Catatan tujuh belas

567 57 10
                                    

Keesokan harinya. Mereka serius membahas rencana liburan yang diusulkan oleh Shaka kemarin. Itulah sebabnya sekarang mereka berada di rumah Tora.

"Menurut gue daripada kita main ke puncak mending ke pantai"

Rangga memberi ide kepada mereka. Dia pikir daripada hanya melihat banyak pohon teh sepanjang mata memandang. Lebih baik melihat laut. Lebih menenangkan. Pikirnya.

"Bagus juga sih. Kebetulan gue udah lama gak main ke pantai" sahut Shaka.

"Pantai mana? Ancol?"

Rangga memutar matanya malas, "seriusan!"

Shaka dan Tora langsung cekikikan. Melihat wajah kesal Rangga yang jarang-jarang bisa mereka lihat.

"Sawarna aja kata gue teh" sahut Shaka. Setelah lelaki itu menghentikan tawanya.

"Ahh.. Boleh banget tuh" balas Rangga.

"Nyewa villa dekat pantai. Nanti biar gue yang nyari. Lo berdua terima beres. Biar masalah tempat tidur gue yang nyari" lanjutnya.

"Gimana ra. Lo setuju kita pergi kesana dan nyewa villa?"

Tora tanpa ragu mengangguk setuju. Ibu jari dan telunjuknya memberi sebuah tanda oke ke mereka sembari tersenyum riang.

"Kita bertiga doang atau nambah manusia?" tanya Tora.

Refleks Rangga menoleh ke Shaka. Dia belum memberitahu lelaki itu tentang keikutsertaan Lala dalam liburan dadakannya ini.

"Ka, gue hampir lupa. Lala mau ikutan kalau adiknya juga ikut"

"Tambah bagus dong. Makin rame makin asik. Lagian kita tuh udah lama banget gak main bareng sama mereka" sahut Shaka.

"Gue ajak Lia sekalian kali ya? Kasian Lala kalau cewek sendirian"

"Oh, Lia sepupu lo itu?" tanya Rangga.

"Iya."

"Tapi tunggu dulu. Lala bisa libur weekend gak? Dia kan partimenya weekend" tanya Shaka ketika lelaki itu ingat bahwa hari kerja Lala dari hari kamis hingga ke hari minggu.

"Bisa aja lah. Tinggal kompromi sama lawan shiftnya aja itu mah. Tapi menurut gue sih bakalan gampang. Soalnya Sisi anaknya gak ribet" sahut Tora.

"Tapi nih ya ngga---" Shaka ingin bicara namun lelaki itu menggantung kalimatnya, "lo gak bawa Aryn kan?" lanjutnya.

Rangga menggeleng cepat, "gak lah. Bisa-bisa Aryn di jadiin samsak bullyan kalian!"

Shaka dan Tora terkekeh kecil, "bagus deh. Soalnya gue males banget kalau lo ngajak Aryn" kata Shaka.

Rangga mendengus sebal. Sejujurnya merasa bersalah karna menolak ajakan liburan Aryn tempo hari. Tapi malah pergi liburan sendiri tanpa mengajak gadis itu.

◔◔◔

Dua jam berlalu.

Rangga pulang setelah selesai membahas masalah liburan. Lelaki itu baru saja tiba dirumah dan memarkirkan mobilnya ke dalam garasi.

Rangga langsung kembali melangkah ke pintu gerbang. Lelaki itu melangkah pergi menuju rumah Lala. Tanpa ragu dia masuk ke dalam rumah setelah menekan handle pintu.

Mata Rangga mengedar ke sekelilingnya. Mencari keberadaan Lala juga Anton.

"Lala"

"Anton"

"Lal---"

"Ada apa kak?" panggil Anton dari arah belakang Rangga.

Anton berjalan dari arah pintu pembatas antara kolam renang dengan ruang tengah menuju ke arahnya sembari mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil. Bersama dengan Lala yang melangkah di belakangnya. 

Namun alih-alih lala datang menghampiri Rangga. Dia justru langsung pergi menuju sofa dan menyalakan televisi. Sementara Anton menghampirinya. Dia berdiri tiga langkah dari Rangga.

"Ikut main yuk ant"

"Kemana tuh?"

"Ke sawarna"

Anton menoleh ke Lala, "kak Lala mau ikut gak?"

"Kalau lo ikut gue ikut" sahut Lala tanpa menolehkan wajahnya ke mereka.

"Sama siapa aja kak? Sama om Jay dan tante Jihan?"

Rangga menggeleng, "sama temen-temen gue. Shaka dan Tora."

"Hm, mau deh. Kapan kak?"

"Weekend"

"Seriusan nih? ehh--- tunggu sebentar. Tapi kak Shaka dan kak Tora gak masalah kalau aku dan kak Lala ikutan?"

Alih-alih menjawab Rangga malah pura-pura memukul lengan Anton, "ahh lo gimana sih, ant? Gue yang ngajak pakai segala nanya lagi. Lagipula emang mereka yang mau ngajak kalian. Katanya biar makin ramai"

Anton senyum kikuk "ngh-- aku cuma mau mastiin aja sih kak. Kan gak enak banget kalau tiba-tiba nimbrung di acara liburan kalian"

"Aman-aman. Gak usah mikir apa-apa"

Anton mengangguk, "oke deh" sahutnya sembari melirik Lala di ruang tengah yang sedang menonton televisi, "mau ke atas kak. Ganti baju" ucapnya setelah itu.

Anton segera pergi setelah mengatakan kalimatnya. Sementara Rangga segera menghampiri Lala. Dia ikutan duduk di sebelah kanannya. Menyandarkan diri sembari menoleh ke Lala yang diam saja seolah kehadirannya tidak terlihat.

"Dia mau ikut"

"Ya"

"Nanti pulang dari cafe gue jemput"

Lala menoleh. Melihat Rangga yang kini sedang menatapnya dari samping, "jangan keseringan. Nanti Aryn ngamuk. Males."

"Tenang aja"

"Rangga"

"Iya?"

"Akhir-akhir ini gue ngerasa sering mual. Sering gak mood buat makan dan ngerasa lebih cepet capek. Gue takut banget hamil" ucap Lala dengan suara yang pelan. Merasa takut jika ada yang mendengar ucapannya selain mereka.

"Udah haid?"

Lala menggeleng, "belum. Gue telat"

Rangga diam sejenak. Wajahnya tenang dan sama sekali tidak menunjukkan ketakutan ataupun kepanikan. Justru tangan lelaki itu mulai bergerak naik untuk menyentuh kepala lala. Kemudian dengan lembutnya mengusap rambut Lala yang sedang tergerai seakan hal itu bisa membuat lala yang kelihatan sedang kalut jadi merasa sedikit tenang.

"Lo gak hamil. Palingan cuma telat biasa" bisiknya.

"Tapi gue gak pernah telat haid sampai selama ini, Rangga.."

"Mungkin yang ini telat agak lama karena memang kebetulan aja. Jangan mikir yang aneh-aneh" bisiknya lagi.

Mendengarnya mata Lala bergerak gelisah sembari menatap Rangga. Dia benar-benar takut sekarang. Tetapi lelaki di sebelahnya ini sama sekali tidak mengerti perasaannya.

LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang