musuh kan?

857 75 4
                                    

Chapter 13. Musuh kan?

Selamat membaca
.
.
.
.
.
hati-hati dengan typo, gak berbahaya tapi menggangu.
.
.
.
.
.

Jeno mengalah dan pergi untuk mengambil bola basket di ruang prasarana lalu kembali ke lapangan di mana semua orang sudah menunggu. Dengan senyum miring dia memainkan atraksi kecil dengan bola itu dan matanya dengan sengaja melirik Rendy yang kini tengah menatapnya.

Jeno mengedipkan mata lalu melempar benda bulat itu ke Zayn yang langsung pemuda itu tangkap.

jika itu penggemar Jeno, mungkin mereka akan berteriak histeris ketika mendapatkan kedipan itu. Tapi ini jelas Rendy, bukannya merasa senang Rendy malah memutar mata dengan ekspresi jijik.

"Dih ngapain kedip-kedip gitu, cacingan kali nih orang"pikir Rendy menebak-nebak.

Kini mereka memiliki bolanya, tapi mereka juga melupakan sesuatu yang penting. Wasit!

Jeno menutup wajahnya untuk menahan tawa getir, baru kali ini mereka begitu ceroboh. Apa mungkin ini karena di pengaruhi oleh lawan mainnya? Mungkin saja begitu.

Tim Rendy tidak tahu masalah ini pada awalnya hanya ketika Jeno mengatakan pertandingan belum bisa di mulai karena tidak ada wasit barulah mereka tahu, tapi toh mereka hanya diam tidak bisa melakukan apapun.

Lebih tepatnya mereka tidak mau memikirkan masalah ini, mereka maunya terima beres dan langsung tanding aja. Soal masalah ini dan itu serahkan saja ke tim Jeno yang memang sudah berpengalaman?

Pada akhirnya Jeno menyuruh James dan Malik untuk pergi mencari orang. Awalnya keduanya menolak untuk pergi, kenapa gak tim lawan aja protes mereka. Tapi baik Zayn dan Jeno tidak menghiraukan protes-an itu dan tetap menyuruh mereka pergi.

Selagi menunggu Jeno pergi ke tribun dan duduk di sana, menyenderkan tubuhnya yang lumayan lelah karena telah mengikuti banyak kelas tapi masih tidak bisa pulang dan beristirahat karena pertandingan ini. Tapi sepertinya Jeno tidak merasa terlalu menyesal, matanya memandang Rendy yang duduk jauh darinya dengan senyum tertahan. Sebenarnya dia tidak memiliki niat untuk memandang pemuda itu, nanti dikira dia naksir lagi. Tapi salahkan pemuda itu sendiri, Jeno daritadi menyadari bahwa Rendy akan mencuri-curi pandang ke arahnya.

Memikirkan itu Jeno jadi memiliki perasaan narsis, ah jadi orang ganteng itu susah memang, akan selalu menarik perhatian orang lain untuk memandangnya, liat saja musuhnya yang bisa-bisanya masih bisa terpesona oleh dia.

"Ren, gue pulang aja yah, tandingnya dibatalin aja. Lagian tanpa wasit kita gak ada penengah"bujuk iyang.

Dia benar-benar tidak bisa bermain basket, nanti yang ada dia hanya akan mengacau.

"Gak bisa, kalau Lo pulang. Kelompok kita kurang orang!"tolak Rendy tegas. Dia memelototi iyang yang berisik karena terus merengek. Tapi sebenarnya Rendy juga mulai bosan karena pertandingan dari tadi tidak kunjung di mulai dan lagi perutnya mulai merasa lapar. Dia ingin pulang dan memakan camilannya di rumah. Biasanya jam segini dia udah rebahan dengan banyak camilan dan menonton Drakor, bukannya duduk dipinggir lapangan dan menonton Jeno.

"......"

Rendy tertegun sesaat sebelum akhirnya sadar dengan apa yang barusan melintas dipikirannya. "Gak mungkin, gue gak liatin Jeno!"

Iyang mengerutkan kening ketika Rendy mulai berbicara sendiri dengan wajah panik.

"Lo kenapa?"

"Gue gak liatin Jeno kok!!...UPS"Rendy menutup mulutnya karena keceplosan berbicara keras.

Iyang semakin bingung, hah emang siapa yang bilang Rendy lagi liatin Jeno. Gak ada dan lagi itu gak mungkin, Rendy gak mungkin liatin Jeno karena keduanya musuh kan? Gak mungkin dua musuh melakukan kontak mata kecuali keduanya mau mulai perang, pikir iyang.

For Our Baby 🔞 | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang