Srak....srakk.....srakk....
Daun daun kering terinjak begitu saja saat Haechan terus berlari cepat, nafasnya terengah-engah. Dia sesekali menoleh ke belakang, mencoba mencari tahu dan memastikan apakah perempuan seram itu masih mengejarnya atau tidak.
Saat dia menoleh ke arah belakang, sudah tidak ada siapa-siapa disana. Perempuan seram dengan gaun putih yang di penuhi bercak darah itu sudah berhenti mengejarnya bahkan menghilang entah kemana.
Haechan menghembuskan nafas dengan lega, mencoba mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal akibat lari begitu cepat.
Mata Haechan menyapu seluruh arah hutan yang gelap ini, dia belum sepenuhnya percaya jika perempuan seram itu sudah berhenti mengejarnya. Jika kalian bertanya kenapa Haechan bisa berada di hutan, Haechan sendiri tidak tahu jawabannya. Yang dia ingat dia bangun dari pingsannya dan tiba-tiba saja dia sudah berada di hutan gelap menyeramkan ini.
Saat tadi Haechan baru saja sadarkan diri, dia tiba-tiba mendengar seorang perempuan menangis, Karena merasa penasaran dia menghampiri gadis itu namun ternyata ini semua diluar dugaan, saat ditanya kenapa gadis itu malah menyerang Haechan dan mengerjarnya tiada henti.
"Kayaknya dia udah bener-bener menghilang, tapi kenapa gue tiba tiba ada di hutan kayak gini? Setau gue perasaan gue tadi main PS di kamar Chenle terus ketiduran. Kenapa bangun-bangun udah ada di hutan gini?"
Haechan berbicara sendiri, sambil berjalan mencari jalan keluar dari hutan ini.
"Sebenernya siapa perempuan itu? Kenapa perempuan itu terus-terusan neror gue. Apa gue pernah ketemu dia sebelumnya?"
Hening tidak ada sahut jawaban dari pertanyaan Haechan tadi, disini hanya terdengar daun-daunan kering yang terinjak oleh kaki Haechan.
SsssHhhhh—
Haechan bergidik ngeri saat angin dingin tiba tiba menerpa pada dirinya. Angin ini tak seperti angin yang biasa Haechan rasakan, angin ini memiliki aura seram yang membuat bulu kuduk Haechan berdiri lagi.
"Hiks.....hiksss..."
Mata Haechan melotot, dia langsung celingak celinguk melihat keseluruh arah.
Dia mendengar tangisan itu lagi, tangisan perempuan menyeramkan itu kembali terdengar lagi. Kaki Haechan bergetar, dia tak tahu harus pergi kemana lagi karena semakin dalam hutan semakin gelap, dia tidak bisa melihat apa apa.
"Hiks...hiks.."
Kaki Haechan melemas, bibirnya gemetar matanya terus melihat sekeliling.
"Sebenernya Lo itu siapa? Kenapa Lo datangin gue terus. Apa kita sebelumnya pernah ketemu? Apa gue pernah buat salah sama lu? Kalau iya gue minta maaf, jangan ganggu gue terus gue minta maaf."
Haechan sudah tak mampu lagi jika harus berlari kejar-kejaran dengan perempuan itu. Kakinya sudah lemas tidak ada tenaga untuk berlari lagi. Jangankan lari, berdiri pun dia merasa tidak kuat.
Puk...
Ada tangan yang menyentuh bahu Haechan, tangan itu terasa sangat dingin. Dilihat dari sudut mata Haechan tangan itu terlihat sangat pucat dan membiru.
"Tolong aku!"
Perempuan itu berkata lirih dibalik tangisannya.
"Aku ingin pulang dengan tenang!"
Haechan memberanikan diri untuk menoleh kebelakang, menatap seseorang yang menangis kepadanya.
Syukurlah, perempuan itu tidak menampakan wajah buruk rupanya seperti tadi, dia juga tidak ganas menyerang Haechan seperti tadi meskipun pucat tetapi wajah yang dia tampakan sekarang malah terlihat sangat cantik tidak seram seperti tadi.
"Lu—" Ucapan Haechan terputus.
"Bantu aku, aku ingin pulang dengan tenang." Jelasnya lagi mengucapkan kalimat yang sama seperti di awal.
"Pulang?" Tanya Haechan.
Tatapan perempuan itu benar benar terlihat sangat sedih.
"Ibu dan ayah terus menangis, aku tidak tega kalau harus terus melihat mereka menangisi aku terus menerus. Tolong antarkan aku pulang dan cari manusia keji itu."
"Tapi pulang kemana? Gue harus anter Lo kemana? Dan siapa manusia keji itu?"
"SANDRAA!!!!!"
Terdengar sebuah teriakan dari dalam hutan, perempuan itu menoleh ketakutan ke arah sumber suara yang terdengar nyaring tadi. Namun Haechan merasa tidak asing dengan teriakannya, teriakan itu terasa begitu familiar di telinganya bahkan sepertinya tiap hari dia selalu mendengarkan suara itu.
"SANDRA!!!!"
Jisung? Ya Haechan merasa itu sangat mirip dengan suara Jisung tapi kenapa tiba tiba Jisung kenal perempuan ini? Dan kenapa perempuan itu merasa sangat ketakutan saat mendengar suara Jisung?
"Aku pergi dulu."
Haechan sempat mencekal pergelangan tangan yang terasa sangat dingin itu.
"Tapi Lo belum jelasin siapa Lo sebenarnya, dan kemana gue harus nganter Lo pulang."
"Nanti aku datang lagi, aku takut dia murka." Jelas perempuan itu sambil berlari menuju kedalam hutan meninggalkan Haechan sendirian.
"Murka? Jisung? Yang tadi gue denger suara Jisung kan? Kenapa dia takut banget sama Jisung?"
"Chann!!!"
"Channn!!!"
Byurrrrr
Haechan terbangun dari tidurnya karena ada segelas air yang menyembur ke wajahnya.
"Nah kan bangun!!"
"Apaan sih lu ganggu aja!" Sebal Haechan, karena gara-gara Jeno dia dibuat penasaran dengan mimpi yang belum sepenuhnya tuntas itu dan Jika saja suara teriakan itu tidak ada mungkin perempuan itu tidak akan cepat cepat pergi. Lalu yang Haechan pikirkan kenapa suara itu sangat mirip dengan Jisung? Apa perempuan itu ada kaitannya dengan adiknya yang sedang kabur itu? Begitulah pola pikiran Haechan sedari tadi. Dia tidak menghiraukan Jeno yang terus mengomeli dirinya.
"Tuhkan tadi susah dibangunin sekarang udah bangun malah bengong, lu sehat kan?"
"Apa sih? Nyawa gue belum kekumpul semua blegug."
"Udah sekarang Lo jangan bengong Mulu, siap siap Cepetan ikut sama gue Mama bikin keributan di kantor polisi anjir!"
"Hah kok bisa?"
|Death Spells|
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Spells | Park Jisung
Fanfic"This soul will remain eternal, until the revenge is truly avenged."