Catatan empat

923 64 43
                                    

◔◔◔

"Anton bangun! Pergi ke sekolah gak?"

"Bangun! "

Lala menggucang-guncangkan tubuh Anton. Tapi yang punya tubuh hanya diam sembari melanjutkan tidurnya.

"Anton!"

"Apaan sih kak! Masih ngantuk"

"Sekolah gak!" ucap Lala seraya menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Anton hingga batas lehernya.

Merasa dingin. Anton dengan cepat kembali menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Ahh dingin kak. Males!"

Lala mencebik dengan cibiran melihat Anton yang malah kembali tidur. Dengan cepat dia ikutan tidur tepat di sebelahnya. Kemudian menarik selimutnya dengan paksa.

"Bangun bangun bangun!"

Lala bergerak random di sebelah Anton. Tapi adiknya tidak bergeming sama sekali. Lala mendengus sebal. Dia kembali menegakkan tubuhnya. Kemudian menatap adiknya.

"Banguuun woi!!"

Anton tersentak kaget. Dia menegakkan tubuhnya seraya mengusap telinganya dengan gerakan sedikit kasar.

"Berisik banget sih kak!"

"Makanya bangun. Berangkat sekolah gak?"

"Iya-iya"

"Yaudah, cepetan bangun"

"Ini udah bangun. Gak liat?"

"Cepetan mandi. Nanti telat"

"Iya."

Anton menyibak selimutnya dengan malas. Dia menatap kepergian lala yang hilang di balik pintu kamarnya. Kemudian bergegas membersihkan diri.

◔◔◔

Lala berjalan cepat menuruni anak tangga. Matanya mengedar ke seluruh area rumah.
Yang Lala tahu semalam ayahnya pulang ke rumah. Tapi sejak pagi tadi dia sama sekali belum melihat keberadaan ayahnya.

"Mama"

"Mama"

Lala lantas berjalan menuju kamar Diana. Dia mengernyit bingung saat mendengar isakan kecil terdengar dari dalam kamar mamanya. Tangan Lala segera memegang handle pintu. Dengan perlahan dia dorong pintu kamar yang tidak terkunci.

"Mama" panggil Lala. Dia berjalan mendekati Diana yang sedang duduk di tepi ranjangnya. Posisi mama membelakangi Lala yang datang dari arah pintu.

"Ma, mama kenapa?" tanya Lala.

Lala menundukkan tubuhnya. Dia menatap wajah Diana yang terlihat sangat suram. Dia sentuh pipi mamanya yang kelihatan basah.

"Mama kenapa nangis? Ayah pergi lagi?"

"Iya."

"Yaudah. Biarin aja ma"

"Lala" panggil mama dengan lirih.

"Iya ma?"

"Ayah kamu kasih ini semalam buat mama"

Dengan tangan yang bergetar hebat Diana memberikan sebuah amplop cokelat, "surat gugatan cerai buat mama"

Lala terdiam. Dia membuka amplop cokelat. Dia membacanya. Seketika tangan kanannya meremas dengan erat kertasnya. Tidak ingin bertambah sakit hati. Lala langsung kembali memasukkan lembar surat ke dalam amplop.

"Mama. Jangan sedih. Ini jauh lebih baik daripada mama harus sama ayah terus"

"Itu artinya mama gagal jadi ibu yang baik buat kalian"

LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang