4. Pasar Malam.

595 54 2
                                    

Langit malam menyapa indra penglihatan Callista yang sedang berdiri di balkon. Seakan menunggu kedatangan seseorang.

Netranya menatap layar ponselnya yang menampilkan riwayat chatnya dengan seseorang.

Alay 🪁

|Nanti gue kesana jam 8
19.25

iya, oke|
19.26

|Jangan make rok pendek, gue bawa motor.
|Oh iya, pake jaket ato sweater. Angin malem gabagus buat badan
19.26

iya alay, iyaa|
19.26

|Sip, dandan yang cantik 🙇🙇
19.27

Begitulah isi chat mereka. Bubble chat yang Callista kirim tampak cuek memang. Tapi asal kalian tau saja, Callista mengirim bubble chat itu dengan cengiran bertengger di bibirnya.

“Kak, ngapain disini?” Raisha datang dengan membawa secangkir coklat panas ditangannya.

Callista berbalik dan melihat Raisha sedang mendudukan diri pada kursi terdekat.

“Nungguin, si Ella.”

Raisha sempat terdiam beberapa detik sambil menatap Kakaknya yang terlihat sangat rapi.

“Cie, mau ngedate ya lo?” Raisha menaik turunkan alisnya sambil tersenyum jenaka.

Callista hanya memutar matanya malas dan ikut menyicipi coklat panas buatan Raisha.

“Punya gue itu, seenaknya banget tinggal nyeruput.” Raisha mendengus.

“Pelit banget dah, gue minum juga ga sampe abis.”

Brum-brum..

Suara motor yang masuk pekarangan rumah mereka membuat mereka mengalihkan atensi mereka pada halaman rumah.

“Si Gebi tuh.” Raisha menunjuk Gabriel yang sedang turun dari motornya.

“Gue juga liat, orang punya mata.”

Raisha menatap sinis Kakak tercintanya yang meninggalkan dirinya setelah mendapat jawaban seperti itu.

“Itu orang kalo jawab nyelekit banget anjing.” Raisha mengelus dada.

“Rai, gue denger ya lo misuh!” Callista berkata dengan kencang dari dalam rumah.

“Kaga Kak, kucing tetangga noh dinamain anjing.”

Callista mengedikan bahunya lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda.

“Selamet-selamet.” Raisha mengalihkan pandanganya, melihat Gabriel yang kini sudah menyalami Papahnya yang sedang menyirami tanaman.

Kenapa Papahnya menyirami tanaman malam-malam? Raisha juga tidak tahu. Beliau selalu seperti itu setiap hari.

“WOY GEBOY!” Raisha berteriak dari atas sambil melambaikan tangannya keatas.

“DEK GAUSAH TERIAK-TERIAK, KAMU MAU PAPAH SIREM?” Papahnya mengarahkan selang air kearah Raisha.

“DIH?! PAPAH JUGA TERIAK YA!" Raisha menyilangkan tangannya didepan dada sambil menatap pria itu.

Gabriel hanya menyimak pertengkaran Bapak-Anak itu dengan tersenyum canggung dan menggaruk pelan lehernya.

Kemudian ia mengalihkan pandangannya pada seseorang yang baru saja keluar dari pintu utama rumah itu dan berjalan mendekat pada dirinya. Ia terdiam seraya memuji Tuhan dalam hati.

“Lo ini tadi nyuruh gue dandan cakep-cakep, eh sekarang lo malah cuma pake kaos.” Callista menghentikan langkahnya dan menggerutu pada Gabriel.

Gabriel sepertinya perlu diajari untuk berbicara lagi. Ia tiba-tiba lupa cara berbicara dan hanya diam menatap paras ayu Callista.

You're PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang