masakan bunda

865 111 3
                                    

Chapter 21. Masakan bunda.

Hati-hati typo bertebaran.

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Waktu tidurnya terganggu oleh ketukan tak sabar dari seseorang di pintu apartemen nya. Pemuda itu menyipitkan mata saat sinar cahaya menembus penglihatannya. Kemudian dia duduk dengan rasa kantuk yang masih kentara, menguap lebar tanpa di tutup-tutupi  dan menggeliat pelan. Matanya berkedip linglung saat berusaha mengenali tempat dimana dia berada dan akhirnya tersadar mengapa itu terasa asing!

Sial! Ternyata dia ketiduran di sofa semalam. Pantas saja asing, biasanya jika dia bangun tidur yang pertama dia lihat adalah foto cantik idolanya yang sengaja dia tempel di dinding kamar!

Ketukan di pintu kembali terdengar menyadarkannya kembali dari apa yang membuat dirinya terbangun.

Rendy mendengus pelan kemudian melihat jam, baru pukul tujuh pagi dan sudah ada tamu yang tidak tahu siapa tapi menurutnya itu sangat menyebalkan sehingga Rendy tidak tahan untuk tidak mengumpati orang itu.

"Sial ganggu orang tidur aja, siapa sih"

Rendy beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu, lihat saja jika orang itu tidak memiliki kepentingan yang penting Rendy akan memberinya siraman air comberan!

Tapi begitu pintu terbuka, semua kekesalannya hilang. Rendy berdiri kaku di tempatnya saat melihat orang yang datang setelah itu dia akhirnya mengingat kejadian kemarin yang sempat dia lupakan saat bangun tidur.

Benar, dia sekarang sedang hamil dan yang ada di depannya adalah orang yang menghamilinya. Setelah mengingat itu suasana hati Rendy kembali turun ke tingkat paling rendah, dia mencoba mencari pegangan dan berakhir bersandar di pintu. Menatap Jeno dengan pandangan seolah bertanya mengapa pemuda itu kemari.

Jeno mengeluarkan batuk pelan untuk mengusir rasa canggung, kemudian dia mencoba menunjukkan senyum lebar.

"Hai"sapanya mengangkat tangan dengan gerakan yang kaku.

Rendy tidak membalas sapaan itu, dia malah mendengus kesal dan hendak menutup pintu. Tapi tangan Jeno dengan cepat menahannya.

"Eh tunggu-tunggu, gue mau ngomong sesuatu"ujar Jeno menahan pintu itu sekuat tenaga karena Rendy yang juga mengerahkan semua kekuatan nya untuk menutup pintu itu.

"Ngomong apa? Soal tanggungjawab yang Lo omongin kemaren? Lo tuli yah gue udah bilang kalau gue udah punya keputusan sendiri, jadi Lo gak perlu bujuk gue karena gue gak akan berubah pikiran"kata Rendy dengan tegas.

"Ren, gue...."Jeno merasa lidahnya terasa kelu untuk membantah kata-kata Rendy. Sudah jelas kalau dia memang ingin membujuk Rendy, tapi lihat bahkan sebelum dia mengeluarkan kata-kata bujukan itu Rendy bahkan sudah menolaknya.

Rendy menatap mata Jeno dengan keras kepala, tangannya masih berusaha untuk mendorong pintu agar tertutup tapi tenaga Jeno juga tidak main-main menahannya.

Jeno mencoba memikirkan cara untuk meluluhkan Rendy sampai akhirnya tatapannya tertuju pada tas yang dirinya bawa.

"Gue bawain makanan dari bunda, jadi Lo harus biarin gue masuk"pungkas Jeno menahan senyumnya yang hampir mekar karena menurutnya rayuan ini akan berhasil.

Jeno tahu rendy paling menghargai bundanya dan jika dia tidak salah ingat Rendy juga sangat menyukai masakan bundanya.

Benar saja, dorongan kuat Rendy di pintu melemah saat mendengar kata makanan. Kebetulan dia juga merasa lapar. Jika diingat-ingat dia tidak makan apapun kemarin, Rendy dengan enggan akhirnya melepaskan pintu sehingga Jeno bisa mendorongnya.

For Our Baby 🔞 | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang