Chapter 7. Hampir terulang
Selamat membaca, awas banyak typo bertebaran.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah aksi kejar-kejaran keduanya, Rendy dan jeno berakhir terlentang di lantai dingin apartemen, untung aja Rendy rajin mengepel jadi tidak perlu takut lantai nya kotor.
Nafas keduanya terlihat ngos-ngosan karena kejadian tersebut. Tapi Rendy tersenyum puas sebab wajah Jeno kini sama kotornya dengan wajahnya. Lihatkan kakinya meski tak sepanjang pemuda itu larinya cukup cepat.
Jeno merasakan bahwa tubuhnya menjadi dingin setelah bersentuhan dengan lantai, dirinya merasakan lelah akibat berlarian di dalam ruangan itu. Lalu tangannya terangkat meraba wajahnya dan merasakan lengket dari krim kue yang seharusnya berakhir di wajah Rendy saja, wajahnya tidak perlu. Tapi pemuda kecil ini memang bebal dan pendendam.
"Puas Lo"ucap Jeno melirik Rendy yang terbaring disisinya.
"Puas lah, tapi ini belum selesai"ucap Rendy.
Jeno mengangkat alis dan kembali waspada, tapi gerakan Rendy tak terbaca olehnya dan kini dia di kukung di bawah tubuh pemuda kecil itu.
Posisi yang aneh karena tubuh Jeno lebih besar dari Renjun sendiri.
Keduanya saling menatap, Rendy menatap Jeno dibawahnya dengan senyum sinis lalu sebelah tangan menahan bobotnya agar tak menimpa pemuda jangkung itu sementara sebelah lagi merayap ke bawah.
Jeno masih belum bereaksi dan terlihat kaget, tapi begitu merasa jari-jari tangan Rendy yang merayap disepanjang tangannya akhirnya Jeno tau maksud pemuda itu.
Jeno dengan sigap melempar handycam ditangannya lalu membalikan keadaan.
Rendy terkejut dengan gerakan cepat Jeno, melirik handycam yang coba dia ambil terlempar jauh lalu kini dia di kukung tubuh besar yang lain.
Rendy mendengus kasar "minggir"suruhnya ketus.
Jeno menyeringai lalu mengangkat tangan dan menghentikannya di dahi Rendy.
"Jangan macam-macam, Lo gak sepintar dan segesit gue"ujarnya sombong. Wajah Rendy semakin buruk lalu mengangkat tangan dan mendorong dada Jeno.
Tapi tubuh Jeno yang lebih besar dan lebih berat darinya tak bergeser sedikitpun.
Merasakan dorongan ringan dari bawah senyum mencemooh Jeno terbit. "Lemah"ledeknya.
Mata Rendy melotot lalu memukul dada Jeno keras.
"Apa Lo bilang? Lemah. Hey lemah-lemah gini gue pernah yah layanin Lo semalem suntuk, lupa Lo!"sembur Rendy emosi. Tak tau bahwa perkataannya sukses membuat Jeno terdiam.
Rendy yang awalnya biasa saja akhirnya terdiam juga lalu memalingkan wajah dan merutuk. 'astaga dia salah ngomong! Kenapa juga dia ungkit-ungkit masalah itu'
Jeno berdehem menetralkan gatal di tenggorokannya dan berniat bangkit dari tubuh Rendy. Tapi karena tangannya yang masih ternoda krim dan sedikit licin saat menyentuh lantai. Akibatnya Jeno ambruk dan kini sepenuhnya menindih tubuh Rendy.
Rendy yang merasakan beban berat ditubuhnya berteriak.
"Ahk anjing, sakit bangsat!!"amuknya memukul bahu Jeno.
"Astaga maaf-maaf, sabar dulu Napa. Tangan gue licin"kata Jeno berusaha bangkit.
"Sabar sabar, sakit bego. Badan Lo segede gajah gini juga"lanjut Rendy marah-marah.
Jeno memutar mata, lebay banget. "Lo aja yang badannya kaya semut gampang di injek"ledek Jeno.
Lalu pemuda itu mengangkat wajahnya dan menatap wajah kesakitan Rendy. Wajah yang abstrak karena kue itu kini tengah menahan sakit. Terlihat lucu, Jeno tersenyum lalu menoel pipi Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Our Baby 🔞 | NOREN
Fanfiction°Follow dulu sebelum membaca° katanya musuh, tapi kok tidur bareng mana sampe hamil pula. * * * gimana kalau kita gugurin aja - Rendika Pratama jangan ngaco! gue mau tanggung jawab! - Jendral Noffaleon ....... bxb area! mpreg! mengandung bahasa kasa...