Catatan enam belas

609 60 6
                                    

Jam 8 malam. Seperti biasanya lala kerja di cafe dan akan pulang setelah jam 9 malam. Gaji di cafe memang tidaklah terlalu besar, tapi dia cukup suka dengan pekerjaannya.

Walau kadang sering mengeluh pada Anton sebab Lala belum biasa melakukan pekerjaan diluar rumahnya. Apalagi kerja sama orang semacam ini buat Lala sendiri adalah suatu hal yang baru buat dirinya.

Tapi Lala merasa senang-senang saja karena dia jadi bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif. Dan satu lagi. Dia jadi punya teman baru.

"Totalnya 42.000 ribu rupiah" kata Lala pada salah satu customer setelah dia menghitung semua jumlah belanjaan.

"Sebentar mbak"

Lala tersenyum tipis sembari mengangguk. Tidak lama sang customer memberikannya selembar uang pecahan 50.000 ribu.

"Uangnya 50.000 ribu rupiah ya mas" kata Lala. Kemudian mengetik sesuatu di mesin kasir.

Dengan gerak cepat Lala meletakkan uang tersebut di dalam cash drawer setelah lacinya terbuka. Setelah itu meraih pecahan uang kecil dan memberikannya pada customer.

"Kembaliannya 8.000 ribu rupiah ya mas. Terima kasih" kata Lala. Bibirnya tersenyum ramah seraya memberikan uang ditangan kanannya.

"Makasih mbak" balasnya seraya senyum pada Lala. Meraih pesanannya. Lalu segera pergi.

Lala melihat kepergian sang customer. Dia menatap belakang punggungnya dari balik meja kasir. Lalu menoleh ketika mendengar Sisi teman shiftnya berbicara.

"Lama banget jam 9. Rasanya mau cepetan pulang. Udah pegel banget kaki" keluh Sisi.

Mata Lala langsung melihat jam yang berada di tangan kirinya, lalu berkata, "sebentar lagi si. Satu jam lagi kita pulang"

"Satu jam kalau lagi ditungguin berasa jadi lima jam"

Lala terkekeh kecil untuk menanggapi Sisi. Sementara pandangannya mengarah pada pintu cafe saat pintu kaca transparan itu kembali terbuka.

Seketika Lala mendengus malas saat melihat Rangga dan Aryn sedang berjalan menuju ke arahnya. Dari sekian banyak cafe yang ada di sekitarnya. Mengapa harus cafe tempatnya bekerja yang menjadi tujuannya. Batinnya.

"Silakan kak" ucap Sisi lebih dulu. Karena Lala diam seolah mengabaikan. Sangat Tidak profesional memang. Tapi Lala tidak peduli.

"Aku mau ice cokelat. Kamu mau apa?"

"Satu latte satu cokelat. Yang lattenya panas. Yang cokelatnya dingin" kata Rangga.

Mereka mengangguk. Segera membagi tugas. Lala membuat pesanan Rangga. Sementara Sisi membuatkan pesanan Aryn.

Mereka melakukan pekerjaannya dengan sangat cekatan. Kurang dari tiga menitan. Mereka sudah bisa meletakkan dua cup pesanan di meja bar.

"Totalnya 48.000 ribu kak" kata lala setelah selesai menjumlahnya totalnya pada mesin kasir.

"Nah! Kayak gitu dong. Kan lebih enak di dengernya" sahut Rangga membuat Aryn mendengus sebal. Kemudian menatap sinis ke arah Lala yang langsung dibalas dengan tidak kalah sinisnya oleh Lala.

LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang