yang awalnya sunyi, kini menjadi bising.

Amanda berdecak pelan, ia membenarkan kacamatanya sejenak. “Aduh berisik banget deh, kaya gapernah ngomong setahun aja.”

“Ya namanya juga kebun binatang.” Ujar Gabriel sambil menatap salah satu temannya yang berteriak tak jelas.

“Contohnya tuh orang, mulutnya pengen gue kuncir.” Gabriel menunjuk orang yang dimaksud dengan dagunya.

Amanda mengangguk setuju, “kantin ajalah.” Ia beranjak dari kursinya, mengajak Gabriel pergi.

Gabriel ikut beranjak, ia menyusul Amanda dan berjalan disampingnya.

“Btw, Geb. Gimana? Lo jadinya mau nampilin apa?” tanya Amanda.

Gabriel menaruh jari telunjuknya di dagunya, “itu dia, gue masih pusing mau nyanyi lagu apa.”

“Balonku ada lima bagus tuh.” Saran Amanda meledek.

Gabriel menatap datar gadis disampingnya. “Mulut lo sini gue kuncir.”

Amanda tertawa ringan dan kembali menatap kedepan.

Saat mereka akan melewati ruang guru, Amanda menghentikan langkahnya. Membuat langkah Gabriel otomatis ikut berhenti dan mengikuti arah pandang Amanda.

“Itu, Derby bukan?” Amanda menunjuk laki-laki jangkung tengah berdiri bersandar pada tembok ruang guru.

You're PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang