Chapter 16. Hamil
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Rendy.... hidup Rendy kayaknya udah gak lama lagi deh Tan"ujar Rendy dengan nada serius. Tapi wajahnya terlihat sedih dan tertekan.
Dia gak mau di periksa karena takut memiliki riwayat penyakit mematikan, tapi sekarang dia sudah di rumah sakit. Kemudian berfikir bahwa dia tidak bisa terus mengelak dari garis takdir. Jika memang dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi dia akan menerimanya dengan lapang dada. Dia cuma mau minta sama tuhan buat kasih bundanya anak lagi biar gak kesepian.
Lalu dia juga akan meminta pada Tuhan agar Jeno jomblo seumur hidup, dia gak rela jika nanti disaat dia terkubur di tanah dengan mimpi dan cita-cita yang belum tercapai sementara Jeno hidup bahagia, mencapai mimpinya dan juga menikah kemudian membangun keluarga dengan istri dan anak-anaknya. Rendy gak rela kalau sampai itu terjadi.
Pikiran Rendy mulai merambat kemana-mana memikirkan permintaan-permintaan nya kepada Tuhan sebelum dia mati, tidak menyadari bahwa dokter di depannya kini tengah memandang Rendy heran sekaligus aneh.
Kenapa tiba-tiba anak sahabatnya ini bilang kalau hidupnya udah gak lama lagi, apa Rendy memiliki riwayat penyakit yang tidak bisa di sembuhkan?
Reya menjadi sedikit khawatir jadi dia meminta penjelasan yang lebih rinci. "Maksud kamu, apa kamu punya penyakit serius?"tanya reya dengan nada hati-hati.
Di tanya seperti itu Rendy mengangguk kemudian menggeleng.
"Hah, maksudnya iya atau enggak?"tanya reya bingung.
"Rendy gak tau, Rendy takut mau periksa. Tapi dari gejalanya kayaknya iya. Soalnya beberapa waktu lalu Rendy sering mual dan muntah-muntah"jelas Rendy, wajahnya hampir memelas saat mengatakan itu.
"Mual?"
Rendy mengangguk sebagai penegasan.
Kemudian reya berfikir, penyakit apa yang memiliki gejala mual. Asam lambung? Tapi itu bukan penyakit yang cukup serius. Hamil? Reya tertawa dalam hati ketika kata itu terlintas di benaknya. Gak mungkin Rendy kan anak baik-baik dan juga setahunya Rendy tidak gay.
"Oke kalau begitu biar Tante periksa aja biar kamu gak overthinking, ayo baring lagi"suruh reya.
Rendy menurut, kembali berbaring dan membiarkan ibu dari musuhnya yang berprofesi sebagai dokter kandungan itu memeriksa perutnya.
Karena tidak tahu harus menatap kemana, mata Rendy akhirnya memperhatikan raut wajah dokter. Awalnya masih biasa tapi kemudian mulai mengerutkan kening lalu melotot kaget.
Saat melihat perubahan raut wajah itu, hati Rendy menjadi semakin deg-degan. Tuh kan, kayaknya bener deh dia punya penyakit dan hidupnya gak lama lagi. Kalau tidak, kenapa dokter memiliki raut wajah seperti itu setelah memeriksa tubuhnya.
Reya menelan ludah, masih sedikit kaget namun juga gugup. Tangannya kembali membenarkan pakaian Rendy kemudian kembali duduk di kursinya.
Rendy bisa merasakan keringatnya mengalir dari punggung sehingga baju nya terasa basah. hal yang biasa terjadi jika dia sedang gugup adalah keringatnya akan keluar secara berlebihan. Tapi sekarang tidak hanya itu, jantungnya juga berdetak kencang seolah-olah akan meledak di detik berikutnya.
dengan pelan Rendy turun dari ranjang rumah sakit dan duduk di hadapan dokter yang masih terlihat kebingungan, menata hatinya Rendy akhirnya siap mendengar kemungkinan terburuk.
"Tante, gapapa. Gak perlu gugup. Bilang aja berapa waktu yang tersisa sebelum Rendy meninggal, Rendy mau siap-siap bikin surat wasiat"kata Rendy pelan dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Our Baby 🔞 | NOREN
Fanfiction°Follow dulu sebelum membaca° katanya musuh, tapi kok tidur bareng mana sampe hamil pula. * * * gimana kalau kita gugurin aja - Rendika Pratama jangan ngaco! gue mau tanggung jawab! - Jendral Noffaleon ....... bxb area! mpreg! mengandung bahasa kasa...