Chapter 1 - Kematian

4.5K 201 4
                                    

--Natalie--

"Sayang, buka pintunya. Mama mau masuk, Nak."

Gue bisa mendengar suara Mama mengetuk pintu kamar. Gue hanya bisa menangis di atas tempat tidur, nggak ada tenaga sama sekali.

Sudah seharian ini gue mengurungkan diri di dalam kamar. Hati ini rasanya masih nggak percaya, kalau Ayah udah meninggal.

Kemarin malam, Ayah dikabarkan ditabrak lari oleh pengendara mobil lain. Selagi Ayah dilarikan ke UGD, gue lagi party di rumah Jayzie, yap anak terpopuler di sekolah.

Malam itu, ada lebih dari 20 missed call dari Mama. Sayangnya, gue nggak angkat telepon itu karena suara iPhone gue kalah dengan suara musik DJ malam itu.

Gue baru menyadari ada yang ganjil ketika sampai di rumah tengah malam. Jayzie selalu mengadakan party besar-besaran. Dan itu namanya bukan party kalo lo belom pulang tengah malam.

Tengah malam itu, gue melihat banyak mobil yang parkir di sekitar rumah.

"Mungkin Mama sama Ayah juga lagi ngadain pesta ya?" itu yang muncul dibenak gue malam itu.

Saat gue memasuki rumah, terdengar banyak suara isakan tangis di langit-langit ruang tamu.

Gue makin bingung dan heran. Sebenarnya apa yang terjadi? Dimana Mama dan Ayah? Gue hanya bisa melihat sekumpulan orang yang duduk mengitari jenazah yang ditutupi kain putih.

Perasaan gue makin nggak enak, lebih tepatnya campur aduk. Mata gue mulai menjelajah seisi ruangan, mencari keberadaan Mama dan Ayah.

Sampai akhirnya, gue menemukan Mama dipojokan ruangan, memeluk Bibi Aliyah dengan tangisan yang membuat wajah cantiknya berubah menjadi lusuh berantakan.

Melihat Mama seperti itu, gue langsung bergegas menuju letak Mama berada. Hey apa yang sebenarnya terjadi?

"Mama, Mama kenapa nangis? Ayah dimana?" tanya gue dengan air mata yang mulai jatuh di ujung mata.

Apa yang Mama jawab? Mama tidak menjawab pertanyaan gue, bahkan ia makin tenggelam dengan isakan tangisnya.

"Ayah udah pergi, Natalie." jawab Bibi Aliyah dengan sedih.

Mendengar itu, pikiranku tertuju pada jenazah yang ada di tengah ruangan. Apa jangan-jangan itu Ayah? Nggak, nggak mungkin. Tadi pagi gue masih pamit sama Ayah ke sekolah. Ayah juga terlihat sehat, nggak terlihat sakit atau lemah sedikit pun.

"Ayah udah nggak ada, Nak. Ayah udah meninggal untuk selamanya." terdengar suara Bibi Aliyah dengan isakan tangis.

Mendengar itu, gue langsung berlari ke kamar. Tak kuasa menahan tangisan ini. Gue masih nggak percaya, Ayah yang selama ini gue sayang, pergi untuk selamanya.

Gue pikir, ini semua cuma mimpi. Tapi, nyatanya ini semua telah terjadi. Nyata.

"Natalie, buka pintunya sayang. Kamu udah dari kemarin nggak makan, Nak." suara Mama terdengar lagi dari luar, membuat gue tersadar dari lamunan.

Seharian ini gue memang nggak keluar kamar, bahkan sejak tadi malam. Gue nggak kuasa menahan kesedihan ini, pasti gue akan nangis lebih deres lagi kalo liat Mama. Gue paling benci liat Mama nangis. Gue sayang sama Mama dan Ayah, gue nggak akan mau bikin mereka berdua sedih.

Yang gue pikir sekarang hanyalah sebuah penyesalan. Kenapa gue nggak ada di UGD saat mungkin Ayah butuh gue? Kenapa dengan enaknya gue party bersenang-senang sedangkan di sisi lain Ayah gue lagi berjuang?

Semua hanyalah menjadi penyesalan.
----------------------------------------------
HAAAI READERS! Maaf chapter 1 nya singkat banget. Semoga suka ya! :)

PLEASE VOTE AND LEAVE COMMENTS! THANKYOU <3

THE HIGH SCHOOL // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang