Day 15

113 12 0
                                    

Jisung masih menatap Sandra dan tak berhenti menuntunnya, ada perasaan sedikit tidak enak hati saat dia menuntun perempuan itu. Sandra yang merasa di tatap pun menatap Jisung balik dengan matanya yang masih terlihat berair karena tadi mual mual akibat mencium aroma daun kelor.

"Sorry, gue gak tau kalau lu alergi." Singkat Jisung dengan perasaan bersalah.

"Gapapa, ini bukan salah Lo. Lo juga kan gak tau, bukan di sengaja." Jelas Sandra yang masih terlihat lemas.

"Tapi Lo masih pusing? Masih mual?" Tanya Jisung khawatir sambil menatap wajah pucat itu.

Sandra menggeleng kecil, mencoba meyakinkan Jisung jika dirinya sudah membaik dari sebelumnya.

"Serius udah gak pusing atau mual?"

"Iya, gue udah agak baikan kok gak sepusing tadi." Jelas Sandra mencoba meyakinkan.

Jisung tak menjawab lagi seolah olah dia percaya pada ucapan perempuan itu jika keadaannya itu sudah agak lebih baik dari sebelumnya, meskipun Jisung tidak sepenuhnya percaya dia hanya diam.

"Kita istirahat dulu aja ya," Jelas Jisung sambil membantu Sandra untuk duduk di bawah pohon besar.

Sandra dan Jisung terduduk di bawah pepohonan, cuaca hari ini cukup terik membuat Jisung sedikit kelelahan meskipun baru berjalan sebentar. Namun cuaca terik tak membuat jalanan tanah di area bukit menjadi kering, keadaan jalanan di area bukit masih sangat becek dan basah, karena bekas hujan semalam yang cukup deras.

"Nih," Jisung menyodorkan sebuah gelas berisi air hangat pada Sandra.

"Apa?" Tanya Sandra dengan wajah polosnya, dia menatap Jisung sambil bersandar pada batang pohon besar di belakangnya.

"Minum air anget dulu, biar gak mual terus." Jelas Jisung sambil tersenyum kaku. Entah kenapa Jisung sering merasa salah tingkah sendiri saat ditatap seperti itu oleh Sandra.

"Itu bekas—"

"Enggak kok, ini air hangat murni gak di campur sama air tadi." Seakan akan mengerti apa yang akan diucapkan perempuan itu, Jisung langsung sigap memberi penjelasan.

Sandra menerima segelas air hangat pemberian Jisung, perlahan dia meminumnya.

"Enakan kan?"

Sandra mengangguk kecil, selepas itu hening. Kecanggungan pun menyelimuti mereka berdua kembali.

Jisung tak tau harus melakukan apa, handphone-nya mati. Kalaupun mengajak perempuan itu mengobrol Jisung merasa itu bukan pilihan yang tepat. Pasalnya kalaupun dia mengajak Sandra mengobrol, dia tak tahu harus membahas topik apa karena seumur umur dirinya hidup, dia belum pernah sedekat ini dengan perempuan.

Sadar sudah terlalu lama larut dalam lamunan, Jisung melirik jam di tangannya.

"Eh udah hampir jam setengah tiga sore aja," Celetuk Jisung refleks.

"Oh iya, nanti malem kita mau tidur dimana? Dari tadi kita belum nemu goa buat neduh semaleman. Oh iya terus senter lu udah nyala lagi belum?" Tanya Sandra yang membuat Jisung teringat akan senternya yang mati.

"Oh iya, kita gak punya senter buat nanti malam." Jelas Jisung langsung membuka tasnya dan mengambil senternya yang mati.

"Masih bisa di benerin emang?" Tanya Sandra tak yakin pada Jisung yang sedang membenarkan senternya.

"Keliatannya udah gak ada harapan tuh," Lanjut Sandra lagi.

"Terus nanti kita malem gimana? Di goa kan pasti gelap, hp lu juga mati sekarang senter lu juga mati. Nanti pencahayaan kita dari mana jir?" Tanya Sandra.

Jisung berpikir sebentar.

"Iya juga ya, kalau gitu lu tunggu disini sebentar gak apa apa?"

Sandra mengerutkan keningnya.

"Lu mau kemana? Lu jangan tinggalin gue jir!"

"Mana ada gue tinggalin lu, gua mau cari kayu bakar lah jadi nanti kita bikin api unggun aja. Sekarang emang lu kuat kalau harus ikut cari kayu bakar?"

"Iya juga sih, gue masih lemes."

"Kan, makannya Lo tunggu disini sebentar gue mau cari kayu bakar dulu buat nanti malem." Jelas Jisung sambil beranjak pergi.

Saat hendak pergi, Sandra mencekal lengannya.

"Jangan jauh jauh tapi, nanti kalau lu nyasar kita kepisah!"

Jisung mengangguk, "Gak bakalan jauh jauh, kok gue cari di sekitaran sini kok. Tenang aja gue gak sejahat itu buat ninggalin Lo dibukit sendirian."

Selepas itu tak ada lagi percakapan antara Jisung dan Sandra. Alih alih mencari kayu bakar, Jisung malah sibuk berjalan sambil memikirkan perasaan yang dia rasakan saat Sandra menyentuh pergelangan tangannya.

Seakan akan ada sesuatu yang menarik Jisung, "Masa iya gue suka sama tu cewek? Gak mungkin sih." Gerutu Jisung sambil mengambil kayu bakar yang dia temukan.

Saat sedang asik mengambil kayu bakar, Jisung tak sadar jika di belakangnya adalah sebuah jurang yang cukup dalam. Secara tidak sadar Jisung terus mundur tak menyadari jika di belakang ada jurang yang sangat curam.

Srak....

"Aaaaaa!!!!!"

Saat itu juga Jisung menjerit saat dirinya kini terjatuh dan terperosok ke dalam jurang itu.

Sandra yang mendengar teriakan itu langsung berlari cepat dan kaget melihat Jisung yang sudah jatuh kedalam jurang.

"JISUNG!!!"

|Death Spells|

Death Spells | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang