Day 17

123 12 0
                                    

"Sial pake hujan segala, ini motor juga kenapa rese banget sih?" Dumel Mark sambil mendoronh motornya mencari tempat untuk dirinya berteduh.

Hujan cukup deras membuat baju Mark sedikit basah kuyup, sambil mendorong motor Mark berjalan ke arah sebuah gazebo yang berada di sebrang sana.

Mark merapikan rambutnya yang basah lalu duduk di gazebo sendirian, motornya dia parkirkan di samping gazebo.

Awalnya Mark akan pergi ke rumah sakit untuk menjaga Renjun namun sial motor Mark malah mogok dan lagi lagi hujan malah turun begitu deras sehingga Mark tak bisa pergi ke rumah sakit lebih cepat.

Mark merogoh saku celananya, mencoba mengambil ponselnya yang sedikit basah karena kehujanan. Tanpa berpikir panjang dia langsung menghubungi Chenle.

Tut...

"Bang lu dimana sih? Ini gue mau bimbel hayoh lu belum Dateng dateng dari tadi." Jelas Chenle agak sebal.

"Ya sorry, tapi lu belum pergi dari rumah sakit kan? Lu masih sama Renjun kan?" Tanya Mark sambil mengusap wajahnya yang basah.

"Iya lah, masalahnya kalau gue berangkat mati Renjun gada yang jagain. Abang juga belum dateng Mulu dari tadi di tungguin."

"Disini hujan anjir, mana motor gue mogok."

"Lah terus gue bimbel gimana, kalau lu banyak halangan datang kesini bang?"

"Lo bolos aja dulu sehari, gapapa kali Mama pasti ngerti."

"Gila lu bang nyuruh gue bolos, enggak enggak nanti gue dimarahin Mama lagi."
Chenle mencoba menolak perintah Mark itu.

"Yaelah, gue deh yang menghadap Mama entar. Gue gak bisa langsung ke rumah sakit ini motor gue mogok. Kalau gak mogok juga gue udah terobos ni hujan. Itung itung istirahat juga lah, gak bosen bimbel Mulu?" Cerocos Mark.

"Janji ya lu yang menghadap Mama entar?"

"Iye!"

"Awas aja kalau nanti malah lepas tangan."

"Gak bakalan lah, janji gue janji. Udah gue mau liat dulu motor gue rusaknya bagian mana."

"Yaudah nanti kalau udah reda kesini ya, gantian gue dari kemaren belum mandi jir!" Peringat Chenle.

"Iye iye, bawel banget Lu jadi adek."

Selepas itu sambungan telepon terputus, Mark menatap jalanan yang di guyur oleh derasnya air hujan.

Tak jauh dari posisi gazebo yang sedang di tempati oleh Mark, ada sebuah gereja kecil yang terlihat sangat sepi.

Mark baru ingat, semenjak Mama dan Papanya berpisah dia jarang sekali berkunjung ke gereja. Mungkin dia akan ke gereja pada saat hari hari penting saja, untuk hari hari biasa mungkin Mark sudah sangat jarang atau bahkan tidak pernah.

Mark berdiri lalu berlari menerobos hujan yang masih begitu deras, meninggalkan motornya yang mogok di gazebo. Mark berlari menghampiri gereja kecil itu.

Saat sudah sampai di depan gereja, Mark terdiam sejenak menatap gereja itu dengan pandangan kosong. Lalu perlahan dia masuk ke dalam gereja, tidak ada siapa siapa disini, hanya ada dia sendiri.

Mark terus berjalan ke depan, selepas itu Mark jatuh berlutut sambil memohon kepada Tuhan.

Belum ada satu kata pun yang Mark ucapkan, namun air matanya menetes terus menerus. Sekilas kenangan bersama orang tuanya dan adik adiknya dulu saat beribadah bersama membuat Mark merasa pilu.

"Tuhan, Mark datang lagi." Parau Mark.

"Maaf kalau selama ini Mark, jarang datang untuk beribadah. Mark mengakui kalau Mark belum bisa menjadi hamba yang baik."

Death Spells | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang