ln e¹³ + ln 1

33 5 0
                                    

Bab 13 : Cewek Menyebalkan!

🥀🥀🥀

"Parah lo, Cak. Mentang-mentang ini ujian semester terakhir kita, lo jadi berani sama Bu Katrin." Awan geleng-geleng kepala. Suara sumbangnya menginterupsi keheningan yang sejak tadi menemani perjalanan tiga sahabat itu di koridor.

Mereka baru saja menyelesaikan soal mata pelajaran terakhir yang diujikan di hari itu. Kimia, mata pelajaran yang berhasil membuat kelimpungan 9 dari 10 pelajar Indonesia. Pengecualian untuk Bagas. Lelaki itu tetap mempertahankan wajah datarnya begitu keluar dari ruang ujian. Berbanding terbalik dengan Awan dan sebagian teman kelasnya yang mengeluhkan betapa rumitnya soal kimia.

"Bu Katrin kalo ngasih soal suka enggak ngotak, njir! Gue jadi bertanya-tanya dia makhluk dari planet mana, kok bisa bikin soal super rumit seperti itu." Itu salah satu celetukan Awan. Begitu sadar Bu Katrin mendengar keluhannya, Awan segera menampilkan cengiran lebarnya dan membungkukkan setengah badannya memberi hormat. Pelototan tajam yang Bu Katrin lemparkan berhasil membuat nyali Awan ciut. Rasanya ingin menarik kata-katanya kembali.

Cakra yang berjalan di sebelah kiri Awan menyengir kuda memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Sesekali, Wan," katanya.

Awan spontan mendelikkan matanya ke arah Cakra. "Mata lo sesekali! Dapat nilai eror baru nangis-nangis lo," sembur Awan tak santai.

Cakra langsung mengubah raut wajahnya menjadi dongkol. "Sensi amat, njir! Lebih serem dari cewek lagi PMS," balas Cakra.

"Dikasih tau juga." Awan mencibir. Lelaki itu membuang muka dengan bibir mendumek kesal.

"Bacot lo berdua." Bagas menoleh kesal, lalu beranjak lebih dulu meninggalkan Awan dan Cakra. Kesehatan telinganya yang sudah berdengung panas nyatanya jauh lebih penting daripada mendengar ocehan unfaedah dua sahabatnya.

"Yeeeu, kita malah ditinggalin." Cakra berdecih, memandang gamang punggung Bagas yang perlahan menjauh dari jangkauan mereka.

Awalnya Awan ikut masam. Namun, melihat Bagas menghilang di pertigaan koridor menuju ruang kepsek, dengkus kasar Awan lontarkan. "Enggak usah peduliin si Bagas. Lagi sibuk dia. Kuy, ke kantin aja lah kita!" cetus Awan memberi usul.

Cakra mengerutkan kening sebelum paham maksud ucapan Awan. Lelaki itu mendengkus saat konek. Bagas pasti sibuk-sibuknya mengurus keperluan untuk pemilihan calon ketua osis periode berikutnya.

"Gasss, kantin!" sahut Cakra menerima ajakan Awan.

🥀🥀🥀

"Cak, bukannya itu Arka dan---" Awan mengerutkan kening seperti tak asing dengan sosok yang berjalan di samping Arka.

"Woi, mas bro Arka!" Cakra menyapa dengan heboh. Lelaki itu sampai melambaikan tangan excited.

Ucapan Awan menggantung di udara oleh teriakan Cakra yang memekakkan telinga. Awan menggorek telinganya yang berdegung, lalu melirik sinis sosok menyebalkan di sebelahnya. Belum sempat mengetok manja kepalanya atau paling tidak memberi wejangan, tahu-tahu Cakra sudah berjalan menghampiri Arka di seberang sana, di perbelokan koridor menuju kantin. Hela napas Awan dendangkan, lalu menyusul Cakra dari belakang.

"Cewek lo, bro?" Cakra bertanya usil sembari menunjuk Kara di samping belakang Arka. Sedikit tertutupi oleh badan Arka sehingga tidak terlihat jelas oleh Awan dan Cakra.

Arka melengoskan pandangan. Sebenarnya malas untuk menanggapi pertanyaan tak berbobot dari Cakra. "Kakak gue," jawab Arka apa adanya.

Sontak Cakra membelalakkan matanya. Segera Cakra berpindah ke samping Arka untuk melihat sosok yang selalu membuatnya penasaran selama ini. Cakra tidak boleh melewatkan kesempatan langkah untuk melihat bagaimana rupa kakak perempuan Arka. Sedetik Cakra terpana dengan pesona cantik natural Kara saat gadis itu menoleh padanya. Melongoh sampai rasa-rasanya iler mengalir deras saking takjubnya andai mereka sedang bermain peran.

BagasKara : EfemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang