Chapter 9 - Revenge

1.8K 124 0
                                    

--Natalie--

"Gue benci Harry!" teriak gue.

Gue masih berbaring di atas ranjang. Masih berpakaian dress yang gue pakai ke party tadi malam. Tentunya basah.

Mama belum pulang ke rumah, maklum jadwal kerja Mama sebagai dokter nggak pernah tentu. Tergantung pasien yang sedang ditangani.

Please banget, maksudnya Harry apa sih? Gue kira dia baik, saat Harry nawarin pulang bareng. Dan ternyata semua itu cuma... bullsht.

Bener kata Rosie, Harry cuma cowok yang hobbynya suka mainin cewek, terus pergi tanpa alasan gitu aja. Ha.

Gue terus menangis dari semalam, gue nyesel banget dateng ke party itu. Seandainya Harry waktu itu nggak nganter gue pulang, dan nggak ngajak gue ke party. Pasti hari ini nggak akan jadi hari TERBURUK sepanjang hidup gue.

*ting tong* *ting tong*

Suara dering bel yang berada di depan pintu rumah terdengar nyaring. Itu pasti Mama.

Gue beranjak dari tempat tidur, segera membukakan pintu. Tapi, selagi gue melewati cermin yang ada di dekat pintu kamar, gue melihat sosok asing berada di cermin.

Terlihat cewek memakai dress, tentunya berantakan. Rambut panjangnya yang tergerai ke segala arah, dan matanya yang merah. Ditambah mascara yang membuat matanya terlihat seperti ghost. Wow bukan gue banget.

Gue nggak bisa kayak gini di depan Mama. Pasti Mama bakalan tanya 1001 pertanyaan ke gue. Gue bergegas memilih hot pants berwarna jeans dan kaos putih polos yang akan gue pakai. Nggak lupa gue cuci muka dan pastiin muka gue nggak terlihat aneh. Lebih tepatnya, nggak kayak mayat hidup.

Gue berlari menuju pintu depan dan melihat Mama yang tersenyum lebar.

"Hai Natalie sayang! Maaf Mama baru bisa pulang pagi ini." kata Mama yang langsung peluk gue.

Pagi? Ini udah jam 11 siang. Wow udah berapa lama ya gue terkapar di kasur? Bodo amat.

Gue mengikuti Mama yang berjalan ke dapur. Mama membuat secangkir kopi. Yap, Mama dan gue hobby banget yang namanya menyeduh kopi.

"Gimana party tadi malam? Udah punya kenalan baru?" tanya Mama selagi memasukkan gula ke dalam cangkir.

Temen? Kayaknya setelah party tadi malam, gue yakin nggak ada yang mau temenan sama gue. Go to the hell Harry!

Gue nggak mau ngecewain Mama. Mama pasti bakal khawatir kalo gue ceritain kejadian tadi malem. Nggak, gue nggak ajan bilang itu ke Mama.

"Yap, semua orang friendly." jawabku singkat.

"Akhirnya, semoga kenalan kamu di party jadi temen kamu di sekolah juga ya." seru Mama sambil menyeduh kopinya.

Tunggu. Sekolah? What, gue lupa kalo minggu depan ada test! Dan gue belom belajar sama sekali.

Gue langsung cium pipi Mama dan berlari menuju kamar. Yap, gue harus belajar buat test hari senin besok.
.
.
.
Gue menutup buku Geografi yang ada di hadapan gue. Akhirnya, gue selesai juga belajar buat test besok.

Jam dinding menunjukkan pukul 08:00 malam. Dan gue masih belum ngantuk. Ya iyalah, gue selalu tidur diatas jam sepuluh malam.

Gue beranjak ke tempat tidur dan menyalakan TV yang ada di hadapan kasur gue. Setelah memilah channel yang akan gue tonton, akhirnya gue memutuskan untuk nonton film Frozen yang sedang ditayangkan.

Selagi nonton, iPhone gue yang ada di kasur bergetar. Ada sms.

Dan.. gue baru sadar kalau sejak party itu, gue nggak pegang HP gue sama sekali. Lebih tepatnya, gue menghindar dari semua orang yang menghubungi gue. Gue terlalu terpukul sama kejadian di party.

THE HIGH SCHOOL // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang