Chapter 10 - Toilet

1.9K 139 4
                                    

--Rosie--

Gue berjalan di koridor, tampak hening. Saat gue melihat orang-orang di sekeliling, mereka semua terlihat sedang asyik menonton. Arah mata mereka mengarah menuju tengah koridor.

Natalie.

Gue melihat Natalie yang marah di depan lima cowok nakal itu. Tunggu, ini ada apa?

Belom sempat gue berjalan menuju Natalie, bel berdering. Natalie pun berlari menuju toilet. Mungkin nanti istirahat makan siang gue harus ngomong sama dia.
.
.
.

--Natalie--

Gue berjalan menuju kantin sendirian. Dari tadi pagi, gue belum liat batang hidung Rosie. Mungkin dia menghindar dari gue? Entahlah.

Selama pelajaran Biologi tadi, gue bisa merasakan beberapa mata yang tertuju ke arah gue. Sepertinya mereka semua masih mengingat kejadian tadi pagi.

Gue memutuskan duduk di ujung kantin, jauh-jauh dari meja Harry dan gengnya duduk. Walaupun sudah duduk di ujung sini, gue melihat Harry menatap gue. So?

Gue menyibukkan diri melahap spaghetti yang ada di hadapan gue. Dan, Rosie pun datang dengan sepiring spaghetti di tangannya. Rosie duduk disamping kiri gue.

"Natalie... gue minta maaf."

"Minta maaf buat apa?" tanya gue jutek.

"Soal party itu..." Rosie tampak ragu menceritakan ke gue. Gue hanya diam saja.

"Maaf banget, gue kira lo nggak pergi ke party itu. Jadi, gue nggak ngasih kabar ke lo." jelas Rosie ragu.

"Oh." jawab gue singkat.

"Dan... maaf banget gue nggak bermaksud diemin lo di party saat lo dikerjain Harry. Pas gue mau menolong lo, Liam mencegat gue. Tangan gue dipegang Liam, jadi gue nggak bisa kemana-mana."

Sebenarnya gue nggak mau mengingat kejadian itu lagi. Tapi, gue kasih kesempatan Rosie bercerita. Gue masih anggap dia sebagai teman baik, sahabat.

"... gue cuma bisa nangis liat lo diperlakuin kayak gitu. Maaf banget, gue nggak bisa jadi teman yang baik buat lo." air mata mengalir di wajah Rosie. Begitu pun gue.

"Nggak, lo adalah teman baik gue semenjak gue sekolah disini." gue memeluk Rosie dengan air mata yang makin deras.

Gue memeluk Rosie lama. Gue menaruh kepala di pundak Rosie. Gue selalu merasa nyaman dipeluk Rosie.

"Tapi... lo diundang siapa ke party itu?" tanya gue penasaran selagi melepas pelukan.

"Liam." jawabnya singkat.

Gue hanya mengangguk mengerti. Nggak mau bicara soal ini lebih jauh lagi. Yang terpenting adalah, Rosie udah bersama gue lagi.
.
.
.
*Seminggu kemudian*

Semenjak kejadian gue marah sama Harry, dia nggak pernah lagi ngomong ataupun ngangguin gue. Akhirnya. Gue harap, dia mikir apa yang udah gue bilang waktu itu.

Rosie dan gue selalu kemana-mana bareng. Orang-orang masih terlihat "jijik" sama gue. Jadi, gue memutuskan diem dan jauh-jauh dari mereka.

Pagi ini, Mama sengaja nganterin gue lebih pagi dari biasanya. Mama ditelpon ada pasien kritis di rumah sakit, jadi Mama harus cepat-cepat kesana dan menanggani pasiennya.

Di koridor masih sepi, hanya baru ada beberapa orang saja. Tentunya, Rosie belum datang. Dia selalu datang mepet mepet bel berdering. Gue memutuskan pergi ke toilet, buang air kecil.

Tadinya gue merasa takut. Toilet berada diujung dekat kantin, kalo pagi-pagi kayak gini daerah di sekitar sini sepi banget. Tapi karena gue nggak bisa menahan lebih lama, gue bergegas menuju toilet.

THE HIGH SCHOOL // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang