Malam setelah festival berakhir, seorang pria kembali ke rumah megahnya dengan langkah tergesa. Pria itu menatap sekelilingnya nyalang seolah ia membenci apapun yang dilihatnya sekarang.
"Pelayan! Kemari!" suaranya begitu keras hingga terdengar ke seluruh penjuru rumah.
Seluruh pelayan di rumah itu sontak berbondong-bondong mendekatinya dengan gemetar dan raut wajah ketakutan.
"Berikan saya kunci loteng!"
Alih-alih memberikan barang yang diminta sang majikan, mereka justru geming sambil menatap satu sama lain.
Mendengar kegaduhan yang terjadi, Yona–Mama Derby terlihat turun dari tangga sambil menatap suaminya cemas. "Sayang? Ada apa ini, kenapa berteriak?" tanyanya sambil menatap pelayan mereka.
Ayah Gabriel tak memperdulikan perkataan istrinya, "apa kalian tidak mendengar perintah saya! Bawa kemari kunci loteng, sekarang juga!"
Salah satu pelayan mendekat pada tuannya serta memberikan sebuah kunci yang diminta sambil berkata takut-takut "I-ini tuan."
Setelah mendapatkan yang diinginkannya, Ayah Gabriel kembali melangkah dan menaiki tangga untuk sampai di salah satu ruangan yang sama sekali belum pernah terjamah olehnya. Tapi saat sampai di depan ruangan itu, langkahnya terhenti saat istrinya menghadang tepat di depan pintu ruangan itu.
"Sayang, untuk apa ke ruangan kotor ini? Tidak ada apa-apa di sini," katanya lembut sambil berusaha menghentikan langkah suaminya.
"Bagaimana kalau kamu saja yang buka?" titah Ayah Gabriel datar.
Wanita itu sempat terlihat gemetar saat kunci itu diperlihatkan padanya, namun ia tetap mengambilnya dan perlahan membuka ruangan itu.
Klek!
Tepat saat pintu itu terbuka, Ayah Gabriel dengan cepat memasuki loteng dan melihat sekeliling loteng.
Tidak ada apa-apa, ruangan itu bersih. Hanya terdapat beberapa dan perabotan lama yang terlihat berdebu.
"Lihat'kan? Tidak ada apa-apa di sini, apa yang kamu cari?"
Tapi Ayah Gabriel tak berhenti sampai disitu saja, beliau berjalan ke pojok ruangan dan mengacak-acak barang yang berada di sana.
Sampai pergerakannya terhenti sejenak, tepat setelah memindah keranjang berisi tumpukan baju yang menutupi sebuah kotak tanpa tutup. Berisi sapu yang gagang nya telah patah menjadi dua bagian dan beberapa sabuk kulit dengan gesper besi.
Nafasnya tersengal, tubuhnya bergetar begitu parah ketika melihat bercak darah kering menempel pada gesper sabuk itu.
Yona terlihat sangat khawatir, namun berhasil mengontrol raut wajahnya. Perlahan wanita itu berjalan mendekat pada suaminya, "Gabriel dulu sangat nakal, jadi aku mendidiknya sedikit keras saat itu."
"Sedikit keras katamu?" Ayah membuang nafas tak percaya.
"APA PUTRIKU ITU SAMSAK BAGIMU?! BAGAIMANA KAMU BISA SEKEJAM ITU!!!"
Prak!
Ayah membanting sabuk itu dengan keras, beliau beralih menatap para pelayan rumahnya dengan tatapan menghunus tajam. "Apa yang kalian lakukan? Kalian pura-pura tidak tahu, membantunya, dan menutupinya dari saya. Apa imbalan untuk kalian setelah menghancurkan mental seorang gadis kecil?!"
Tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut para pelayan, mereka kompak menutup mulut mereka, memilih untuk menunduk dalam-dalam dan menerima amarah sang Tuan.
Ayah menarik nafas dalam-dalam, "terhitung mulai hari ini, kalian semua saya pecat!" Beliau menatap istrinya yang masih terpaku dengan sabuk di bawah. "Kamu, kemasi barang-barang mu dan pergi dari rumah ini sekarang juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
You're Precious
Romansa"Aku selalu rindu kamu, dan sepertinya tidak akan pernah berhenti." -Callista A ________________________ "Tuhan sudah menggariskan takdir kita, Cal." -Gabriela A