Mual

1.2K 93 2
                                    

Chapter 11. Mual

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hati-hati typo berserakan, kayak daun kering di musim gugur🍁🍂
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Jeno menatap pintu di depannya yang tidak tertutup dengan benar karena Rendy hanya mendorong asal. Dasar ceroboh, batinnya mengatai Rendy. Tapi hanya sampai disana Jeno tidak berniat membantu rendy menutup pintu dengan benar.

Bukan tanggungjawab nya juga, pikir Jeno tak peduli.

Jeno menunduk dan melihat makanan yang dia pesan. Tapi dahinya mengerut melihat keterangan nama dalam bungkusan makanan itu yang dimana Itu bukan makanan yang dia pesan tadi, sepertinya tertukar.

Jeno kembali melirik pintu di depannya, dengan berat hati dia harus menukarnya kembali.

"Huh nyusahin aja" gumam Jeno. Nanti dia harus kasih Abang kurir nya rating satu karena salah nganter makanan. Liat aja.

Jeno berjalan di depan pintu apartemen Rendy, meskipun dia bisa langsung membukanya karena pintu itu tidak tertutup sempurna, sebagai tamu dia masih harus bersikap sopan.

Sekarang baru ingat sopan santun yah Jen, kemaren mah langsung nerobos aja.

Jeno mengetuk pintu dengan keras tapi tak kunjung dia melihat Rendy datang. Karena tak sabar Jeno terpaksa menerobos, ingat terpaksa yah gaes.

Karena masih satu apartemen, otomatis bentuk bangunan keduanya sama, Jeno seperti memasuki apartemen nya sendiri ketika masuk. Hanya beberapa barang dan interior yang membedakannya.

Berjalan lebih kedalam, Jeno tak kunjung melihat Rendy. Tapi dia mendengar suara air mengalir dan orang muntah-muntah.

Eh? Karena merasa curiga Jeno mempercepat langkahnya ke sumber suara yang mana itu dari dapur. Dia pertama-tama melihat bungkusan makanan yang terbuka di meja makan. Nah, Itu makanan yang dia pesan. Lalu Jeno mengangkat kepalanya hingga akhirnya melihat punggung kecil Rendy yang kini orangnya tengah berdiri di depan wastafel.

Rendy merasa mual dan ingin muntah, tapi apa yang dia keluarkan hanyalah air bening. Tidak ada yang bisa dia muntahkan tapi perutnya tak nyaman.

Baru saja dia membuka bungkusan makanan itu, tapi yang dia lihat bukan makanan yang awalnya dia pesan. Tapi yang lebih menyebalkan adalah bau makanan itu membuatnya merasa mual dan ingin muntah.

"Ren Lo gapapa?" Jeno berjalan mendekat dan mengusap belakang leher Rendy untuk membantunya meredakan rasa mual.

Walaupun keduanya sudah menganggap masing-masing adalah musuh abadi. Tidak bisa disangkal bahwa mereka berdua hampir bisa dikatakan tumbuh bersama, apalagi kedua orang tua mereka berteman dekat. Dia masih ingat perkataan Tante Jihan, mamanya Rendy yang menitipkan Rendy padanya, meskipun pada akhirnya dia tidak bisa benar-benar menjaga Rendy.

Tapi jika keadaan Rendy seperti ini dia jadi tak tega, Jeno bisa merasakan bagaimana rasanya ketika dirinya sakit tapi tidak ada yang merawatnya.

Wajah Rendy sudah berubah pucat dan terlihat lemas. Tangannya tanpa sadar berpegangan dengan erat ke tangan kekar Jeno.

"Gak enak, gue ngerasa mual gitu"keluh Rendy tanpa sadar.

"Oke kita duduk dulu yah"Jeno mematikan kran air dan mengusap air di sudut mulut Rendy tanpa jijik sebelum membantu pemuda mungil itu berjalan ke meja makan dan mendudukkannya di kursi.

Tapi baru dia duduk, hidung Rendy mencium bau tak enak itu lagi, Rendy ingin kembali muntah dan menutup mulutnya. Lewat tatapan mata dia menatap Jeno dan menyuruhnya untuk membawa pergi jauh-jauh makanan bau itu.

For Our Baby 🔞 | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang