Chapter 6 - High School (2)

1.8K 140 2
                                    

--Rosie--

"WHAT?! Demiapa lo nabrak seorang Harry Styles?!" kalimat itu terlontar begitu saja saat gue denger cerita dari Natalie.

Natalie cuma mengangguk heran. Oh, mungkin dia belum tau. Haruskah gue ngasih tau dia?
...
...
...
Oke, gue akan ngasih tau demi kebaikan dirinya sendiri. Walaupun gue yakin, pasti dia bakalan shock.

"Hmm.. jadi..." gue bingung harus mulai darimana.

"Jadi.., walaupun mereka berlima hot, cool, atau apapun itu.., mereka adalah orang yang paling ditakutin di sekolah ini."

"...cuma orang-orang tertentu yang bisa temenan sama mereka. Begitu pun cewek, mereka sangat detail buat pilih cewek jadi temen mereka, atau bisa juga jadi pacar."

"Terus? Masalahnya sama gue apa?" tanya Natalie makin bingung. Gue nggak lihat wajah dia yang ketakutan. Sama sekali.

"Kalo lo berurusan sama mereka dan mereka nggak suka, lo bisa dibully sama mereka semua." jelas gue dengan wajah panik.
.
.
.
--Natalie--

Masa sih cuma nabrak mereka doang gue bisa bermasalah dibully gitu? Ah nggak mungkin. Itu cuma hal sepele.

Mendengar penjelasan Rosie, gue cuma membentuk "oh" di bibir gue.

*kring* *kring*
Bel masuk kelas berbunyi lagi. Gue dan Rosie berpisah kali ini. Sekarang, gue di kelas drama (acting) sedangkan Rosie, di kelas sejarahnya.

Disini memang beda sama di Indonesia. Disini lebih sering pakai sistem moving class, jadi kita bakalan punya banyak temen. Seharusnya. Tapi kali ini, kayaknya nggak beruntung bagi gue.

Gue adalah orang terakhir yang masuk kelas. Semua kursi udah ditempati. Tinggal kursi barisan ketiga yang masih kosong. Dan yang bikin gue frustasi adalah, ketika gue liat sekeliling kursi itu. Yap, lima geng itu lagi.

"Selamat siang, semua!" Ms. Jay memasuki ruang kelas dan menyapa kita semua. Hfft, terpaksa gue bergegas duduk di kursi yang tersisa itu.

Di depan gue, Niall. Di sebelah kanan, Louis. Disebelah kiri, Zayn. Dibelakang Zayn, ada Liam yang sibuk dengan iPhonenya. Dan yang terakhir, Harry duduk dibelakang gue.

Gue berusaha untuk nggak memalingkan wajah ke salah satu diantara mereka. Gue mendengar setiap pembicaraan yang Ms.Jay katakan mengenai "acting".

Yap, gue suka sama yang namanya acting. Walaupun, skill gue banyak banget kekurangannya.

Waktu SD, gue pernah syuting film di Indonesia. Gue sering dijadikan pemeran utama. Tapi, seiring usia gue bertambah, entah mengapa Ayah nggak izinin gue ikutan syuting lagi.

Gue bernostalgia dengan kenangan waktu masih kecil. Gue kangen masa-masa itu. Dimana masih ada Ayah dan Mama yang selalu peluk dan cium gue saat ketakutan. Oh iya, asal kalian tau, gue takut banget sama yang namanya kegelapan.

Gue merasakan ada kertas yang dilempar ke kepala gue. Gue menoleh ke arah belakang.

"Jangan bengong, ini belom saatnya lo akting!" kata Harry.

Zayn dan Louis yang mendengar perkataan Harry langsung tertawa lepas. Gue cuma diem, ngapain gue balas orang nggak jelas kayak gitu?
.
.
.
Akhirnya pulang sekolah juga. Gue melihat Rosie yang berdiri di depan kelas drama, pastinya nungguin gue.

"Heey, gimana kelas drama? Asyik bukan?" tanya Rosie gembira.

"Yap, tentu aja. Asyik banget!" kata gue bohong.
.
.
.
Gue mulai berjalan kaki menuju rumah. Dari rumah ke sekolah, cuma butuh waktu lima belas menit. Jadi, Mama menyuruh gue supaya pulang jalan kaki aja.

Gue jalan di trotoar sendirian. Nggak ada satu orang pun yang jalan di trotoar ini. Terlihat becekan dimana-mana, seharian ini hujan turus deras banget. Gue bisa melihat genangan air di dekat trotoar.

Beberapa meter dari rumah, gue dikejutkan dengan cipratan air becekan yang membasahi baju gue. Sekarang baju gue kotor, berlumuran lumpur.

Mobil hitam Range Rover yang barusan ngelakuin semua ini. Jendela mobil itu terbuka, dan gue bisa lihat Zayn dan Niall yang menoleh keluar dari jendela ke arah gue. Mereka tertawa dengan penuh kemenangan.

Gue cuma bisa berdiri kesal dengan semua tingkah mereka. God, selama ini gue salah apa sih?! Kok mereka jahat banget sama gue!

Mobil itu berhenti di samping rumah gue. Gue melihat dari kejauhan, masih berjalan menuju ke rumah gue.

Dari Range Rover hitam, keluarlah Zayn, Niall, Liam, dan diikuti Louis. Mereka bergegas menuju ke dalam rumah bercat biru yang berada persis di samping rumah gue.

Terakhir, gue melihat Harry keluar dari mobil, keluar dari kursi pengemudi. Dia mengunci mobilnya, dan bergegas masuk ke dalam rumah biru itu.
----------------------------------------------
Woaaah long chapter buat high school kali ini! Semoga suka ya semuaaa! :)

THE HIGH SCHOOL // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang