Jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Hujan deras sudah berhenti. Kini tergantikan oleh gerimis kecil sejak satu jam yang lalu.
Dibawah selimut Lala menutupi seluruh tubuhnya. Dia menangis. Sama sekali tidak bergerak dan terus menangis tanpa henti.
Lala merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat sakit sekaligus nyeri. Bahkan untuk bergerak saja rasanya terasa sakit. Namun rasa sakit yang dirasakan pada fisiknya tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada di hati Lala malam ini.
Lala terus menangis dengan suara yang lirih dan tidak mau menampakkan wajahnya. Dia sama sekali tidak mau terlihat meski Rangga telah berkali-kali membujuknya.
Sementara Rangga duduk di tepi ranjang. Lelaki itu bertelanjang dada membelakangi lala yang masih berbaring pada ranjangnya yang sangat berantakan. Wajahnya diliputi rasa lelah, kusut, dan tertunduk.
Lalu Rangga mendesah berat. Rambutnya yang berantakan dia usap ke arah belakang dengan kasar. Mendengar suara isakan lala yang tidak kunjung berhenti benar-benar membuatnya merasa bersalah.
Apalagi Rangga melakukan aktivitasnya dengan sangat kasar. Bahkan rasanya dia masih bisa merasakan gemetar pada tubuh Lala saat pelepasan terakhirnya.
Mata Rangga mulai melirik jam diatas nakas. Kemudian menghela nafasnya karena sudah hampir satu jam lamanya lala menangis dan sama sekali enggan melihat dirinya. Bahkan ketika dia berusaha menarik selimutnya. Lala menahannya dan malah tambah menangis.
Sampai akhirnya Rangga mulai merasa jenuh sebab sejak tadi hanya diam dan sama sekali tidak melakukan apa-apa. Kemudian Rangga memilih untuk segera meraih kaosnya yang masih berada dilantai dan memakainya.
Setelah itu Rangga meraih hoodie yang juga tergeletak di lantai. Kemudian naik ke atas ranjang. Menghampiri lala. Perlahan mulai menarik selimutnya.
"Lala.."
"Jangan ditarik!" jerit lala sembari menangis. Dengan suaranya yang terdengar amat serak.
"Makanya buka selimutnya. Pakai hoodienya lagi biar gak dingin" bisiknya.
Tapi lala cuma diam. Gadis itu sama sekali tidak merespon Rangga. Melihat itu Rangga kembali menariknya. Hingga bagian puncak kepalanya terlihat.
"Gue bilang jangan ditarik bangsat!"
Rangga berdecak kecil. Dia sudah tidak memiliki banyak kesabaran. Tangannya bergerak. Dengan cepat menarik selimut hingga punggung lala terlihat.
Lala langsung menangis sejadi-jadinya. Tapi Rangga malah menarik lengannya supaya lala mau menghadapnya. Refleks lala mengambil bantal. Dia melayangkan banyak pukulan ke wajahnya.
Rangga diam saja. Membiarkan apapun yang ingin lala lakukan padanya sekarang. Entah melampiaskan kemarahannya ataupun rasa kecewanya. Dia tidak berusaha menahannya.
Sampai lala mulai merasa lelah dengan sendirinya. Dia menundukkan wajahnya. Bantal di tangannya pun jatuh begitu saja.
"Jahat.. Gue mau pulang"
Rangga meraih bahu lala. Tapi dengan keras lala menepisnya. Matanya menajam melihat ke Rangga dengan air mata yang membasahi pipinya.
"Pakai hoodienya lagi. Dingin" ucapnya sembari menutup bagian depan tubuh lala yang terbuka menggunakan selimut.
"Mau pulang. Gue mau pulang!" sentaknya menepis tangan Rangga dengan keras.
"Iya. Pakai dulu hoodienya. Gak mungkin kan, pulang dengan keadaan kayak gini?" sahutnya. Segera memberikan hoodie di tangannya ke Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️
Fanfic[Selesai] 18+ Semua berawal karena hujan. ⚠️ -Semua yang ada di dalam cerita ini hanya fiktif dan bukan untuk ditiru, apalagi diterapkan di real life. -Banyak umpatan kasar dan vulgar. -Kekerasan fisik dan mental. -Kissing dan narasi intim lainn...