20

121 9 0
                                    

"Kakek serius kakeknya Yangyang?" Tanya Jisung sekali lagi dengan matanya yang berbinar.

Kakek tersebut mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Dari kasus yang kamu ceritain tadi, kayaknya kakek tau obat yang kamu butuhin itu." Jelas Kakek sambil beranjak berdiri, ia sudah selesai makan siang. Dia pergi menuju toilet sebentar untuk membasuh tangannya selepas itu dia pergi menuju sebuah ruangan, dari luar sini Jisung bisa melihat jika ruangan tua itu dipenuhi buku-buku.

Dibawanya buku tua bersampul coklat dari ruangan itu, Kakek Ahoy pun duduk di sebelah Jisung.

"Itu, buku apa Kek?"

"Ini buku mantra yang kakek punya buat sembuhkan orang orang. Termasuk  kasus yang menimpa kakak kamu." Jelas si Kakek sambil membuka halaman demi halaman.

Si kakek terlihat sibuk sendiri dengan bukunya, sedangkan Jisung hanya saling menatap dengan Sandra.

"Apa liat liat?"

Jisung mendelik, tak menjawab pertanyaan sewot dari perempuan itu.

"Nah!!!"

"Kenapa Kek?" Tanya Jisung dan Sandra secara bersamaan.

Kakek tak langsung menjawab pertanyaan keduanya, dia malah merobek selembar kertas yang ada di buku itu lalu memberikannya kepada Jisung. Jisung yangerasa bingung dengan tulisan tulisan itu pun menatap si kakek sambil menggaruk tengkuknya.

"Tulisan ini maksudnya apa Kek?" Tanya Jisung sambil memperlihatkan tulisan yang tak di mengerti oleh dirinya.

"Itu Matra yang kamu cari,"

"Terus ini?" Jisung menunjuk sebuah gambar yang terganbar tidak begitu jelas.

"Itu yang harus kamu cari, itu adalah telaga suci. Mata air bukit ini yang sangat begitu suci, air ini bisa menyembuhkan segala penyakit apapun. Mau itu medis ataupun yang berhubungan dengan mistis."

"Dimana Jisung harus cari telaga air suci ini Kek?"

"Di atas bukit, namun tempat ini tersembunyi. Banyak orang yang datang untuk mencari telaga air ini, namun saat sudah sampai di atas bukit mereka malah tidak menemukannya."

"Loh kok gitu Kek?" Tanya Sandra yang ikut nimbrung.

"Karena telaga ini bisa menjadi telaga gaib, di waktu waktu tertentu telaga ini akan menghilang dari pandangan manusia. Dan telaga ini hanya bisa dilihat oleh orang
yang benar benar memiliki maksud baik."

"Terus ini kendi buat apa Kek?" Tanya Jisung lagi.

"Sebelum kamu cari telaga air suci itu, kamu cari dulu kendi mujarab ini. Karena jika kamu mendapatkan air itu tapi kamu tidak mendapatkan kendi ini semua air yang kamu dapatkan itu akan sia sia."

"Nanti kalau kamu udah mendapatkan kendi sekaligus airnya, masukan mantra ini."

"Sambil dibacain?"

"Enggak, kamu cukup masukkan aja kertasnya. Mantra itu di baca nanti saat kamu hendak mengusapkan air itu pada  wajah kedua Kakak kamu."

Jisung mengangguk paham.

"Tapi Mantra ini bisa membahayakan diri kamu juga kalau kamu melanggar larangannya."

"Apa itu larangannya Kek?"

"Kakek juga tak tahu, kertas itu sudah menghilang sejak lama. Jadi maaf kakek gak tau larangan yang dimaksud itu apa." Jelas si kakek.

"Pokoknya kamu harus selalu waspada dan jangan melakukan kesalahan. Jika tidak mantra yang tadinya bisa menyembuhkan ini malah nanti berbalik bisa membunuh diri kamu."

Jisung terdiam, ternyata cukup berat juga mantra yang dia dapat. Sedikit dia melakukan kesalahan maka akan fatal dan berakibat buruk untuk dirinya.

"Jadi kapan kita mau cari telaga air suci itu Ji?" Tanya Sandra yang membuat Jisung meliriknya.

"Saran Kakek mending nunggu kaki kamu sembuh dulu, jalanan di bukit ini cukup curam dan membahayakannya. Kakek takutnya kamu jatuh lagi,"

"Iya juga sih Kek, eh tapi kakek bisa bantuin sembuhin Kaki Jisung gak?"

"Kakek gak tau bisa sembuhin atau enggak tapi kakek akan coba dulu obatin kaki kamu.

Kakek tersebut memegang sebelah kaki Jisung yang dibaluti perban, kakek memejamkan matanya sambil merapal beberapa mantra dan doa. Sandra sibuk memperhatikan si kakek sedangkan Jisung dibuat kaget dengan apa yang baru dia lihat di dapur.

"Bayangan hitam apaan itu anjir?"

|Death Spells|

Death Spells | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang