Chapter 18. Tanggung jawab
Hati-hati typo bertebaran.
Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jeno tidak tahu apa salahnya sampai-sampai mendapat jeweran dari sang bunda begitu dia kembali. Tapi tadi dia mendengar kata gay dan hamil yang di ucapkan bundanya.
Jeno bingung kenapa dua kata itu di tuduhkan padanya, siapa yang hamil? Seingatnya Jeno tidak pernah merusak gadis manapun. Jeno ini anak baik-baik, dia masih punya akal sehat untuk tidak melakukan itu sebelum ada ikatan pernikahan. Lalu untuk gay, Jeno berani bersumpah dia masih suka cewe! Kalau jelita gak jadian sama anak kedokteran itu udah di pastiin dia bakalan pacaran sama jelita yang notabenenya adalah cewek, jadi dimana letak ke-gay-annya! Lagipula dua kata itu menurutnya tidak nyambung sama sekali!
Tapi Jeno curiga kalau Rendy adalah pelakunya, siapa lagi pasti cowok itu mengatakan yang tidak-tidak pada bundanya! Pasti begitu. Jeno masih menahan tangan bundanya dan sedikit merengek seperti anak kecil supaya jeweran itu segera terlepas.
"Bun telinga Jeno sakit, lepasin dulu nanti copot gimana!"
Reya tidak mengindahkan kata-kata itu dia semakin keras menjewer telinga Jeno, tapi sudut matanya melirik ke arah Rendy. Melihat pemuda mungil itu tersenyum dan tertawa dia merasa sangat bahagia, akhirnya Rendy sedikit rileks dan bisa tersenyum setelah tadi dia murung karena fakta bahwa dia tengah hamil. Ya meskipun harus mengorbankan Jeno, reya tidak keberatan.
Tapi ketika dia kembali melihat anaknya, Jeno sudah memiliki mata merah dan telinganya juga merah. Reya jadi merasa sedikit kasihan dan akhirnya melepaskan tangannya.
Jeno mengusap telinganya dengan perasaan sedih, gimana gak sedih dia gak tau dimana salahnya tapi mendapatkan jeweran yang super duper menyakitkan dari sang bunda, mana ada Rendy lagi, dia kan malu.
"Bun, Jeno bilangin ayah nanti"gumam Jeno mengancam bundanya. Tapi dia tahu kalau ancaman ini gak berguna.
Di rumah meskipun ayahnya adalah kepala keluarga, tahta tertinggi tetaplah bundanya. Bahkan untuk beberapa waktu ayahnya akan merasa segan terhadap bundanya, plus ayahnya itu bucin akut jadi meskipun dia anak kandung apalah dayanya jika di bandingkan dengan sang bunda yang merupakan belahan jiwa. Jadi sudah pasti ayahnya akan membela sang bunda soal masalah ini.
"Apa, mau ngadu? Silahkan bunda gak takut yah sama ayah kamu. Tapi sebelum kamu yang ngadu bunda ngadu lebih dulu sama ayah kalau kamu bikin anak orang hamil!"kata reya kejam.
Mata Jeno melotot mendengar itu, dia gak terima yah. Kalau bunda beneran ngadu begitu itu namanya fitnah, orang Jeno gak pernah hamilin anak orang.
"Itu fitnah namanya, Jeno gak pernah yah tidur sama cewek, mana mungkin bikin anak orang hamil"bantah Jeno sedikit kesal. Apa sih yang udah di ucapkan Rendy sama bundanya sampe dia mendapatkan fitnah kejam seperti ini.
"Bukan cewek, bunda ngomongin cowok. Kamu pernah tidur bareng cowok kan!"
"Engg-"kata-kata Jeno berhenti di ujung lidahnya.
Itu, kok bunda tahu.
Jeno terlalu kaget karena bundanya menebak dia pernah tidur bareng cowok, tidak sadar dengan paruh kalimat pertama bundanya yang mana sebenernya itu adalah poin utama yang ingin di sampaikan reya.
"Tuh kan kamu gak bisa jawab"
Jeno benar-benar bungkam kali ini, ya gimana, mau bilang enggak tapi emang dia pernah tidur sama cowok, cowoknya juga ada di ruangan ini. tapi kalau langsung nge-iya-in, ya dia malu lah.
Tapi di bandingkan itu, Jeno merasa tak percaya pada Rendy yang bisa-bisanya mengadu soal ini ke bundanya. Bukannya mereka udah sepakat buat gak nyebarin soal ini? Ah tapi Jeno lupa, ini Rendy. Bahkan sekarang satu kampus udah tau kalau dia udah gak perjaka. Tapi tetap saja beda, ini bundanya loh. Bisa-bisanya Rendy mengatakan hal tabu seperti itu kepada bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Our Baby 🔞 | NOREN
Fanfiction°Follow dulu sebelum membaca° katanya musuh, tapi kok tidur bareng mana sampe hamil pula. * * * gimana kalau kita gugurin aja - Rendika Pratama jangan ngaco! gue mau tanggung jawab! - Jendral Noffaleon ....... bxb area! mpreg! mengandung bahasa kasa...