DD-DUARRRR HALO GESS AKHIRNYA BISA UP LAGI😞
MULAI SEPI NIH AYO RAMEINLAH SENG KU👁️👄👁️
BIAR ANE SEMANGAT UP NYADISCLAIMER ⚠️
• KOREKSI JIKA ADA TYPO
• JANGAN BAHAS CERITA SEBELAH
• CERITA INI NO COPAS DAN DILARANG UNTUK MENGCOPY PASTE
• CERITA HANYA SEBATAS FIKSI.
.
.
.
.
.
.
.
.Selamat membaca
Vanilla tertidur sangat nyenyak, Kavin menarik selimut menyelimuti kakaknya karena malam ini terasa sangat sejuk
Saat ia keluar dari kamar tampak Ayahnya seorang diri sedang fokus menghadap laptopnya. Kavin pergi ke tempat biasa ia merenung sendirian di malam hari
Kavin berkendara motornya dengan kecepatan tinggi. Sejuknya angin malam membuat suasana hati Kavin terasa lebih tenang, sepanjang perjalanan kesini Kavin tak henti mengusapkan matanya
Saat ia tiba, Kavin heran siapa wanita yang duduk disana? Bukankah tempat ini sangat jauh dari keramaian jelas saja tempat ini sangat sepi. Siapa wanita itu? Berani-beraninya ia duduk seorang diri di sana malam-malam begini
Kavin menghampiri gadis itu, ntah kebetulan atau tidak tapi sejujurnya. Kavin, benar-benar senang ia bisa bersama gadis itu yang tidak lain adalah Janeisha
Kavin duduk di sebelahnya dan menatap bulan purnama yang sangat terang dan indah
"Ngapain kesini sendirian? Berani banget" ledek Kavin
Janeisha menoleh lempeng kearah Kavin lalu menghela nafas lega "aku lebih takut dirumah, karena itu jauh dari kata istana ehm bahkan lebih cocok disebut neraka"
"Kita sama Sha" singkat Kavin
"Maksud mu?" Tanya Janeisha
"Rumah kita hanya tempat berteduh, rumah yang sebenarnya rumah itulah yang belum pernah kita rasakan"
Kavin meraba tangan Janeisha, kemudian menggenggam erat tangan yang terasa dingin itu. "Sekarang dan seterusnya anggap saja aku adalah rumah mu Sha, dimana kamu bisa merasakan ketenangan, nyaman dan aman"
Janeisha menatap kedua manik milik Kavin dengan mata yang berbinar-binar
"Bahuku yang besar ini, adalah tempat bersandar terbaik mu"
Janeisha terdiam. Gadis itu meresapi setiap kata yang keluar dari mulut Kavin. Janeisha tidak tahu mengapa hal ini harus terjadi pada dirinya
Melihat mata Janeisha yang sudah berkaca-kaca. Kavin membelai rambut gadis itu dengan lembut dan menyenderkan kepalanya pada bahunya yang bidang. Janeisha, akhirnya menangis dan meluapkan emosi nya pada cowok itu
*****
Rintik-rintik hujan turun di saat Kavin pulang mengendarai motornya. Cowok itu berkeringat dingin. Bahkan bibirnya terlihat sangat pucat hingga Kavin tidak lagi konsen berkendara membuatnya hampir saja terjatuh. Kavin menghirup nafas dalam-dalam terlebih dahulu kemudian menghembuskannya secara perlahan. Dengan tangan yang mencengkram erat setang motornya. Kavin, kembali melajukan motornya dengan kecepatan rendah, beruntung Kavin masih bisa menyeimbangkan laju motornya
Setibanya di halaman rumah, Kavin mematikan mesin motornya dan turun dari motornya barulah melepaskan helm dari kepalanya. Cukup lama Kavin berdiam diri di sana matanya terus menyorot ke arah jendela kamar kakaknya yang terang benderang padahal sebelum pergi Kavin yakin telah mematikan lampu kamar itu. Apakah ia terbangun? Tapi tidak tahu kenapa perasaan laki-laki itu tidak enak jadi, ia segera masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu bukan karena perasaan tidak enak ini tetapi sudah menjadi kebiasaannya dan juga tidak akan ada yang peduli kapanpun ia pulang
Setelah masuk ke dalam rumah Kavin hanya melihat laptop di atas meja yang terus menyala tetapi ia tidak melihat keberadaan Ayahnya ketika ia masuk ke kamar Kavin membulatkan matanya saat melihat kakaknya yang menangis memeluk kedua lututnya
Kavin menghampiri Vanilla yang menangis memeluk kedua lututnya "Kak? Kenapa? Kenapa nangis?" Tanya Kavin penuh kecemasan
Vanilla hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan adeknya itu. Bahkan, terlihat jelas seluruh tubuh Vanilla gemetaran
Kavin langsung saja memeluk erat kakaknya itu, membelai rambutnya dengan lembut agar dapat membuatnya merasa lebih tenang, setelah Vanilla terlihat lebih tenang dari sebelumnya barulah Kavin menanyakan hal apa yang terjadi hingga membuatnya terus menangis sedari tadi. "Kak jawab Kavin, sebenarnya kakak kenapa sampai nangis sesenggukan gitu?" Tanya Kavin mengelus kedua pipinya dan menatap sorot matanya
"Ayah" Vanilla mengerucutkan bibirnya
"Kenapa ayah?"
"ndak tau, ayah nelpon sambil marah-marah kursi sampe aku na kebangun terus pergi banting na pintu"
"Nelpon?" Batin Kavin
Kavin sedikit khawatir dengan apa yang akan terjadi nantinya tapi demi kewarasannya cowok itu berusaha untuk berfikir positif dan kembali menyuruh Vanilla untuk tidur lalu mematikan lampu kamar
Kavin berjalan masuk ke kamarnya merebahkan tubuhnya yang terasa sangat sakit seakan-akan tubuhnya baru saja di remukkan, ketika Kavin memejamkan matanya tiba-tiba saja ia malah teringat dengan apa yang ia lakukan pada Janeisha tadi membuatnya kembali bersemangat dan langsung bangun dari ranjangnya padahal bukankah tadi ia merasa seluruh tubuhnya seperti di remukkan? Haha itulah Kavin, laki-laki itu segera duduk di meja belajarnya dan mulai menggambar wajah cantik Janeisha hingga tak sadar bahwa hidungnya berdarah. Setetes darah dari hidungnya jatuh tepat di kertas yang ia gambar dan barulah ia menyadari bahwa hidungnya berdarah. Kavin berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan hidungnya dan kembali merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk
"Aku mencintaimu, aku menggambar mu. Janeisha, kau karya indahku"
Kavin menutup matanya perlahan tetapi bibirnya tak berhenti tersenyum hingga ia tertidur pulas
*****
"Kamu adalah objek terindah yang terlukis pada kertas ini, dan akan abadi hingga aku telah menjadi bagian dari tanah" —Kavin Taulany
******
Haiiiii haiii bestie ❤️
Mksh yang udah baca sampai bawah maaf bila cerita nya tidak seru atau ada kata kata yang salah
Jangan lupa follow and vote Terimakasehhh 💞🙏Follow ig: risolkentangwp
nur_istf831

KAMU SEDANG MEMBACA
JANEISHA
Dla nastolatkówAkun baru cerita baru tolong bantu ramein ya guys🙏 Jangan lupa vote and follow nya Terimakasih 💗