"Awww-"
Jisung sedikit meringis saat memegang kepalanya yang terasa sedikit pening dan sakit.
Jisung membuka matanya perlahan, melihat sekeliling ruangan yang tak ia kenali. Dengan tubuh yang masih terasa lemas ia paksakan untuk bangun dari posisi berbaringnya.
"Ini gue dimana anjir?" Tanya Jisung pada dirinya sendiri.
Jisung mencoba berdiri, dia baru sadar jika kakinya juga di perban. Seingatnya dia waktu itu berada di kawasan bukit untuk mencari kayu bakar bersama Sandra lalu dia ingat terakhir kali sebelum dia berada disini dia sempat jatuh terperosok ke jurang.
"OH IYA SANDRA MANA? Dia tinggalin gue sendirian anjir?" Jisung baru menyadari jika Sandra tidak bersamanya.
Dengan kaki sedikit pincang dia mencoba berjalan keluar dari kamar yang berlapiskan dinding kayu. Rumah ini seperti rumah tua yang sudah lama tidak ditempati. Namun meskipun begitu rumah ini masih terlihat rapi dan bersih, mungkin rumah ini ditempati oleh seseorang yang membawa Jisung ke rumah ini, hanya saja memang penampilan rumahnya yang terlihat tua.
Jisung berjalan keluar, dia tidak menemukan siapapun disini rumah ini sangat sepi. Jisung hendak pergi keluar rumah, namun dia mendengar orang yang sedang mengobrol di pintu belakang dapur.
Niatnya yang hendak pergi ke pintu depan ia urungkan, jadinya dia pergi ke arah pintu belakang yang berada dekat dapur.
Ceklek...
"Eh lu udah bangun Ji?"
Saat dia membuka pintu, dia disambut oleh Sandra yang sedang memetik sayur sayuran di kebun belakang rumah.
"U-udah! Kenapa emangnya? Eh ini rumah siapa anjir? Kok kita ada disini?" Tanya Jisung baru teringat akan pertanyaan yang sedari tadi mengelilingi pikirannya.
Sandra melihat ke arah kepala dan kaki Jisung yang sama sama dibaluti oleh perban.
"Kaki sama kepala lu udah baikan?" Tanya Sandra sambil mengusap lembut kening Jisung.
Jisung yang merasakan perasaan itu lagi secepatnya menepis tangan perempuan itu.
"Eh?"
"Sorry refleks, gue gak suka di sentuh sentuh." Kaku Jisung yang membuat Sandra mendelik.
"Jangan kegeeran, gue kan cuman nanya doang gada maksud lain ini." Jelas Sandra dengan wajah sebal.
"Lu belum jawab pertanyaan gue anjir, ini rumah siapa? Kenapa kita bisa ada disini? Terus barang barang sama tas gue mana? Ter-ophhh."
Sandra membekap mulut Jisung yang terus menyerocos dengan berbagai pertanyaan.
"Kalau lu nyerocos mulu, kapan gue jelasinnya bjir?"
Jisung nyengir garing.
"Yeu kan waktu itu elu jatoh ke jurang, terus barang barang Lo gatau noh jatuh kemana pokoknya gue cuma nemuin Lo doang yang udah pingsan. Terus kita di tolongin sama kakek tua yang punya rumah ini, lu pingsan ampe dua hari anjir."
"Serius? Gue pingsan dua hari?"
"Iyalah, ngapain gue bohong."
"Terus ini baju siapa?"
"Baju si kakek lah, soalnya baju baju Lo kan udah ilang gatau kemana. Gua juga pake baju dia,"
"Terus kakeknya kemana?" Tanya Jisung sambil melihat kearah sekeliling kebun.
"Eh, nak Jisung udah bangun? Kepala sama kakinya sudah baikan nak?" Jisung menoleh, ada seorang kakek yang menghampiri mereka berdua. Kakek tersebut adalah Kakek pencari kayu bakar yang menolongnya.
"Eh Kek, udah kok Jisung udah baikan cuma kaki aja yang masih kerasa sakit. Itu juga gak sakit sakit banget kok,"
"Syukurlah kalau gitu, kakek khawatir banget loh waktu nemuin kamu di jurang ditambah lagi kamu gak sadarkan diri sampe dua hari." Jelas kakek tersebut.
"Noh kan, gak percayaan elu mah sama gue." Jelas Sandra yang tak dibalas oleh Jisung.
