◔◔◔
Lala menundukkan pandangannya. Udara dingin langsung menyentuh kulitnya yang hanya memakai kemeja tipis. Masih hujan.
"Lala"
Mendengar panggilan itu lala menoleh. Dia melihat ke Shaka yang baru saja datang.
Lelaki itu berjalan menghampirinya. Dia berdiri sekitar dua langkah dari tempat lala duduk.
"Tante Diana di dalam?"
Lala mengangguk beberapa kali. Shaka di depannya menatap bergantian lala dan Anton yang kini duduk berjauhan. Padahal yang dia tahu mereka sangat dekat.
Lalu kembali menatap lala. Dia lihat wajah lala yang sekarang sedikit pucat. Dengan cepat Shaka melepas hoodienya. Kemudian memberikannya ke lala.
"Pakai. Biar gak kedinginan"
"Kalau gue pakai nanti kak Shaka yang kedinginan"
"Kalau gue gak apa-apa kedinginan. Badan gue kan gede. Badan lo kecil. Ringkih. Mungil kayak begitu nanti yang ada sakit" sahutnya dengan kekehan ringan.
Lala memajukan bibirnya. Lalu memakai hoodie kebesaran milik Shaka. Kemudian berkata, "makasih ya kak"
"Hm, iya. Tapi ini kenapa duduknya pada jauh-jauhan sih?"
Mereka hanya diam. Shaka mendengus kecil.
"Lagi berantem ya?" tanya Shaka.
Tapi mereka masih diam seolah pertanyaan Shaka sama sekali tidak penting. Hal itu pun membuat Shaka berdecak berkali-kali.
"Jangan berantem! Kalau mau berantem mending nanti aja deh. Sekarang tuh bukan saatnya lo pada diem-dieman kayak patung" ucap Shaka.
Dan bertepatan dengan rentetan kata yang Shaka ucapkan barusan. Seseorang dari balik pintu kaca keluar dari ruangannya. Memakai pakaian serba putih. Bersama seorang wanita muda yang berjalan di belakangnya.
"Keluarga pasien ada di sini?"
"Saya anaknya dok" sahut Anton seraya beranjak dari duduknya. Dia menghampiri laki-laki yang dia sebut dengan dokter.
Diikuti oleh Lala juga Shaka yang berjalan menghampiri mereka.
"Dok, Mama saya gimana keadaannya?" tanya Anton dengan raut wajah cemasnya.
"Keadaan mama di dalam bagaimana dok? Mama baik-baik aja kan?" tanya Lala.
Dokter itu menatap bergantian mereka. Dia menghela nafas beratnya. Matanya menatap prihatin kepada mereka yang kini menunggu kepastian dari dirinya.
"Maaf" sepatah kata yang mendadak buat Lala jadi lemas.
"Maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien. Namun pasien mengalami henti jantung yang mengakibatkan organ tubuh gagal berfungsi"
"Maksudnya dok?"
"Sekali lagi kami minta maaf. Bahwa kami tidak bisa menyelamatkan nyawa pasien"
Kalimat tersebut buat Lala seketika langsung tambah lemas. Shaka yang berada tepat di sebelahnya dengan sigapnya menahan tubuh Lala supaya tidak jatuh ke lantai.
"Kami mohon maaf harus memberi kabar duka ini. Kami sudah semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien. Namun Tuhan berkehendak lain"
Anton diam tanpa ekpresi. Sementara Lala sudah menjerit-jerit di dalam pelukan Shaka.
Hingga akhirnya melemas. Dia terjatuh dan terisak lirih di lantai yang dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️
Fanfic[Selesai] 18+ Semua berawal karena hujan. ⚠️ -Semua yang ada di dalam cerita ini hanya fiktif dan bukan untuk ditiru, apalagi diterapkan di real life. -Banyak umpatan kasar dan vulgar. -Kekerasan fisik dan mental. -Kissing dan narasi intim lainn...