Setelah kepergian Jisung dari beberapa hari lalu, kedepannya Yangyang hanya termenung di dalam kamar sendirian.
Banyak pikiran yang terlintas menghantui dirinya, dia teringat Jisung dan bahkan merasa berdosa. Semenjak kepergian Jisung untuk pergi ke bukit itu, hati Yangyang terus gelisah, khawatir, panik. Pasalnya Jisung adalah teman baiknya, dan karena keadaan Yangyang harus melakukan semua itu. Dia tidak pernah memiliki niat untuk mencelakai temannya itu, namun ini semua terdesak oleh keadaannya yang entah harus mengarah kemana. Hatinya bingung dan kelabu, entah arah mana yang harus dia ikuti, namun sekarang dia jelas-jelas memilih jalan yang jahat dan sangat egois.
Yangyang menatap bayangannya di cermin, menatap luka di cekuk leher yang kelihatan sudah sedikit mengering. Dia menyentuhnya, sesekali dia memasang sorot kesedihan pada bayangan dirinya di cermin.
"Maafin gue, Jisung. Gue berharap Tuhan masih lindungin Lo."
|Death Spells|
Tok...tok...tok...
Malam Jumat,Malam hari sebelum paginya Jisung datang ke rumah Yangyang.
Tok..tok..tok...
Yangyang mendengar ketukannya lagi. Yangyang perlahan membuka mata, menatap kearah jam digital yang menunjukan pukul tiga pagi. Dia terdiam sebentar untuk mengumpulkan nyawa dan kesadaran yang masih belum terkumpul sepenuhnya.
Tok...tok..
"Bener, ini bukan halusinasi gue tapi emang beneran ada yang ngetuk pintu dari luar. Tapi siapa yang ngetuk pintu pagi-pagi buta kayak gini njir?"
"Yangyang..."
Suara itu persis seperti suara Kun, Yangyang sempat cengo sebentar tak percaya jika pemilik suara itu adalah Kun.
Maksudnya Kun pulang lagi ke rumah? Untuk apa? Bukannya dia dinas ke luar kota dari tiga hari yang lalu? Lantas kenapa dia ada disini? Rasanya tak mungkin jika dinasnya sudah selesai, dia bilang dinasnya akan selesai dalam perkiraan satu Minggu lebih.
"Yangyang...."
Kun memanggil lagi dari halaman rumah, kebetulan halaman rumah dan kamarnya sangat dekat itu sebabnya suara Kun begitu terdengar nyaring.
Yangyang masih belum menyahut, dia masih ragu untuk menjawab ataupun pergi keluar kamar dan membuka pintu utama. Yang membuat dirinya ragu, perasaanya mendadak tak enak seakan akan ada sesuatu hal tidak baik yang akan terjadi padanya.
Tring....tring....
Yangyang menoleh cepat ke arah ponselnya yang berdering karena mendapat panggilan telepon dari seseorang dan itu Kun?
Dengan tangan sedikit bergetar dia angkat telepon itu, menggeser tombol hijau secara perlahan.
"Hallo?"
"Kenapa gak bukain gue pintu?"
Deg...
Suara Kun, terdengar sangat ketus dan datar tidak seperti biasanya.
"Abang kan lagi din—"
"Gue di luar, cepet buka pintu!" Datarnya lagi.
Yangyang mencoba mengintip dari jendela ternyata benar di depan pintu ada seseorang yang sedang memainkan ponsel. Sekarang dia sudah cukup yakin dan percaya diri jika yang berada di luar itu adalah Kun.
Yangyang dengan cepat pergi keluar kamar dan membukakan pintu, meskipun sebenernya dia masih bingung kenapa suara Kun sedatar itu? Apa dia punya masalah? Entahlah dirinya juga tak tahu apa yang menjadi penyebabnya kakaknya itu jadi dingin seperti itu.
Clak...
Criett...
"Bang Kun, mau pulang kenapa gak bilang bilang?" Tanya Yangyang pada Kun yang membelakangi pintu.
Kun menoleh, namun betapa kagetnya Yangyang saat seseorang yang berada di hadapannya itu langsung menyergapnya sampai Yangyang terjatuh dan lebih kagetnya lagi itu bukan Kun melainkan....
"Lo kan udah mat—Mpppphhh."
"Ikut gue atau Lo yang mati?"
|Death Spells|
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.