"Udah aku bilang kan aura rumah ini tuh emang gak bener, udah kalian semua mending ikut sama ayah! Dan kamu bakal aku pulangin ke orang tua kamu. Gak boleh ada yang nempatin tempat ini." Jelas Johnny sambil menatap Saera tajam.
"Kamu gak bisa putusin ini secara sepihak! Mau gimana pun mereka juga anak anak aku, aku juga berhak lah tinggal sama mereka!"
"Kalau anak anak tinggal sama kamu terus yang ada satu persatu dari mereka bakal mati, apa kamu gak liat? Kalau gak ada Haechan kemarin mungkin Mark udah bunuh diri karena suara iblis itu yang masih ada disini!" Jelas Johnnya tanpa jeda.
"Iblis itu makin jahat, dia sampe sampe nyamar jadi suara Jaemin. Apa kamu gak takut kedepannya kita semua celaka gara gara rumah terkutuk ini hah?"
Saera diam, dia tidak menjawab ataupun merespon sedikit saja dari ucapan Johnny tadi.
"Ini semua gara gara kamu Saera, kalau aja kamu gak deket sama cowok sialan itu mungkin aja anak anak gak bakal kayak gini! Rumah ini gak bakal terkutuk kayak sekarang!"
Saera merasa tidak terima dengan ucapan Johnny barusan. Lagipula dia juga tidak pernah menginginkan malapetaka ini terjadi, dirinya sendiri pun tidak menyangka jika urusan asmaranya dengan Taeyong malah berujung malapateka yang bisa mencelakai anak anaknya. Bahkan setelah kepergian Taeyong pun malapetaka ini masih terjadi sampai sekarang.
"Kenapa kamu jadi nyalahin aku gini? Emang malapetaka ini datang karena aku yang minta? Enggak, aku juga gak pernah mau anak anak jadi kayak gini!"
"Iya tapi tetep aja, kalau kamu gak deket sama laki-laki gila itu mungkin rencana jahat dia gak bakal berjalan semulus ini, keluarga hancur, anak-anak hampir mati!"
"Tapi kan ini juga gak sepenuhnya salah aku! Kamu juga ada kaitannya sama dia, penyebab dia lakuin ini juga gara-gara kamu Johnny! Kamu gak boleh egois nyalahin aku dan mojokin aku cuma karena aku pernah punya hubungan sama dia! Aku juga gak pernah berfikir dia bakal lakuin ini!"
"Iya, karena kamu emang cewek bodoh!"
Makian Johnny tadi cukup membuat Saera naik pitam, dan hendak menampar mantan suaminya itu. Namun langkahnya untuk menampar Johnny malah terhalang karena seseorang mencekal tangannya.
"Kak Yoona?"
"Kenapa kalian malah berantem gini, apa gak kasian sama anak-anak yang udah tertekan banget?"
Mau Johnny ataupun Saera, keduanya sama-sama mematung dengan bibir yang kaku tak mengucapkan sepatah kata apapun.
"Mark hampir bunuh diri karena depresi, dan kalian malah adu mulut salahin satu sama lain depan anak-anak juga? Apa kalian gak mikirin perasaan anak-anak kalian? Kan semuanya bisa dibicarain baik-baik gak harus pake kekerasan terus." Tutur Yoona.
"Tapi kak, dia yang duluan mojokin aku terus! Aku juga gak pernah mau buat dapet musibah kayak gini! Jangan karena aku pernah punya hubungan sama Taeyong, aku jadi di salahin terus! Aku juga gak mau keluarga kita kayak gini" Saera mencoba membela diri.
"Udah, iya tau Kakak paham maksud kalian berdua. Udah mending sekarang kalian duduk, saling nenangin pikiran dan emosi masing-masing, kakak mau ke kamar dulu mau manggil anak-anak ada sesuatu yang bakal kakak omongin ke kalian semua." Ujar Yoona sambil melenggang pergi meninggalkan Saera dan Johnny di ruang tamu.
Hening, keduanya tak ada yang berbicara lagi ataupun adu mulut lagi. Tak lama Yoona datang kembali ke ruang tamu, di ikuti oleh Mark, Jeno, dan Haechan. Chenle sedang tidak ada di rumah karena harus menjaga Renjun di rumah sakit yang masih belum siuman.
"Jadi tante mau ngomongin soal apa tan? Kenapa kita semua di kumpulin semua?" Jeno yang mengawali pembicaraan dengan bertanya lebih dulu.
"Oke, tante udah punya rencana dan mungkin ini yang terbaik. Tante juga kasian kalau kalian gini terus, jadi gini Johnny mulai minggu depan kan udah mulai dinas ke luar kota kan?" Tanya Yoona yang dibalas anggukan oleh Johnny.
"Nah, tadi kamu bilang anak-anak mau tinggal di apart kamu? Sedangkan minggu depan kamu ada dinas. Menurut tante lebih baik anak-anak tinggal di rumah kakak dan Saera juga ikut tinggal di rumah kakak. Karena menurut kakak, kalau anak-anak tinggal di apart kamu dan kamu sendiri ninggalin mereka dinas sama aja kayak nelantarin mereka, ini bukan masalah tempat tapi mereka memang mengincar anak-anak kemanapun mereka pergi John."
Johnny terdiam, mencoba mencerna berkali-kali saran yang di ucapkan oleh Yoona tadi.
"Kalau di rumah kakak, kan ada kakak sama Saera juga anak-anak juga jadi bisa di awasin. Gimana kamu setuju Saera?"
"Aku ikut apa kata kakak aja." Jelas Saera dengan suara pelan, dia memalingkan pandangan agar tidak menatap Johnny.
"Tapi Jisung gimana tante, dia gak tau soal ini?" Tanya Haechan.
"Soal Jisung biar tante bantu urus nanti, nanti tante sama mama kalian bakal laporin ini ke polisi juga biar polisi bisa bantu cari Jisung. Karena menurut perkiraan Tante dia baik-baik aja, soal ucapan Mark kemarin itu salah Mark itu cuma jebakan, dia bukan Jaemin."
"Jadi gimana kalian semua setuju?" Tanya Yoona, lebih tepatnya dia menatap Johnny yang masih terdiam.
"Johnny setuju aja Kak, tapi—"
"Kenapa yah?" Tanya Jeno.
"Ah enggak, udah Kak kita langsung urus urus soal pindahannya aja gimana? Kalian langsung beres beres pakaian gih, kalian mulai sekarang langsung ke rumah tante aja. Lebih cepet pergi dari rumah ini lebih baik kan?" Jelas Johnny mengalihkan pembicaraan.
Yoona hanya mengangguk, sedangkan Jeno dan Haechan pergi ke kamar dengan perasaan yang masih janggal karena ucapan Johnny yang terlihat ragu tadi.
"Lu ngerasa gak sih ada yang di sembunyiin sama ayah tadi?" Tanya Haechan.
"Iya, kayaknya dia nyembunyiin sesuatu dari kita. Tapi apa?" Jeno balik bertanya.
"Mana gue tau," Jelas Haechan.
Jeno mencekal tangan Haechan.
"Kita harus cari tau, Chan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Spells | Park Jisung
Fanfiction"This soul will remain eternal, until the revenge is truly avenged."