"Jen bantuin gue angkatin koper kopernya dong Jen, ayah udah datang tuh bawa barang barang kita. Lu mah main ML Mulu kerjaanya teh!" Celetuk Haechan sambil membawa koper yang berisikan baju-baju milik saudaranya.
Jeno hanya melirik Haechan sekilas dengan tatapan malas, "Tanggung ah elah udah sama lu aja dulu, gue bantunya akhiran!"
"Gada tunggang tanggung! Cepetan bawain tuh barang barang di mobil! Bawa bawa punya Lo sendiri kek!" Nada bicara Haechan jadi lebih sewot dari sebelumnya.
"Dih nyuruh yang lain bapa sih? Ga liat nih gue bentar lagi menang? Nyuruh Jisung kek, Chenle kek, atau bang Mark kek!"
"Jisung kan kabur dari rumah goblok!" Ujar Haechan sambil berkacak pinggang, sebal karena Jeno terus membantah ucapnnya.
"Chenle, Bang Mark?"
Pertanyaan Jeno tidak mendapatkan sahutan, Haechan malah diam mematung sambil memandang Jeno dengan tajam.
Yang ditatap pun akhirnya merasa risih, dia menyimpan ponselnya dan mengakhiri game yang padahal satu langkah lagi dia akan menuju kemenangan. Jeno sudah tau jika Haechan sudah seperti itu maka matilah dirinya!
"Iya-iya gue bawain, dasar ribet lu tukang ngancam!"
Jeno pergi keluar dengan wajah sebal, mengangkat semua barang-barang di mobil. Sudah hampir setengah jam dia mengeluarkan barang barang di mobil, Namun saat dia sudah selesai mengeluarkan semua barang dan hendak memindahkannya ke dalam rumah Tante Yoona, Haechan malah tak terlihat lagi untuk mengangkut barang barang. Namun Jeno tidak terlalu memperdulikan itu, yang ada dia takut di tampol hampir ratusan kali oleh Haechan jika dia protes nanti.
Saat masuk ke dalam rumah dan menyimpan barang barang, dia melihat betapa enaknya Haechan yang sudah tertidur pulas di sofa.
"Ni bocah nyuruh gue ngangkut barang tapi sendirinya malah molor! Gabisa dibiarin nih keenakan dia, ML gue sampe kalah nih gara gara bocah!" Jelas Jeno sebal sambil menyimpan barang dan menghampiri Haechan yang tertidur nyenyak dengan wajahnya yang lelah itu.
Jeno mengambil gelas berisi air, lalu menyipratkan air itu ke wajah Haechan.
"ANJIR HUJAN!"
Haechan Refleks terbangun saat cipratan air terus membasahi wajahnya.
"TANTE RUMAH TANTE BOCOR!!!!! EH SIALAN LO!!!"
Haechan langsung meneriaki Jeno dengan sebal, dia kira atap rumah yang bocor namun ternyata itu ulah Jeno.
"Gila ya Lo! Basah nih baju gue!"
"Suruh siapa molor? Lu nyuruh nyuruh gua tapi lu sendiri malah molor! Emang enak gue sembur?"
"Atap mana Chan yang bocor?"
Mau Jeno atau Haechan keduanya sama sama kaget saat Yoona datang sambil membawa ember.
"Enggak Tante, tadi tuh si Jeno jail! Haechan lagi tidur malah nyiprat nyiprat air!" Haechan mendelik tajam.
"Habisnya dia nyuruh Jeno angkutin barang sendirian Tante, dia malah enak enakan tidur." Jeno tak kalah sewot.
Yoona menggeleng geleng kecil mendengar pertengkaran adik kakak itu.
"Udah udah gausah ribut, barangnya udah di keluarin dari mobil semua? Ayah kalian udah pulang?"
"Tadi ayah katanya mau ke warung dulu buat beli apa gitu, makannya yang angkutin barang cuma Echan aja."
"Enak aja Lo bilang Echan aja, lu cuma bawa satu koper sisa barangnya sama gue semua anjir!!"
"Derita Lo!!!"
"Eh udah udah malah ribut lagi, udah semua barangnya kan udah di keluarin dari mobil. Jeno capek kan udah diem aja dulu, sekarang tutup aja tuh gerbangnya takutnya nanti ada orang yang ambil barang kalian." Ujar Yoona lembut.
Jeno yang mendengar itu langsung menyenggol lengan Haechan.
"Tutup noh! Denger kagak Lo?"
Haechan mendelik.
"Kenapa gak Lo aja?"
"Capek gue, giliran Lo lah! Dari tadi lu enak tidur juga." Haechan pergi keluar untuk menutup gerbang, sedangkan Jeno bersandar di sofa.
"Nah udah gak ribut kan, Tante ke belakang lagi ya."
"Oke Tante."
Yoona pun melenggang pergi, bergantian dengan Haechan yang datang dari arah halaman rumah.
"Sttt.." Jeno berdesis.
"Sasttt sttt oray kadut Lo!" Sinis Haechan.
"Ambilin minum lah haus gue!" Jeno mengusap tenggorokannya yang terasa kering.
"Tuhan nyiptain diri Lo kaki tangan buat di pake, kenapa harus nyuruh nyuruh gue!"
"Oh gak nurut?"
"Ya gak lah!!!"
"TANTEEEEE NIH HAECHHH—"
Haechan spontan membekap mulut Jeno, "Iya iya gue bikinin goblok!!!" Ucapnya sambil pergi ke dapur, sedangkan Jeno hanya cengengesan mendengar Haechan yang pergi ke dapur sambil menggerutu sebal.
Jeno mengambil remote, dia pindahkan saluran demi saluran. Acara tv akhir-akhir ini sangat membosankan, tidak ada film kartun ataupun sinetron yang bisa Jeno tonton seperti biasanya. Yang dia tonton lagi lagi hanya berita kriminal yang semakin menjadi jadi.
"Nah ini berita apaan lagi sih anjir? Gak ada gitu kartun atau sinetron atau gosip gitu? Orang orang makin sini makin pada ngelakuin kriminal yang enggak enggak aja anjir." Dumel Jeno sambil menonton siaran berita dengan wajah malas.
Warga kembali di gegerkan oleh kehilangan mayat. Mayat perempuan berhasil dicuri dan menghilang dibawa oleh sang pelaku. Dikabarkan mayat perempuan itu hilang dari tiga hari yang lalu para warga pun langsung melapor pada pihak polisi. Namun para polisi belum juga dapat memastikan siapa dan belum dapat menemukan sang pelaku.
Menurut pengakuan dari kedua orang tua korban, mayat yang hilang ini adalah anak semata wayangnya yang baru saja meninggal dunia. Nama perempuan itu adalah Adisty San—
DUAR!!!!
"ANJINGG LO!!"
Haechan berhasil mengagetkan Jeno hingga lelaki itu benar-benar tercengang.
"Serius amat nonton berita, udah kayak bapak bapak lu!"
"Bodo, dasar nyebelin banget lu jadi orang. Mana minuman gue!" Jeni merebut gelas berisi minuman dari tangan Haechan, lalu pergi berlalu ke kamar.
Sekarang Haechan malah fokus pada perempuan yang sedang diberitakan di televisi.
"Anjir perempuan itu—"
Haechan terlihat shock berat.
"Perempuan yang ada di mimpi gue anjir!"
|Death Spells|
![](https://img.wattpad.com/cover/338611778-288-k769236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Spells | Park Jisung
Fanfiction"This soul will remain eternal, until the revenge is truly avenged."