Catatan empat belas

695 49 20
                                    

Esok harinya lala berusaha untuk mulai bersikap biasa saja. Walau jauh di dalam lubuk hati milik lala sakit itu masih terasa.

Pagi ini lala datang ke rumah Rangga setelah empat hari lamanya lala tidak menginjakkan kakinya ke dalam rumahnya.

Lala datang setelah Anton berkata padanya bahwa Jihan ingin bertemu dengannya. Dan sekarang Lala sudah berada di ruang tengah setelah mendengar Jihan menyuruh dirinya datang.

Lala tersenyum kecil ketika matanya bertemu tatap pada Jihan yang berjalan menghampiri dirinya dari arah dapur sembari membawa sebuah paper bag.

"Duduk dulu la. Ini pegang dulu ya. Tante mau ke kamar sebentar" ucap Jihan. Dia memberikan paper bag tersebut ke lala. Kemudian kembali berjalan menuju ke kamarnya.

Lala membuka paper bagnya. Melihat ke dalam paper bag berisi brownies. Seketika senyumnya merekah. Tapi memudar saat melihat kehadiran Rangga yang datang dari arah lantai dua menuju dirinya.

"Gue beneran kangen banget. Akhirnya lo mau datang kesini lagi" ucap Rangga setelah dirinya berdiri selangkah didepan lala.

"Gak usah geer. Gue datang karna tante nyuruh kesini. Bukan karna memang mau datang kesini"

"Jangan marah lagi. Jangan ngediemin gue lagi. Gue minta maaf. Benar-benar minta" ucapnya sembari meraih tangan kanan Lala. Menggenggamnya.

"Lo bisa segampang itu minta maaf ke gue. Sementara gue hampir setiap malam gak bisa tidur. Gue terus-terusan kepikiran"

"Coba lupain"

"Gak bisa, Rangga. Yang gue inget setiap ngeliat wajah lo malah makin buat beban pikiran gue semakin bertambah"

"Gue minta maaf. Benar-benar minta maaf. Jangan khawatir la. Gue janji apapun yang terjadi gue akan tanggungjawab" bisiknya.

"Janji juga ke gue kalau lo bakalan putusin Aryn"

"Aryn biar jadi urusan gue. Sekarang lo gak usah mikir terlalu jauh"

"Gue butuhnya kepastian! Bukan janji!"

"Kepastian yang pasti belum tentu jadi juga kan?"

"Lo benar-benar ngeremehin masalah ini"

Rangga menggeleng ribut, "bukan gitu lala. Maksudnya gue tuh daripada terus-terusan mikir yang belum pasti terjadi. Lebih baik mikir positif"

"Gimana bisa gue mikir positif setelah kemarin kita gak-- diem. Ada tante"

Lala menepuk lengan Rangga dengan keras. Meminta lelaki itu untuk segera menoleh ke belakang.

Mereka melihat Jihan berjalan dari kamarnya menuju arahnya sembari membawa sebuah paper bag di tangannya. Kemudian berhenti tepat di depan mereka.

"Ngapain kamu disini sambil pegang-pegang tangan Lala?" tanya Jihan. Matanya melihat pada kedua tangan Rangga yang memegang tangan kanan Lala. Menggenggamnya.

"Oh, ini--"

"Biasa tan. Kita lagi bercanda" sahut Lala dengan cepat memotong kalimat Rangga seraya menarik tangannya.

"Kalau bercanda jangan berlebihan kamu ngga" kata Jihan sembari mendorong bahu Rangga supaya bergeser dari hadapan Lala. Kemudian wanita itu duduk di sebelah Lala.

"Iya ma"

"Kemarin sewaktu di Bandung. Tante sempet mampir ke toko baju. Niatnya sih cuma mau main karna ponakan ngajak jalan-jalan. Tapi malah belanja. Terus gak sengaja tante liat dress cantik banget. Jadinya tante beliin buat kamu. Tante gak tau sih warna kesukaan kamu apa.. Tapi semoga kamu suka"

LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang