"Apa bajunya gak kebanyakan Bang?" Tanya Jisung melongo saat Yangyang memasukan beberapa pakaian miliknya ke dalam tas yang akan dibawa oleh Jisung ke bukit nanti.
"Menurut gue ini cukup, bahkan kurang malah Sung."
"Itu udah banyak banget loh, hampir enam pasang baju bang. Masa gue ke bukit bawa baju lo se lemari?" Tanya Jisung cengo.
"Ya gak se lemari juga, lagian nanti lo ke bukit pasti berhari-hari anjir gakan sehari langsung ketemu kakek gue, mana disana tuh berlumpur banget. Apalagi kakek gue di puncaknya banget tinggalnya." Jelas Yangyang sambil memasukan beberapa makanan ke dalam tas Jisung.
"Emang pasti lama?"
"Ke atas bukitnya dua hari juga sampe, ini jalanin perintah dari kakek guenya pasti lama. Kalau dia bisa pastinya harus ada barang sakti yang lo cari lah."
"Iya juga sih," Jawab Jisung.
"Nih semuanya udah gue siapin, dari baju, celana, makanan. Hati-hati selama perjalanan, kalau ada apa-apa cepet hubungin gue. Eh btw lo gak mau kabarin kakak sama orang tua lo dulu?" Tanya Yangyang saat ingat jika Jisung sedang kabur dan belum mengabari kakaknya ataupun orang tuanya dari tiga hari kebelakang.
"Gue gak mau bikin mereka khawatir." Jelas Jisung sambil menyisir rambutnya.
"Justru menurut gue kalau lo gak ngabarin mereka sama sekali, mereka bakal khawatir banget sama keadaan lo sekarang Sung."
"Bukan cuma itu aja Bang yang gue pikirin, ada hal lain yang bikin gue gak mau kabarin mereka dulu." Jelas Jisung yang membuat Yangyang menaikan sebelah alisnya.
"Terus apa lagi?"
"Kalau gue ngabarin mereka gue bakal pergi ke Bukit Garades mereka pasti gak akan ngizinin gue, terutama Ayah."
Yangyang terdiam, ucapan Jisung ada benarnya juga. Kalaupun dia mengabari keluargamya yang ada ayahnya tak akan mengizinkan Jisung untuk melakukan misi nekatnya ini.
"Tapi lo yakin mau berangkat sendirian?"
Jisung mengangguk mantap, mencoba meyakinkan Yangyang jika dia bisa melalukan misi ini sendiri.
"Gue udah dewasa, kalau ada apa-apa gue janji bakal hubungin lo Bang." Jelas Jisung.
"Tapi menurut gue mending lo berangkat ke Bukit pagi aja Sung, sekarang udah malem gue takutnya lo kenapa-napa anjir." Yangyang melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul setengah sepuluh malam.
"Gue gak mau nunda-nunda lagi Bang, kasian Bang Jaemin sama Bang Renjun harus diselamatin secepatnya takutnya mereka malah makin terncam kalau misinya di tunda tunda terus. Gue berangkat sekarang ya?"
"Lo yakin?"
"Masih aja nanya." Jelas Jisung sebal.
"Gue takut lo kenapa napa anjir, yaudah kalau lo maksa berangkat sekarang hati-hati ya. Kalau ada apa-apa langsung telepon gue."
"Iya abang bawel." Jelas Jisung sambil ber tos ria dengan Yangyang yang masih menceramahi dirinya, kakak temannya ini sudah seperti kakaknya sendiri.
"Gue pamit ya, bang. Lo hati-hati juga di rumah."
Jisung pamit pergi, dan kini dia sudah menjauh dari pekarangan rumah Kun. Yangyang menatap punggung Jisung yang semakin menjauh, lalu dia menyentuh luka di lehernya.
"Semoga tuhan lindungin lo Sung,"
|Death Spells|
"Di peta sama di google maps sih bener ini jalannya." Jelas Jisung sambil celingak celinguk melihat jalanan di sekelilingnya yang terlihat sangat sepi.
"Dan ini jalur jalan ke arah bukit pasti, soalnya di peta di tulis di arah kiri dan di maps juga sama."
Jelas Jisung sambil melanjutkan jalannya ke arah jalur menuju bukit yang sudah sesuai dengan peta dan google maps. Namun suasana di bawah bukit makin malam makin terasa dingin, Jisung saja sampai merinding sendiri saat angin itu menerpa kulitnya.
"Lo gak boleh takut Jisung, ini semua demi Bang Jaemin, Bang Renjun sama yang lain juga. Lo udah dewasa dan lo bukan cowok penakut!"
Jisung mencoba menyemangati dirinya sendiri agar nyalinya tidak semakin menciut saat memasuki jalur bukit yang semakin kesini semakin gelap, dingin dan sunyi. Ini benar-benar terasa seperi acara uji nyali yang ada di televisi yang sering dia tonton saat tengah malam.
Krasakkkk
Dengan sangat teliti mata Jisung mencoba mencari tahu dimana asal sumber suara itu.
Srak.. Srukk....
"Anjir suara apa itu!!! Enggak-enggak Yakali di bukit ada harimau?" Jisunh mencoba menenangkan dirinya yang hampir panik.
Kakinya gemetar, matanya tak berhenti mencari asal suara tersebut dari arah mana.
Srak....
Srakk....
Srak...
Dughh!!!
"Akhh—"
Jisung terpental dan terjatuh saat seorang wanita berpakaian putih menabraknya dan terjatuh menindih badan jangkungnya, matanya terbelalak kaget dan mulutnya refleks menjerit.
"SETAN!!!!"
Perempuan berambut panjang yang merasa kaget karena Jisung berteriak histeris pun langsung membekap mulutnya sampai Jisung berhenti berteriak.
"Sttt jangan berisik gue bukan setan! Tapi gue manusia!!"
Jisung mencoba melepaskan bekapan tangan perempuan itu di mulutnya. Merasa Jisung terus menatapnya karena posisi mereka sangat tidak senonoh akhirnya perempuan itu beranjak berdiri dari posisinya.
"Sorry gue gak sengaja, Nama gue Sandra. Gue manusia kok, gue bukan setan yang mau perkosa lo kok bukan!!"
"SANDRA KAMU SEMBUNYI DIMANA HAH!"
|Death Spells|
![](https://img.wattpad.com/cover/338611778-288-k769236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Spells | Park Jisung
Fanfiction"This soul will remain eternal, until the revenge is truly avenged."