keanehan

943 91 2
                                    

Chapter 9. Keanehan

Kalau ada typo mohon di mengerti.

Selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Cahaya hangat matahari menerpa wajah putih Rendy saat pemuda berusia dua puluh tahun itu tengah duduk di dekat jendela dengan sebuah kanvas putih di hadapannya.

Raut wajahnya terlihat serius ketika kuas ditangannya menambahkan beberapa goresan cat di atasnya.

Rendy sedang melukis. Ini adalah salah satu tugas yang di berikan dosen. Tenggat waktunya lumayan banyak yang membuat Rendy merasa cukup santai saat mengerjakannya.

Angin sepoi-sepoi menerbangkan beberapa rambut ke dahi yang memang sudah cukup memanjang, merasa risi Rendy menggerakan tangannya yang kotor untuk menyingkirkan rambut itu, tapi sebagai tambahan cat di tangan membuat wajahnya ikut tercoret.

Rendy tak menyadarinya dan terus melanjutkan kegiatan melukisnya dengan tenang. Ketenangan seperti ini membuat sosok Rendy terlihat lembut, berbanding terbalik jika Rendy sudah mulai membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata mutiara yang ramah lingkungan itu.

Namun beberapa menit berlalu, ketenangan itu terganggu oleh perutnya yang tiba-tiba berbunyi. Rendy mengerutkan dahi penuh keluhan di hatinya.

"Gue udah makan banyak tadi pagi, ngemil juga gak kurang. Tapi kenapa gue laper muluu!"teriak Rendy frustasi.

Beberapa hari ini keanehan memang terjadi pada tubuhnya. Dia jadi mudah lapar dan mulutnya akan terasa pegal jika tidak mengunyah sesuatu.

Rendy melirik meja dimana banyak bungkusan makanan telah kosong karena isinya sudah habis dia makan. Dengan lesu Rendy berdiri dan berjalan ke arah kulkas, membuka tempat penyimpanan makanan itu namun hanya menemukan air putih dingin.

"Ini serius udah gue habisin semua isinya, kok gue jadi rakus sih"

Padahal Rendy itu tipe orang yang makan dikit aja udah merasa kenyang, itu sebabnya iyang suka sekali kesini. Karena akan ada banyak makanan yang memang tidak bisa Rendy habiskan sendiri jadi iyang akan membantunya menghabiskan nya.

Rendy berjalan kembali ke tempat awal dan menatap lukisan yang setengah jadi itu dengan pandangan bosan.

"Kapan makanan gue Dateng sih"gumamnya.

Makanan di apartemen nya memang habis, jadi untuk makan siang dia sudah memesan delevery makanan dari restoran langganan nya. Hanya saja dia tidak tahu jika cemilannya juga habis.

Rendy merasa frustari karena kelaparan.

"Turun males, tapi kalau nunggu waktu makan siang. Gue udah kelaparan banget"

Beberapa perseteruan terjadi di dalam hati Rendy antara memilih kelaparan dengan mempertahankan rasa malas atau melawan rasa malas dan turun ke bawah untuk meredakan rasa laparnya.

Tentu saja, yang menang adalah rasa lapar. Bye bye kemalasan, kebutuhan perut lebih penting, ujar Rendy.

Rendy mengambil dompet nya dan keluar dari apartemen. Tidak memperhatikan penampilannya yang tidak rapih.

***

Dua pintu yang saling berhadapan terbuka, pemilik apartemen itu sama-sama mematung saat kedua mata mereka bertatapan.

Rendy mendengus pelan, apakah hari sialnya dimulai. Sepertinya begitu.

Beberapa hari ini, Rendy di sibukkan dengan tugasnya. Dia juga hanya fokus pada kuliah sehingga tidak memikirkan musuhnya. Dan alam sepertinya juga merestui Rendy untuk tidak mempertemukan keduanya meskipun dia dan jeno bertetangga. Terakhir kali mereka bertemu adalah insiden bom cake waktu itu.

For Our Baby 🔞 | NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang