"Gue carinya gimana ya anjir?"
Haechan sedikit berpikir, mencoba memikirkan cara untuk mencari berita soal Sandra.
"Oh gue tau!"
Terlintas ide yang sangat bagus di otak Haechan, tanpa berpikir lebih lama lagi dia langsung mengetik apa yang dia pikirkan.
Berita tentang pencurian Jenazah atas nama Adisty—
"Sandra? Bener kan kata gue."
Haechan langsung mengklik beberapa web yang mengabarkan tentang pencurian Jenazah tersebut.
13 February 2018
Lagi-lagi tindak kriminal terjadi, kawasan area TPU Kampung Kasatra di hebohkan oleh pencurian mayat seorang perempuan. Di duga Jenazah yang menghilang itu bernama Adisty Sandra, kejadian ini membuat warga heboh. Bahkan tidak hanya di Kampung Kasatra, kabar pencurian Jenazah ini sudah menyebar luas.
Diduga, orang tua korban mengakui sangat shock dengan kejadian ini. Waningsih selaku ibunda korban sampai koma satu Minggu saat tahu kejadian jenazah anaknya di curi oleh orang lain.
Adisty Sandra, atau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Sandra ini tak hanya menghebohkan media karena Jenazahnya yang menghilang. Tetapi beberapa hari sebelum ada kabar kuburannya di gali dan Jenazah nya di curi, media juga sempat gempar dengan beritanya yang meninggal akibat gantung diri.
Haechan cengo.
"Gantung diri? Jadi ini real beneran ada? Orang itu— orang yang di mimpi gue itu beneran nyata adanya?"
Ada beberapa pengakuan dari teman kost korban dan para Saksi, jika Sandra frustasi karena dia mengandung seorang anak. Diduga anak tersebut adalah hasil hubungan gelap dengan kekasihnya.
Saat warga menemukan jasadnya yang sudah tak bernyawa, warga juga menemukan serpihan daging kecil yang membusuk di sekitar lantai kamar kostnya, berdasarkan hasil laporan dari polisi di duga itu adalah daging janin yang sengaja Sandra gugurkan.
Brughh!!!!
"GOUBLOUGH!!'
Jeno tertawa saat dirinya berhasil membuat Haechan kaget, sedangkan Haechan yang di kagetkan hanya mengelus dadanya pelan. Hampir saja dia jantungan akibat kejahilan saudaranya itu.
"Baca apa serius amat? Atau lagi belajar? Eh tapi rasanya ga mungkin deh kalau Lo belajar." Cicit Jeno.
"Mau gue belajar gak belajar juga bukan urusan Lo, Lo ngapain masuk masuk kamar gue?" Tanya Haechan sambil sedikit memincingkan matanya.
"Onoh,"
Haechan melihat ke luar jendela, ada sebuah motor yang terparkir di depan gerbang sana. Motor itu tak lain dari motor Lucas.
"Ngapain tuh anak itu kesini?"
BRAKKKKK
Pintu kamar tiba-tiba di dobrak, Mau Jeno atau Haechan mereka sama-sama kaget.
"BANGSAT LU, JANTUNG GUE AMPIR COPOT."
Haechan melempar bantal sofa ke arah Lucas. Lucas cuma nyengir sambil menghampiri keduanya.
"Gue tunggu dibawah malah makin lama, Jir yaudah gue susul aja."
"Dasar tamu gak ada ahlak, Lu kesini emangnya mau ngapain bang?"
"Gapapa si gabut doang gue," Jelas Lucas sambil baringan di kasur milik Haechan.
"Yeu, usir Jen." Titah Haechan.
"Congor lu maen usir usir aje, amal kek ke gue sedikit napa kostan gue kuncinya dibawa sama Winwin bjir. Yakali gue molor diluar gitu?"
"Bukannya biasanya lu tidur di jalanan bang?"
"Pala lu gue tidur dijalan," Lucas berhasil menjitak Jeno.
"Oh iya sekalian numpang makan gue disini boleh kaga? Gue belum makan loh dari pagi."
"Gak nanya," Sahut Jeno spontan.
"Udeh Udeh gausah ribut Mulu, lu mau makan ambil aja sana bang. Ambil sepuasnya."
"Tuh Haechan mendadak ganteng kalau balik gini," Kata Lucas sambil ngacir keluar kamar dan pergi ke dapur buat ambil makan.
"Iuh curiga gue mah lu ga normal," Haechan bergidik ngeri.
Beberapa detik Jeno mengamati layar laptop Haechan.
"Eh Chan, kok lu nyari tau kasus cewe ini sih? Ini cewe yang ada di tv itu kan?"
Haechan kaget saat Jeno menyadari apa yang sedang di telusuri olehnya.
"Iya,"
"Kenapa lu nyari kasus cewe ini? Lu yang hamilin dia?" Ceplos Jeno yang langsung mendapat tatapan nyolot dari Haechan.
"Tolol mana ada gue hamilin anak orang! Ngaco bener lu kalau ngomong."
"Ya terus apa faedahnya?"
"Sebenernya gue mau kasih tau tapi nanti takut disangka ngehayal gue." Jelas Haechan.
"Emang lu kenapa sama cewe ini?"
"Gue mimpi cewe ini terus minta tolong cariin jasad milik dia ke gue,"
"Tuh kan fix lu mah hamilin dia."
Jeno di toyor Haechan lagi.
"Kagak bangsat! Dengerin dulu makannya gue ngomong belum beres."
"Yaudah iye iye, apa jadinya yang mau Lo jelasin ke gue?"
"Pokoknya setiap gue mimpi tuh kayak saling berhubungan gitu loh mimpinya, mungkin aja Jisung ada kaitannya sama cewek ini?"
"Karena?" Tanya Jeno sambil menaikan sebelah alisnya.
"Karena gue pernah denger dia bilang adik kamu dalam bahaya, dan waktu gue mimpi lokasinya lagi di hutan eh bukit deh kayaknya gue denger suara Jisung."
"Bukit?"
"Ah ngaco Lo,"
"Sumpah, demi tuhan gue mah!"
"Terus lu inget bukit apa yang ada di mimpi lo itu?" Tanya Jeno memastikan.
"Kagak!!"
"Yeu, dasar dongo!" Celetuk Jeno.
"Iya da si Haechan mah dari dulu juga dongo, adek lu tuh dongo."
"Ni kingkong main nongol nongol aje, udah numpang makan, belagu, nyambung nyambung aje lagi." Jelas Haechan.
"Bercanda sayang, muach."
"Jijiikk gue dengernya,"
"Justru ya Jen, makannya gue lagi cari cari tempat di kasus ni cewek siapa tau ada pencerahan dan gue bisa nemuin nama bukit yang ada di mimpi gue itu."
"Tapi lu yakin itu semua akurat?" Tanya Jeno.
Haechan sama sama mematung.
"Kagak tau juga dah," Tanya Haechan.
Prak!!!!
Gelas yang tadi di pegang Lucas tiba tiba saja jatuh.
"Lah kenapa lu? Salatri berat?"
Lucas menggeleng dengan wajah panik.
"Bukan,"
"Terus?" Tanya Haechan heran.
"Masa tadi gue ada yang bisikin, suara cewek dia tiba-tiba bilang Deket telinga gue, dia bilang nama bukitnya bukit Garades."
Jeno dan Haechan saling menatap satu sama lain, sedangkan Lucas masih dengan wajah paniknya.
"Lu gak bercanda kan?"
"Liat telinga gue merah gini, lu berdua masih kagak percaya?"
|Death Spells|
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Spells | Park Jisung
Fanfiction"This soul will remain eternal, until the revenge is truly avenged."