Day 19

179 15 0
                                        

"Ibu harap diam disini, biar kami yang menangani pasien." Seorang dokter menahan Saera untuk masuk ke dalam ruangan gawat darurat.

Saera panik setengah mati ketika melihat Johnny yang pingsan saat mendengar kabar Renjun, sedangkan Mark terduduk di ruang tunggu dengan bajunya yang basah kuyup karena kehujanan.

Saera menghampiri Mark yang duduk sambil termenung, ternyata Mark tak hanya diam, tetapi dia juga menangis tanpa suara. Air matanya nyaris tidak terlihat karena keadaanya yang sangat begitu basah.

Saera terduduk, memeluk anak sulungnya itu sambil menangis.

"Kamu banyak banyak berdoa ya, semoga Tuhan masih melindungi Papa."

Ucapan Saera tak kunjung di gubris oleh Mark, lelaki itu hanya diam di balik pelukan hangat Saera.

"Kamu mau tetep disini atau mau ikut ke ruangan Renjun?" Tanya Saera yang membuat Mark menatap mata mamanya itu.

"Mark disini aja, mama aja yang pergi kesana. Mark masih mau nungguin Papa."

Bukan tidak peduli, melainkan Mark tidak siap dengan kenyataan yang akan menyambutnya nanti. Dari ucapan Chenle saja jantung Renjun sudah tak berdetak lagi, dan kemungkinan besar mungkin Renjun sudah meninggal. Mark tidak kuat jika harus dibuat semakin menangis oleh keadaan Renjun sekarang. Papanya yang sekedar shock sampai pingsan saja sudah membuatnya merasa sangat terpukul, apalagi keadaan Renjun yang mungkin sudah meninggal? Mark tidak bisa membayangkannya dia akan sehancur dan sesedih apa nanti.

"Kamu yakin?"

Mark hanya mengangguk kecil, tidak ada niatan untuk membalas ucapan Mamanya.

"Yaudah kamu tunggu disini kalau ada apa apa cepet telepon Mama. Mama mau ke ruangan Renjun dulu,"

Mark tak menjawab apapun dia hanya menunduk sambil terus menangis.

Di sisi lain Saera dengan perasaan tak karuan pergi ke ruangan Renjun, di koridor hanya ada Chenle sendirian.

"Chenle,"

Lelaki itu menoleh, "Mama!!" Dia dengan cepat memeluk mamanya itu sambil meneteskan air matanya.

"Gimana keadaan Renjun?"

Chenle melepas pelukannya, menatap Saera dengan mata nanar.

"Dokter belum kasih kabar lagi, kabar terakhir tadi detak jantung bang Renjun udah gak berdetak, tapi dia masih bernafas. Sekarang dokter masih nanganin bang Renjun." Jelas Chenle.

Criett.....

Tak berselang lama pintu ruangan terbuka, dokter keluar dari ruangan Renjun. Dilihat dari balik luar jendela keadaan Renjun masih sama.

"Dokter, keadaan anak saya gimana? Apa dia ada perubahan? Apa dia sekarang baikan dokter?" Saera bertamya dengan suara seraknya.

Dokter tersebut terlihat menghela nafasnya.

"Dilihat dari kondisinya mungkin Renjun sudah tiada, karena detak jantungnya sudah tidak terdeteksi lagi." Jelas sang Dokter.

"Gak mungkin Dok, kalau anak saya meninggal. Tadi katanya nafasnya masih berhembus, gak mungkin dia meninggal coba dokter periksa lagi anak saya, gak mungkin kalau jantungnya udah gak berdetak."

"Nafasnya yang masih berhembus itu sudah sering kami temukan di beberapa pasien, dan biasanya beberapa jam setelah itu pasien meninggal dunia."

"Gak mungkin dokter, gak mungkin anak saya meninggal! Dia itu masih hidup dokter!" Saera pergi meninggalkan dokter tersebut, dia langsung memeluk Renjun yang terbaring lemah di bangsal rumah sakit, wajahnya yang pucat membuat Saera semakin merasa sedih. Diusapnya ubun ubun kepala anak itu dengan penuh kasih sayang.

"Bangun nak, bangun. Kamu masih hidup kan, jangan tinggalin mama Jun." Peluk Saera sambil di iringi tangis histeris.

"Apa jenazah kakak kamu mau di urus sekarang?" Tanya dokter pada Chenle yang masih mematung melihat ke arah mamanya.

"Mungkin nanti dokter, nanti saya kabari dokter lagi." Jelas Chenle berusaha se kuat mungkin berbicara pada dokter tersebut.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi."

Chenle mengangguk, dokter itu pun keluar. Chenle menghampiri mamanya yang sedang memeluk Renjun sambil menangis. Dia juga ikut menangis, tetapi tidak sehisteris mamanya.

Saera mengambil ponselnya berniat untuk menghubungi Yoona, tak perlu menunggu lama Yoona langsung menjawab panggilan dari Saera.

"Kak, Renjun udah pergi. Dia meninggal kak!!!!"

Yoona yang mendengar itu melotot kaget.

"Yang bener kamu?"

"Buat apa aku bohong, jantung dia udah gak berdetak tapi nafasnya masih ada." Jelas Saera yang membuat Yoona menjadi teringat akan keadaan Jaemin yang sama persis seperti Renjun.

"Emm Ra, kayaknya Renjun belum meninggal deh. Soalnya apa yang di alamin Renjun sama kayak Jaemin. Detak jantung dia juga enggak ada tapi nafasnya masih berhembus."

Saera berhenti menangis saat mendengar perkataan Yoona.

"Kakak serius?"

"Iya,"

"Tapi pihak rumah sakit udah menyimpulkan kalau Renjun meninggal Kak."

"Itu secara medis, koma yang di alamin Renjun kan gak seluruhnya tentang medis." Jelas Yoona.

Saera terdiam.

"Ini pasti ada yang terjadi sama rohnya mereka berdua,"

|Death Spells|

|Death Spells|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Death Spells | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang