Chapter 15. Rumah sakit
Hati-hati typo bertebaran.
Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jeno berjalan pelan dengan Rendy yang ada di gendongannya. Sengaja dia gak jalan cepat-cepat karena mengingat Rendy yang lagi sakit, tapi meskipun Jeno udah jalan dengan langkah yang hati-hati Rendy masih tetap akan protes karena katanya jalan Jeno sangat cepat yang membuat tubuh Rendy terguncang dan itu mengakibatkan perutnya jadi sakit.
"Gue udah pelan, elah. Lo udah dibantuin masih nyebelin yah"gerutu Jeno lalu sedikit membenarkan posisi Rendy yang merosot kebawah, dan berkata lagi "Ren, pegangan yang bener. Jangan main perosotan di punggung gue. Lo yang kenceng apa pegangan-jing!, jangan kenceng gitu juga!"teriak Jeno karena tangan Rendy malah mencekiknya.
Rendy memutar mata malas, kupingnya panas denger ocehan Jeno. Dia juga gak mau merosot terus tapi salahin baju Jeno yang bahannya licin dan lagi keringet Jeno dilehernya buat licin juga. Dan kenapa dia protes Jeno jalannya cepet ya karena menurutnya jalan Jeno masih cepet. Perutnya lagi gak enak buat diguncang-guncang maka dari itu dia minta Jeno jalannya pelan.
"Gue udah pegangan yah, baju Lo tuh yang salah. Bahannya kok licin, itu kain apa pelumas!!"semprot Rendy keras.
Tapi meski begitu, Rendy memeluk Jeno dengan mantap, wajahnya dia benamkan di punggung lebar Jeno karena dengan begitu dia merasa gejolak diperutnya sedikit di redakan oleh tindakan ini.
Ketika mendengar itu mata Jeno melotot lebar "astaga mulut Lo, kalo ada yang denger gimana!"ujar Jeno panik sendiri. Gak ada yang salah sih sama kata-katanya cuma masa bajunya di samain sama pelumas, itu kan buat- Jeno segera menggeleng pelan, menghapus bayangan pelumas di pikirannya.
Tapi Rendy bingung, emang dia salah ngomong yah. Cuma bilang pelumas buat motor aja kaya abis bilang sesuatu yang rahasia aja.
Tapi Rendy tidak ingin membalas kata-kata Jeno lagi, dia memilih memejamkan mata dan menghirup bau Jeno banyak-banyak dan berusaha untuk tidak bermain perosotan di punggung lebar Jeno.
Ketika sampai di parkiran, Jeno bertanya dimana motor iyang, Renjun menunjuk motor putih yang di parkir di pojok. Setelah melihatnya Jeno berjalan lalu meletakan Rendy dengan hati-hati di atas motor.
Mengambil helm dan kemudian memakaikannya di kepala Rendy, gerakannya sangat santai. Entah Jeno tidak sadar atau hanya refleks. Rendy juga dengan patuh diam ketika di pakaikan helm. Setelah itu Jeno memakai helmnya sendiri dan naik motor.
Hanya setelah motor melaju membelah jalanan menuju rumah sakit, Jeno akhirnya ingat apa yang dia lakukan tadi.
"Kok gue bisa-bisanya pakein dia helm, kan bisa ngasih terus nyuruh dia pake sendiri?"bingung Jeno.
Jeno aja bingung apalagi saya:)
Tapi karena udah terjadi, Jeno juga gak bisa apa-apa. Masa dia mau berhenti dulu cuma buat ulang adegan tadi dan menyuruh Rendy memakai helm sendiri, yang ada repot.
Karena itu Jeno hanya bisa mengabaikannya, anggap aja dia lagi khilap tadi.
Mengendarai motor dengan pelan, Jeno melirik ke kaca spion untuk melihat kendaraan di belakang. Tapi tiba-tiba dia malah salfok sama pemuda di belakangnya.
Mata Rendy terpejam, angin sore menerbangkan beberapa helai rambut yang keluar dari helm. Secara keseluruhan pemandangan itu sangat indah apalagi ada tambahan sinar oranye dari matahari sore, sangat damai ketika melihatnya. Ternyata Rendy kalau matanya terpejam itu wajahnya jadi enak di pandang, eh kalau lagi sadar juga enak di pandang sih. Cantik, lucu apalagi kalau matanya melotot lebar, cuma ya gitu kalau orangnya sadar sifat bar-bar nya bikin geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Our Baby 🔞 | NOREN
Fiksi Penggemar°Follow dulu sebelum membaca° katanya musuh, tapi kok tidur bareng mana sampe hamil pula. * * * gimana kalau kita gugurin aja - Rendika Pratama jangan ngaco! gue mau tanggung jawab! - Jendral Noffaleon ....... bxb area! mpreg! mengandung bahasa kasa...