Day 02

363 25 2
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

"Bang!"

Yangyang mengernyit saat mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya, ditambah kaget saat mendengar suara Jisung yang tadi ia dengar juga.

Yangyang menghampiri dan membuka pintu, ternyata benar yang datang kesini adalah Jisung.

"Loh kok gak bilang bilang datang kesini?" Tanya Yangyang sambil mempersilahkan Jisung masuk ke dalam rumahnya.

"Iya, sengaja sih. Orang orang rumah juga gada yang tau gua datang kesini, jadi lu sama Bang Kun tutup mulut ya."

"Gila!! Lo kabur dari rumah maksudnya?" Yangyang melotot kaget.

"Ya bisa dibilang gitu, eh btw lo sendiri di rumah? Kok Bang Kun gak keliatan?"

"Gua emang sendirian di rumah, Seudah proses pemakaman Yihua dia tiba tiba dapet panggilan buat ke luar kota, dia ada dinas disana."

"Oh gitu."

Semenjak kejadian Taeyong yang meninggal karena suntikan sihirnya itu, semua masalah sudah hampir selesai. Yihua bisa dimakamkan dengan tenang, Yangyang bebas dari siksaan, dan sekarang masalah yang masih mereka alami adalah jiwa Jaemin dan Renjun yang masih belum bisa terselematkan.

Yangyang menatap Jisung, ada sedikit raut kesedihan di wajahnya. Jisung yang merasa ditatap hanya tersenyum miris.

"Lo kenapa sih nekat kabur? Mana malem malem gini? Pucet lagi muka lo, lo belum makan ya?" Tanya Yangyang.

Jisung menggeleng lesu.

"Yaudah lu tunggu dulu disini, gue siapin makan dulu. Nanti ceritanya sambil makan aja, Oh iya sambil lu nungguin gue siapin makam meding lu ganti baju dulu Sung, baju lu basah tuh mending minjem baju gue buat sementara. Malem ini juga lu nginep disini ya? Kalau pulang gue takut lo kenapa napa." Jelas Yangyang.

"Emang boleh?"

Yangyang tertawa kecil.

"Siapa yang bilang gak boleh dan kenapa harus gak boleh? Lo kabur dari rumah kan karena lagi banyak masalah, yaudah dari pada lu tidur dijalan mending temenin gue dirumah aja. Udah gih, sekarang ambil baju gue di kamar terus lu ganti baju jadi nanti pas kesini lu tinggal makan, keburu masuk angin tuh." Ucap Yangyang.

Jisung mengangguk, dia pergi menuju kamar Yangyang yang berada di lantai dua, tepat di antara kamar Kun dan Yihua. Sedangkan Yangyang pergi ke dapur untuk menyajikan makanan untuk tamunya itu.

Setelah keduanya sudah selesai dengan kegiatan masing-masing keduanya kembali menuju ruang tamu.

"Nih, makan dulu biar gak sakit." Jelas  Yangyang sambil menyodorkan semangkok sup yang sengaja ia buat untuk Jisung.

"Oh iya, abang lo jadinya gimana?" Tanya Yangyang lagi setelah hening beberapa detik.

"Keadaan kedua kakak gue malah makin parah Bang, gue harus lakuin apa? Semuanya seakan akan buta gak ada petunjuk, gue gak mungkin cuma selamatin salah satu diantara mereka. Mau gimana pun mereka berdua kakak gue Bang. Gue bener bener gak tega kalau salah satu diantara mereka gak selamat. Gue juga kabur dari rumah karena gue pusing kalau harus denger Mama sama Papa ribur terus saling nyalahin, apalagi mama itu deket sama Om Taeyong jadi dia di pojokin terus sama Papa." Jisung memasang wajah sedih pada Yangyang.

Yangyang menatap mimik wajah Jisung yang sangat terlihat putus asa.

"Jadi mereka gabisa di selamatin dua duanya? Harus salah satu?"

Jisung mengangguk lesu, dirinya seakan akan sangat putus asa untuk masalah ini. Ini adalah hari ketiga Jisung menghilang dan kabur dari rumah, tanpa sepengetahuan orang Rumah Jisung pergi menuju rumah  Yangyang.

"Jadi menurut lo gue harus gimana Bang?" Tanya Jisung dengan wajah yang masih sama.

"Gue gak bakal bisa bantu lo, tapi setidaknya gue bakal kasih petunjuk buat lo Sung."

"Petunjuk?" Secercah harapan tergambar di mata lentik Jisung.

Yangyang mengangguk.

"Lu bisa temuin Kakek gua, bisa?"

"Kakek lu? Tapi dimana Bang dan kenapa gue harus temuin dia?"

"Katanya mau selamatin abang lo, gimana sih?"

"Oh, Emang Kakek lu bisa bantuin gue?"

"Ya kayaknya bisa sih meskipun belum pasti, apa salahnya lo coba tanya langsung kesana kan? Soalnya dia juga ahli dalam hal begitu sama kayak tante Yoona."

"Emangnya Kakek lu tinggal dimana?"

"Dibukit, lu tau bukit ini kan?" Tanya Yangyang sambil menunjukan sebuah alamat.

"Bukit Garades?" Jisung mengkerutkan kening, baru kali ini dia mendengar nama bukit itu.

"Iya, lo tau?"

"Enggak sih, tapi mugkin bisa cari di maps kan?"

"Kayaknya kalau di maps bakalan gak terlalu jelas deh Sung infonya, soalnya ini bukit emang terpencil dan gak ada orang yang tau soal bukit ini."

"Kenapa Kakek lu malah milih tinggal disitu? Kenapa enggak bareng lo atau abang lo aja?"

"Gak tau, dia udah betah sama rumahnya kali. Soalnya katanya dia gak mau ninggalin mendiang nenek gue disana. Dia sering kangen,"

"Oh gua pergi bareng lu Bang?"

"Nah itu, gue cuma bisa kasih peta ini biar lo gak nyasar nanti pas dibukit. Sorry banget bukan gue gak mau nemenin tapi Bang Kun udah wanti wanti gue buat gak kemana mana dan suruh jagain rumah. Gak apa apa kan?"

"Gapapa gue ngerti kok, tapi ini bener kan alamatnya?"

Yangyang mengangguk sebagai jawaban, Jisung baru menyadari sesuatu. Leher Yangyang terluka? Saat menyadari itu secara refleks Jisung menyentuh luka di leher Yangyang. Luka itu seperti luka cambukan.

"Bang leher lo kenapa?"

Yangyang seketika berubah menjadi kaku. Dia memegangi luka di lehernya yang Jisung tanyakan tadi.

"Oh luka ini, ini gue gak sengaja kena bambu waktu gue beres beres belakang rumah."

Jisung percaya saja jika luka itu mungkin terkena bambu, karena di belakang rumah Kun dan Yangyang memang ada pohon bambu.

Yangyang menghembuskan nafas lega saat Jisung percaya pada ucapannya.

"Syukurlah dia percaya, dia gak boleh tau soal luka ini."

|Death Spells|

Death Spells | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang