16. Peringatan.

413 48 2
                                    

Gabriel duduk di atas sofa sambil menumpu dagu. Belasan menit berlalu semenjak ia menginjakkan kaki ke dalam rumah megah ini. Selepas ia mengantarkan Callista pulang, ia langsung pergi menuju rumah Angeline saat gadis itu mengirim pesan singkat.

Tangan Gabriel terjulur untuk mengambil segelas susu yang disediakan di atas meja untuknya dan meminumnya.

"Sorry, lama ya?"

Gabriel menoleh saat suara seorang gadis terdengar di telinganya. Ia meletakkan gelas susu itu sambil menggelengkan kepalanya, "nggak juga."

"Ayo berangkat sekarang." ajak Angeline sambil berjalan keluar rumah, diikuti dengan Gabriel di belakangnya.

"Gue udah pesen makannya, kita tinggal beli air minum doang." ungkap Angeline.

Gabriel praktis menoleh. "Lah, terus ngapain bawa mobil? Pake motor kan bisa?"

Mendengar itu, Angeline mendelik pada Gabriel saat hendak membuka pintu mobil. "Gue gak mau hasil nyatok gue setengah jam rusak." cetusnya.

Gabriel manggut-manggut sambil ikut masuk kedalam mobil. Saat hendak memakai seatbelt, gadis yang duduk di kursi kemudi kembali bersuara. "Sekalian, gue mau ke Gramedia. Mau beli buku." katanya sambil menghidupkan mesin mobil.

"Oke," balas Gabriel singkat.

Setelah membeli beberapa kotak air minum, mereka pergi menuju Gramedia yang berada di dalam sebuah Mall.

Gabriel memisahkan diri dari Angeline yang sibuk memilih novel. Rasanya membosankan jika harus ikut ngalur-ngidul membuntuti gadis itu.

Disinilah ia sekarang, berdiri pada jajaran buku komik yang di tata rapi. Jujur saja ia ingin membeli salah satu buku komik itu, tapi percuma saja. Nanti juga tidak akan terbaca olehnya.

Saat sedang asik melihat-lihat komik, seorang gadis yang berada di ujung rak membuatnya mengernyitkan dahi.

Gabriel mendekati gadis itu dan berhenti dibelakangnya, melihat apa yang sedang dibacanya hingga tak menyadari keberadaan Gabriel.

"Shela?"

Dukk!

Shela tampak terkejut saat berbalik badan hingga menabrak rak dibelakangnya. Karena goncangan itu, beberapa buku di rak atas terjatuh.

"Oh!" Gabriel dengan cepat mengangkat kedua tangannya dan melindungi kepala Shela dari buku itu.

Setelah memastikan tak ada lagi buku yang terjatuh, Gabriel beralih menatap Shela yang masih memejamkan matanya erat.

"Kamu nggak pa-pa?" Gabriel bertanya dengan tatapan cemas terpancar di kedua bola matanya.

Shela perlahan membuka mata dan menggerakkan tangannya, "aku tidak apa-apa."

Gabriel menghembuskan nafas lega, dan merapikan kembali buku yang berserakan. Saat hendak meletakkan buku terakhir, pundak Gabriel di tepuk beberapa kali oleh Shela, membuatnya kembali menatap gadis itu.

"Kamu sedang apa disini?" tanya Shela.

Gabriel mengangkat buku komik ditangannya, "lihat-lihat komik aja sih, terus aku liat kamu disini." balasnya.

Untuk waktu yang cukup lama, mereka saling terdiam dalam keheningan. Gabriel merasakan seperti ada yang mengganjal dari tatapan yang Shela berikan. "Apa kamu sakit? Kamu keliatan nggak nyaman." tanyanya pada gadis itu.

Shela kembali mengangkat kedua tangannya. "Tidak. Hanya saja, aku merasa kalau sesuatu yang buruk akan terjadi."

Tentu saja Gabriel kebingungan setelah membaca gerakan tangannya, "maksudnya?"

You're PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang