Lala harus menelan rasa kecewa sekali lagi saat dia tidak diberitahu oleh Anton tentang kepindahannya. Padahal salah satu alasan kepulangannya ke rumah selain bosan dan kesepian di dalam apartement yang kerap melandanya. Tentu saja dia pulang karena adiknya ada di rumah.
Selain itu, rumah Tama adalah satu-satunya tempat kepulangan terbaik untuk dirinya. Di sana lah dia bisa mengingat berbagai hal baik walau tidak semuanya baik. Sebab di dalam rumahnya juga terdapat kenangan buruk yang sudah ditorehkan oleh ayahnya.
Dan sekarang Anton memilih pergi. Dia lebih memilih tinggal bersama Tama untuk sebuah alasan yang lala juga belum tahu alasannya.
Tapi apa mau dikata?
Rasa sepi yang sering melandanya di dalam apartement ternyata juga melanda Anton di dalam rumahnya sendiri. Lala jelas paham. Dan dia tidak boleh egois.
Pilihan Anton buat tinggal bersama Tama pasti keputusan yang sama sulitnya seperti saat Rangga mengajak dia untuk tinggal di apartement milik Jaya.
Lala sedih, tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Melarang Anton sama saja mencari masalah baru. Dan dia tidak mau itu terjadi.
Kepala lala sudah cukup penuh dengan masalah rumah tangganya yang buat batin dan mentalnya berantakan. Dan dia tidak mau menambah lagi beban pikirannya.
Hari minggu sore. Pukul 16.30. Lala duduk di tepi ranjang milik Anton. Matanya terus saja memandang punggung Anton dari belakang. Memandang aktivitas Anton yang buat hari minggunya mendadak diliputi kesedihan.
"Lo beneran mau tinggal sama ayah? Kenapa gak kasih tau ke gue lebih dulu kalau mau pindah kesana? Terus sekarang gue kesini cuma harus ngeliatin lo ngepacking barang padahal rumah asli lo disini bukan di sana"
Anton diam. Ke-dua tangannya tengah sibuk memisahkan gantungan baju yang masih menyangkut di dalam pakaiannya sedari tadi.
Lala mendengus sebal. Merasa diacuhkan.
"Anton"
"Iya sebentar kak" jawabnya sembari ke-dua tangannya meraih pakaian terakhirnya dan memisahkannya dari gantungan. Lalu dengan cepat Anton letakkan benda tersebut di atas ranjang.
Kemudian berdiri beberapa langkah dari lala. Anak laki-laki itu memandang wajah lala yang sejak tadi merenggut.
"Gak sabaran banget"
"Kenapa gak bilang ke gue kalau mau pindah?"
"Aku gak whatsapp kakak karna mau bilang ke kakak secara langsung. Ternyata udah tau duluan dari ayah"
"Lo gak terpaksa buat tinggal di sana kan?"
"Gak lah kak."
"Lo udah bisa nerima Selin sebagai bagian dari keluarga kita ant?"
Mendengar itu Anton langsung merebahkan punggungnya ke tengah ranjang. Nafas berat miliknya keluar begitu saja seraya matanya memejam.
Anton juga meletakkan tangan kanannya di atas keningnya. Matanya terbuka. Menatap langit-langit kamarnya.
"Gak ada yang bisa gantiin posisi mama. Sampai kapanpun gak akan ada yang bisa gantiin mama" ucapnya. Suara Anton pelan, namun Lala masih bisa mendengarnya.
"Aku juga masih gak terima. Tapi gak ada salahnya kita nerima dia sebagai orang lain di keluarga kita. Dia memang udah jadi istri ayah sekarang. Tapi kita masih bisa anggap dia orang lain. Dan gak usah terlalu peduli sama dia"
Lala diam. Alih-alih menjawab kalimat yang telah Anton ucapkan. Lala justru memanggil namanya.
"Anton"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESHIT || Rangga X Lala ✔️
Fanfic[Selesai] 18+ Semua berawal karena hujan. ⚠️ -Semua yang ada di dalam cerita ini hanya fiktif dan bukan untuk ditiru, apalagi diterapkan di real life. -Banyak umpatan kasar dan vulgar. -Kekerasan fisik dan mental. -Kissing dan narasi intim lainn...