Day 14

112 11 0
                                    

"Kalau kita gak bisa selamat bareng bareng, kenapa kita gak mati bareng bareng aja Na?"

Ucapan Renjun membuat keadaan semakin hening, Jaemin pun tak kunjung menjawab pertanyaan itu.

Jaemin terdiam saat Renjun berkata seperti itu, dia membuang pandangan beralih menatap ke arah bawah jalan gedung tinggi yang sedang mereka duduki. Di atas rooftop ini bisa terlihat jika di bawah sana ada banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Keduanya sama sama hening, tidak ada yang berbicara lagi. Ucapan Renjun tadi juga masih belum dibalas oleh Jaemin.

Ugh..

Rasa sakit tiba tiba saja menjalar di dada Renjun, perlahan demi perlahan hingga dadanya itu semakin terasa sakit. Renjun memegangi dadanya yang terasa sangat sesak seperti dicekik.

Jaemin yang masih berada dan duduk disampingnya langsung menatap Renjun panik sekaligus khawatir saat melihat Renjun merintih kecil.

"Jun Lo kenapa Jun!" Jaemin tambah panik saat Renjun jatuh terbaring akibat tidak bisa menahan rasa sakit di dadanya.

Jaemin sudah menangis, dia tersiksa melihat Renjun seperti ini.

"RENJUN LO KUAT RENJUN!! Gue harus apa Jun Lo jangan kayak gini!!!" Jaemin mencoba merengkuh Renjun yang terbaring.

Jaemin celingak celinguk kesana kemari mencoba mencari pertolongan, namun tidak ada siapa siapa disini. Kalaupun ada orang yang sama sama sedang berada di rooftop mungkin mereka tidak bisa melihat wujud Renjun dan Jaemin karena bagaimanapun mereka berbentuk ruh.

"Gue harus keman—"

"Sakit Na," Rintih Renjun kesakitan sambil memegangi dadanya.

"Ayo bangun, gue gendong Lo harus kuat!" Susah payah Jaemin mencoba untuk menggendong Renjun yang masih meringis kesakitan.

"J—Jisung Na."

Setelah Renjun mengucapkan itu ruhnya mendadak pudar, bahkan kini malah menghilang entah kemana. Jaemin yang melihat itu kaget, kemana perginya Renjun dan kenapa Renjun bisa kesakitan seperti itu.

"RENJUN LO KEMANA!"

Dengan mata yang berkaca-kaca Jaemin menyapu seluruh arah, mencoba mencari keberadaan Ruh Renjun yang mendadak menghilang.

"Hahaha, saudara kamu itu hilang ya?"

Jaemin membeku saat mendengar suara itu, suara berat yang sudah sangat ia kenali. Suara itu tak lain dari Suara Taeyong, manusia iblis yang sudah menghancurkan keluarganya.

Jaemin mengepalkan tangannya erat erat, dia berbalik dengan wajah penuh amarah dan dendam.

"Bisa bisanya Lo masih hidup?"

Taeyong tertawa.

"Harusnya om yang tanya kamu sama Renjun kok masih bisa hidup?"

Jaemin berjalan maju, menarik kerah baju Taeyong dengan kasar.

"Kembaliin Renjun!"

Taeyong menghempaskan tubuh Jaemin hingga jatuh tersungkur. Jaemin masih menatap tajam ke arah Taeyong, tak terlalu memperdulikan sikap kasar Taeyong kepadanya.

"Dia sudah tenang, gak perlu kamu cari cari dia lagi! Sekarang lebih baik kamu pulang."

"Sialan! Gue gak bakal pulang sebelum gue nemuin Renjun! Sekarang bilang sama gue dia ada dimana, Dasar bajingan!" Jaemin mendorong dada bidang Taeyong cukup kuat hingga lelaki itu nyaris hilang keseimbangan.

"Kalau dia udah ada disini kamu mau apa?"

Taeyong menunjukan botol kaca kecil yang berwarna hitam pekat, Jaemin pun tak tahu itu botol apa.

"Siniin botolnya! Keluarin Renjun dari situ!"

Taeyong mengelak saat Jaemin hendak mengambil alih botol yang berada dalam genggamannya.

"Gak semudah itu Renjun bisa keluar dari sini!"

Taeyong menjeda ucapannya, Jaemin terus menatapnya dengan tajam. Taeyong tersenyum jahat, dia mendekatkan wajah ke arah wajah Jaemin.

"Kalau kamu mau botol ini serahin nyawa Jisung buat saya! Baru Renjun sama kamu bisa pulang."

Dughh!!

Taeyong mengusap pipinya yang baru saja di tinju oleh Jaemin.

"Gue gak bakal pernah nyerahin nyawa siapapun buat iblis Lo itu, kenapa Lo gak ambil nyawa Lo sendiri aja hah? Kenapa Lo senekat itu buat hancurin keluarga gue! Emang papa punya salah apa sih sama Lo? Sampe Lo segitunya banget. Sekarang Renjun Lo ambil, Jisung juga mau Lo ambil! Emang ya Lo itu manusia yang gak punya hati nurani. Kalau gue harus milih nyawa siapa yang pantes buat di serahin, gue gak akan biarin mereka berdua jadi taruhannya. Kalau lu emang mau ngambil nyawa diantara anak anak papa yaudah ambil nyawa gue."

"Lo gak se suci Jisung dan Lo gak se rapuh Renjun, Jaemin."

"Bajing—akh!"

Jaemin tiba tiba saja merasakan sakit di dadanya, saking sakitnya matanya ia pejamkan kuat kuat, dadanya terasa sangat sakit. Namun saat dia memejamkan mata sekilas dia melihat Jisung, adiknya itu sedang berjalan di sebuah bukit bersama perempuan yang wajahnya telah hancur dan sekujur badannya membiru. Jaemin bisa menebak jika perempuan itu bukan manusia, melainkan iblis suruhan Taeyong. Dan saat dalam sekilas bayangan terakhir Jaemin melihat jika Jisung akan dicelakai oleh perempuan itu. Setelah melihat semua bayangan itu Jaemin membuka matanya dengan nafas yang masih tersengal-sengal dan dada yang masih terasa sakit.

"Udah tau kan sekarang?"

Jaemin melihat kearah tangannya yang memudar.

"Say good bye Jaemin, kamu akan tenang di dalam sini."

Jaemin menjerit saat ruhnya tersedot masuk kedalam botol hitam lain yang di pegang oleh Taeyong.

Kini Jaemin dan Renjun sudah berada dalam genggaman Taeyong, mereka tidak bisa kabur, atau bahkan menyelamatkan Jisung yang sedang dalam perangkapnya.

"Sekarang ruh mereka udah ada di tangan gue, sekarang gak ada lagi yang bisa gagalin rencana gue. Jisung pasti mati di perangkap gue,"

|Death Spells|

Death Spells | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang