PART 24 : BANGKIT
🌱🌱🌱
Kara baru selesai keramas malam itu. Semula Kara tengah mengeringkan rambut di depan cermin dengan bantuan hairdryer. Sambil gadis itu bersenandung kecil.
Atensinya teralih kala benda pipih di atas meja belajar mengeluarkan bunyi ting. Cepat-cepat Kara menyudahi kegiatannya. Tanggung pula kalau dijeda. Kara hampir selesai.
Usai mengemas alat-alat dandan dan semacamnya ke tempat semula, Kara beranjak dari tempat duduk. Diraihnya handphone yang sudah dua kali mengeluarkan notifikasi itu, lalu beranjak ke balkon kamar.
082196xxxxxx
Sv
Refleks dahi mengeluarkan kerutan. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Dalam hati Kara menerka-nerka siapa pemilik di balik nomor baru tersebut. Mungkinkah Alana sengaja ingin mengerjainya?
Kara menggeleng. Tidak mungkin. Mereka belum seakrab itu untuk saling bercanda gurau. Kara mengerutkan kening semakin dalam. Lantas siapa?
Pertanyaan itu kembali bersarang memenuhi otak Kara hingga notifikasi berikutnya dari nomor tersebut menjawab semua pertanyaan Kara.
Bagas
Ketua Osis loBegitu isi chatingan-nya. Sontak bola mata Kara membulat. Sedikit terkejut perihal darimana laki-laki itu mengambil nomor whatsapp-nya. Sedetik kemudian berdecih saat satu pesan lagi masuk dari nomor Bagas.
Besok pagi gue jemput
Awas telat
Gue paling anti nunggu lamaKara mengernyitkan dahinya ke atas. Apa-apaan coba, cibirnya dalam hati.
"Gue juga enggak minta lo jemput kali!" Kara memaki dengan mendekatkan ponsel ke depan bibir. Ponsel itu lalu dibuangnya asal ke tempat tidur. Kara memlih mengabaikan pesan tersebut daripada kebakaran jenggot seorang diri.
Di tahun baru, tahun 2024 ini Kara berkomitmen untuk lebih insten dalam merawat kesehatan kulitnya. Salah satu caranya dengan Kara menerapkan pola hidup sehat dan sebisa mungkin meminimalisir mood swing-nya. Kara pernah dengar, katanya marah-marah bisa membuat seseorang terlihat lebih tua dari umurnya.
Besok adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur akhir tahun. Minggu kedua di bulan pertama dengan jumlah hari tiga puluh hari. Waktu berjalan begitu cepat. Bahkan rasa-rasanya, baru kemarin Kara diantar pulang oleh Awan memakai motor Bagas. Padahal kalau dipikir-pikir, itu terjadi dua minggu yang lalu. Kala Kara kembali dipergoki Ananta pulang bareng lagi bersama teman lelakinya.
Kara masih ingat jelas bagaimana suasana mencekam luar biasa malam itu. Begitu turun dari motor, Kara langsung disambut delikan tajam menusuk dari sosok pria di depan pintu bangunan bertingkat itu.
Kara memberanikan diri mendekat pelan. Meski setiap langkah disertai degupan jantung yang menggila. Badan ringkih itu sontak membungkuk, kepala merunduk kalah intimidasi oleh pelototan Ananta. Puncak tertinggi kemarahan pria itu ketika hanya tatapan matanya yang bicara sedangkan bibir sepatah pun tak bersuara. Dan Kara lebih memilih lelaki itu memaki atau bahkan menjadikan Kara samsak pelampiasan kemarahan daripada hanya berdiam-diaman seperti itu.
"Kara minta maaf, yah," ujar gadis itu lirih. Nada bicaranya bergetar, nyaris terdengar.
Tak ada sahutan. Kara memberanikan menangkat dagunya. Ananta masih menatapnya, tetapi kali ini Kara tak melihat emosi di balik sorot dingin itu. Tatapan kosong nan datar. Entah kenapa justru semakin memicu rasa bersalah dalam benak Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BagasKara : Efemeral
Dla nastolatkówCover by canva Tentang Kara yang tidak pernah mendapat bahagia oleh semesta. Dan, tentang Bagas yang menemani wanita berbeda keyakinan dengannya mencari cercah keping-keping kebahagiaan yang bersembunyi di balik kelamnya malam. *** Start : 01 Oktobe...