Catatan tiga puluh

508 49 13
                                    

Sesuai rencana. Kini Rangga dan lala sudah berada di kantor Tama. Tengah berdiri tepat di depan pintu ruang kebesaran milik Tama.

Rangga berdiri satu langkah di depan lala. Matanya menatap serius ke lala yang lebih pendek darinya.

Tangannya tengah merapikan anak rambut Lala yang menutupi keningnya. Kepangan terbagi menjadi dua di kepalanya menambah kesan lucu sekaligus imut dari Lala.

Lalu lalang para karyawan di sana Rangga abaikan. Tidak peduli orang lain mungkin akan menganggapnya tebar keromantisan ditempat umum. Tatapan takjub beberapa wanita yang ada di sana juga dia abaikan.

Inilah hubungan Rangga dan lala. Nampak seperti pasangan pada umumnya. Terlihat biasa saja namun tidak dengan isinya.

Sangat berantakan dan tidak terarah.

"Kita mau ketemu ayah Tama. Usahain jangan asal ngomong. Seenggaknya jaga image gue sedikit aja. Bisa?"

"Lo lagi berusaha pencitraan ke dia? Cih. Lo sama dia samanya! Sukanya pencitraan dan muka dua. Depan orang baik sama keluarga sendiri buruk"

Rangga berdecak, "baru banget gue nutup mulut. Lagian juga gue gak seterusnya buruk. Mukul tangan lo aja gak pernah gue lakuin. Bahkan ngomong kasar juga gue gak pernah"

"Lo emang gak pernah ngelakuin itu semua. Tapi kelakuan buruk yang udah lo lakuin ke gue rasanya lebih bikin gue sakit daripada dipukul. Lo sadar itu tapi gak mau berhenti."

Bibir lala merenggut. Matanya menatap Rangga. Dia meraih pergelangan tangan Rangga. Kemudian menyingkirkan telapak tangannya dari keningnya.

Rangga menghela pelan melihatnya.

"Mending kita sekarang masuk. Biar gue bisa cepet pulang. Pulangnya kita ke supermarket dulu"

"Iya. Terserah abis ini mau kemana."

Tangan kanan milik Rangga meraih knop pintu. Dia lalu mengetuknya sebanyak tiga kali. Sampai suara berat dari lelaki di dalam sana menyuruhnya untuk segera masuk.

Tanpa ragu Rangga membuka pintu dengan sempurna. Dia lantas menyuruh Lala untuk masuk lebih dulu. Baru setelah itu dia masuk. Lalu kembali menutup pintunya.

Mereka langsung berjalan menuju Tama yang masih duduk dibalik meja kerja. Kemudian mereka berdiri sekitar tiga langkah dari meja.

Senyuman hangat di bibir Tama langsung merekah untuk menyapa mereka seraya beranjak dari duduknya dan segera datang menghampiri mereka.

tangan Tama bergerak untuk memeluk anak perempuannya. Berharap bisa melepas rindu pada anaknya itu. Tapi Lala dengan cepatnya langsung beringsut mundur. Lala berdiri di belakang punggung Rangga sembari kedua tangannya memegang kemeja lelaki itu.

Tama senyum canggung ke Rangga. Dibalas geseran pada tubuh tingginya yang sedang menghalangi lala. Dengan pelan tangannya menarik lengan lala supaya mau berhadapan dengan Tama.

Sehingga bertemu tatap lah kedua manusia yang akhir-akhir ini berada dalam hubungan yang kurang baik.

Yang satu menyunggingkan senyuman khas seorang ayah yang merindu pada anaknya. Yang satu tersenyum malas sembari tidak berhenti memegang kemeja bagian pinggang Rangga.

"Marah mulu. Kapan mau berhenti marah?"

"Kapan-kapan kalau aku lagi mood"

Tama terkekeh kecil. Maju satu langkah lagi untuk mendekati lala. Dia lalu menatap anak perempuannya dari dekat.

"Anton aja udah bisa maafin ayah. Masa kamu gak bisa?"

"Yaitu kan Anton. Jangan samain dia sama lala. Anton ya Anton. Lala ya lala. Kalau dia udah bisa maafin ayah yaudah bagus. Tapi kalau aku belum bisa yaudah terima"

LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang