Riko berdiri sendiri di atas gedung melamun menatap siswa yang berjalan-jalan di bawah sana hingga pada akhirnya Kavin datang menepuk pundaknya "Rik, ada masalah apa sama Gavie?" Tanya Kavin
"Ckk....ehm" decak Riko tersenyum sinis
"Gua udah ga peduli tuh anak mau anggap gua temen atau ga"
"Maksud lo apaan Rik?" Tanya Kavin mengerutkan keningnya
"Gua ngerasa dia gak anggap gua temen"
"Anggap" sahut Kavin
"Nggak Vin" Riko mengerutkan keningnya
"Dianggap Rik"
"NGGAK VIN!" Bentak Riko lalu mengusap rambutnya kasar dan nafasnya menggebu-gebu
"Lo nggak tahu selah nya Rik, Gavie emang judes tapi dia perhatian sama temen kalaupun dia kayak tadi pasti ada masalah keluarga" tegas Kavin membenarkan bahwa Gavie tidak seburuk yang ia kira
"Pantes!, gua bukan temennya makanya begitu" Riko berdecak sebal lalu pergi meninggalkan Kavin begitu saja
"RIK, RIKO WOI!" panggil Kavin di abaikan begitu saja hingga akhirnya Kavin pun juga pergi dari sana
******
Kavin duduk di sekitar lapangan dengan menggendong tas hitamnya menunggu Gavie yang akan latihan paskibra, sudah sekitar setengah jam Kavin menunggu. Gavie datang menghampiri nya "kenapa ga pulang?" Tanya Gavie dengan ekspresi wajahnya yang datar
"Gua mau liat lo latihan paskib ntar pulangnya bareng aja" ucap Kavin mengusap pundak Gavie
"Gua bisa pulang sendiri, lo pulang duluan aja jangan habiskan waktu ga guna disini" ucap Gavie bangkit dari duduknya dan pergi ke lapangan latihan paskib
Deg.
Benar-benar sedikit menusuk hati perkataan Gavie tadi namun meski demikian Kavin tetap duduk melihatnya latihan paskibra meski langit yang cerah berubah menjadi sedikit lebih gelap
Dua jam kemudian hujan turun semakin deras untungnya latihan paskibra segera di selesaikan, Kavin segera pulang tanpa kembali menemui Gavie karena ia ingat bahwa Gavie tidak mau pulang bersamanya dan kebetulan Kavin tidak membawa motornya jadi ia bergegas pulang ke rumah karena sudah di guyur oleh hujan
Semilir angin yang berhembus kencang itu menerpa permukaan kulit Kavin bersamaan dengan percikan air hujan yang ikut terbawa angin dan sekarang tubuhnya sudah terasa tidak nyaman. Kavin mulai memelankan langkahnya saat hampir sampai ke rumahnya, ia berusaha untuk menguatkan diri hingga sampai di rumah namun, seluruh tubuhnya terasa benar-benar sakit. Kavin terduduk menikmati setiap tetesan hujan yang jatuh di seluruh permukaan kulitnya yang terasa perih, tapi tiba-tiba ia merasa air hujan berhenti mengguyur nya, cowok itu mendongakkan kepalanya ternyata kakaknya. Vanilla, memayunginya dengan payung berwarna biru muda "kak?" Kavin menatap kakaknya yang mengenakan jas hujan berwarna kuning lalu Vanilla mengulurkan tangannya untuk membantu Kavin berdiri, dan kakak adek itu pulang bersama ke rumah
*****
Kavin mengacak rambutnya yang masih basah selepas mandi itu dengan tangan kanannya. Cowok itu berjalan ke dapur dan membuka tudung saji tetapi tidak ada apapun yang bisa ia makan lalu ia mencoba mencari di kulkas tapi yang ia cari hasilnya nihil, kulkas benar-benar kosong. Jadi ia kembali ke kamarnya dan berjalan menuju tempat tidurnya. Kepalanya terasa pening karena terlalu lama kehujanan beberapa saat setelah ia merebahkan tubuhnya di kasur cowok itu baru teringat roti yang ia beli di kantin sekolah tadi masih ada dalam tasnya tetapi, ia ingat kakaknya yang pasti belum makan sejak tadi pagi. Kavin, bangkit dari tempat tidur lalu pergi menuju kamar Vanilla kakaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
JANEISHA
Teen FictionAkun baru cerita baru tolong bantu ramein ya guys🙏 Jangan lupa vote and follow nya Terimakasih 💗