"Oh iya tadi kakek udah masak buat kalian makan, karena Jisung udah bangun gimana kalau kita makan dulu? Kamu juga pasti laper kan?" Tanya Kakek.
Jisung hanya mengangguk kecil sambil tersenyum. Lalu mereka bertiga menuju ruang makan, disini tidak ada meja makan ataupun kursi. Mereka duduk lesehan di samak yang terbuat dari anyaman.
"Maaf ya makanannya cuma ini ini aja,"
Jisung tersenyum.
"Gapapa Kek, justru sayur bagus banget buat kesehatan kan. Kita udah Kakek tolongin juga udah berterima kasih banget. Maaf ya Kek, Jisung sama Sandra ngerepotin Kakek banget."
"Ih itu mah Lo doang sih, gue mah banyak bantu Kakek beres beres kali." Cibir Sandra.
Kakek itu tertawa kecil.
"Gak apa apa nak, udah kewajiban kakek buat selalu menolong sesama. Kakek bersyukur kamu udah agak baikan dari sebelumnya," Ucap kakek tersebut yang di balas anggukan oleh Jisung.
"Ngomong-ngomong kalian berdua ini mau kemana? Jarang banget ada orang yang main kesini." Jelas Kakek tersebut.
Sandra dan Jisung saling menatap.
"Elu lah yang jelasin, kan elu yang punya misi gue mah cuma anter doang kan?" Jelas Sandra.
"Jadi gini kek, sebenernya kita kesini bukan mau main. Tapi kita lagi nyari obat buat sembuhin kedua kakak saya." Jelas Jisung, meskipun dia agak ragu takut kakek ini merasa aneh dengan masalah yang sedang menimpanya.
"Obat? Emangnya kakak kamu sakit apa?"
Jisung sempat terdiam tidak menjawab langsung pertanyaan itu.
"Emm gimana ya jelasinnya-" Ragu Jisung.
"Gak apa apa lah, jelasin aja siapa tau kakek ini bisa bantu apalagi si kakek sehari hari tinggal disini siapa tau dia tau sumber obatnya." Jelas Sandra.
"Iya tuh, jelasin aja siapa tau Kakek bisa bantu kalian."
"Jadi gini, kedua ruh kakak saya diambil oleh iblis. Ada orang jahat yang mencoba mencelakakan keluarga kami, tapi yang kena imbas nya malah kedua kakak saya. Mereka berdua udah lumayan lama gak siuman karena ruh mereka yang ditahan oleh iblis, terus pas saya coba tanya ke temen katanya suruh cari aja kakek dia di Bukit Garades ini katanya kakeknya tinggal disini dan katanya dia mungkin bisa bantu cari obatnya buat masalah ini, tapi saya juga gak tau obat apa yang harus saya cari karena temen saya bilangnya nanti kakeknya dia yang bakal menjelaskan." Jelas Jisung panjang lebar.
Kakek tersebut terlihat sedikit berpikir, Sandra dan Jisung lagi lagi hanya saling menatap satu sama lain.
"Siapa nama temen kamu itu?"
"Yangyang, nama temen saya yang nyuruh pergi kesini Yangyang adiknya bang Kun. Tapi saya lupa namanya pokoknya nama kakek itu Liu A-A apa ya?" Jelas Jisung sambil menatap Sandra.
"Lah mana gue tau,"
"Pokoknya nama Kakek nya itu Liu ah-ish Jisung lupa lah Kek namanya siapa. Yang pasti nama temen Jisung itu Yangyang, kenapa emangnya kakek nanyain nama temen saya?"
Kakek itu tersenyum.
"Ternyata kecelakaan kamu masuk ke jurang itu membuat kamu menemukan apa yang kamu cari." Ucap Kakek tersebut.
Jisung masih bingung dengan ucapannya.
"Maksudnya Kek?"
"Saya Liu Ahoy Kakeknya Yangyang dan Kun."
Ucapannya itu membuat Jisung yang tengah mengunyah nasi menjadi tersedak. Nama itu, iya dia baru ingat nama itu. Jadi dia benar benar kakeknya Yangyang?
Mata Jisung membulat sempurna, antara senang, kaget dan tidak menyangka.
"KAKEK SERIUS?"
|Death Spells|
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Spells | Park Jisung
Fanfiction"This soul will remain eternal, until the revenge is truly avenged."