Chapter 12 - Revenge (II)

1.7K 119 2
                                    

--Natalie--

Selama istirahat makan siang, gue dan Rosie sibuk menyusun rencana ide gue. Saat gue menjelaskan rencana itu, Rosie tampak agak sedikit ragu.

Gue tau, Rosie sebenernya nggak akan mau melakukan ini. Tapi, mungkin karena dia sahabat gue? Atau kasihan sama gue? Entahlah, yang penting ada orang yang mau bantuin gue.

Gue dan Rosie akan melakukan rencana ini saat jam pelajaran terakhir. Jam pelajaran terakhir gue adalah kelas drama, sedangkan Rosie adalah Sejarah. Ew, gue nggak suka sejarah.

*saat jam pelajaran terakhir*

gue mendengarkan dengan saksama apa yang Mrs. Goldie jelaskan. Dia adalah guru kelas drama.

Kali ini, gue memutuskan duduk di barisan paling depan. Gue nggak mau ambil risiko duduk di belakang, dimana Harry and the geng duduk.

Gue mengalihkan pandangan dari Mrs. Goldie ke jam tangan. Jam tangan biru itu menunjukkan pukul 02.45, yang artinya lima belas menit lagi bel pulang sekolah akan berdering.

Gue mengangkat tangan, seantero kelas menatap gue dengan heran.

"Ya, ada apa Anderson?" tanya Mrs. Goldie.

"Maaf Mrs. Goldie, saya izin ke toilet." gue harap, Mrs. Goldie mengizinkan gue pergi sekarang juga.

"Ok. Jangan lama-lama."
.
.
.
Gue keluar kelas, bukan menuju toilet. Melainkan, gue menuju pintu utama sekolah.

Tidak lama kemudian, Rosie datang dengan nafas nya yang tak beraturan. Sepertinya Rosie berlari menuju kesini. Gue melihat Rosie membawa tisu toilet, dan juga pilox di tangan lainnya.

Itu adalah barang yang gue butuhkan saat ini. Perfect.

"Gimana caranya lo dapetin semua itu? Gue kira, kita bakalan dapetin semua itu bareng-bareng." gue tersenyum lebar, puas atas apa yang Rosie lakukan untuk gue.

"Kalo kita cari bareng, kita nggak akan mungkin selesai dalam waktu lima belas menit." jelas Rosie masih dengan nafasnya yang tidak beraturan.

"Oke. Lets do it now." perintah gue.

Gue dan Rosie berjalan menuju lapangan parkir, dimana murid-murid yang membawa mobil dapat parkir di lapangan ini.

Gue memimpin perjalanan ini, sedangkan Rosie mengikuti di belakang gue, sambil waspada jika ada yang melihat.

"Nah ini dia! Ini mobil si Jelek Harry!" seru gue sambil menunjuk mobil Range Rover hitam yang ada di hadapan Rosie dan gue.

Gue inget banget mobil Harry, karena waktu itu dia pernah nganterin gue pulang.

Gue dan Rosie mulai melakukan rencana gue. Gue berencana untuk... berantakin mobil Harry.

Rosie membantu gue menyebarkan tisue toilet ke sekeliling mobil Harry. Gue memastikan agar semua tisue ini membalut seluruh permukaan mobil Harry.

Beres.

Rosie melemparkan pilox berwarna merah ke tangan gue. Gue mulai menyemprot permukaan mobil Harry dengan pilox itu.

Dan botol pilox itu kosong. Semua pilox itu sekarang membaluti permukaan mobilnya.

Bisa dibilang, gue sangat puas dengan apa yang telah gue lakuin. Balas dendam.

*kring kring*
Bel sekolah berdering, gue dan Rosie langsung berlari menuju tembok yang dihalangi oleh semak-semak. Bisa dibilang, sebenernya gue ngumpet.

Murid-murid mulai berjalan keluar koridor dan melewati pintu utama sekolah. Mereka semua tampak ceria pulang. Sampai akhirnya... mata mereka tertuju pada mobi Harry.

Lima menit kemudian, banyak orang yang sudah mengelilingi mobil Harry. Gue melirik Rosie, dia tampak panik.

"Nggak usah panik, Rosie. Gue yang akan nanggung semua. Makasih udah bantuin gue." gue tersenyum, Rosie hanya mengangguk.

Belum sampai satu menit, makin banyak orang yang mengerumuni mobil Harry. Mereka semua tampak shock dan heran.

Sampai akhirnya... Harry keluar dari gerbang.
.
.
.
--HARRY--

Gue melihat semua orang mengerumuni mobil hitam yang dilapisi tisue toilet dan pilox dimana-mana.

Tunggu. Itu mobil gue.

Mata gue melebar, dan gue segera berlari menuju mobil. Gue shock melihat tisue dan pilox disekujur mobil gue. Gue nggak bisa pulang dengan mobil kayak gini.

Siapa orang gila yang ngelakuin semua ini? Otak gue terus berpikir siapa yang ngelakuin semua ini. Kalo sampai gue tau orangnya, gue nggak segan-segan bales dendam.

"Harry, mobil lo kenapa?!" tanya Zayn dengan shock.

"Nggak tau." jawab gue singkat.

"Hey, ngapain lo semua disini? Bubaar!!" teriak Louis.

"Kalo lo mau, lo bisa nebeng gue." Niall menawarkan tumpangan ke gue.

"Hmm. Nggak usah, gue bisa jalan pulang kok."

Zayn, Louis, Niall sudah pergi pulang. Sedangkan gue, masih berdiri si tempat yang sama. Siapa yang berani ngelakuin semua ini?!?!?

Dan, mata gue tertuju pada satu benda. Gue membungkuk untuk mengambil benda itu yang tergeletak di atas tanah. Kalung. Kalung itu berwarna silver. Tapi, noda pilox merah itu membuat kalung ini menjadi layaknya sampah.

Pasti pemilik kalung ini yang ngelakuin semuanya. Dan gue tau siapa pemiliknya, Natalie.

Kenapa gue bisa tau ini punya Natalie? Dari awal gue pertama melihat dia, gue sudah melihat Natalie yang selalu mengenakan kalung itu.

Ditambah lagi, dengan kejadian di toilet. Gue bisa melihat jelas kalung yang dipakainya.

Oke, Natalie. Ternyata lo balas dendam ke gue.
----------------------------------------------
Short chapter semoga suka yayaya ❤️❤️❤️❤️❤️

THE HIGH SCHOOL // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang