TUJUH BELAS

5 2 0
                                    

Meski hari semakin gelap Janeisha masih tak ingin pulang ke rumah ia berjalan tanpa alas kaki di atas tanah yang becek dan kini ia sudah benar-benar basah kuyup karena hujan yang mengguyur nya, cewek itu mulai merasa sedikit pusing tetapi ia terus...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski hari semakin gelap Janeisha masih tak ingin pulang ke rumah ia berjalan tanpa alas kaki di atas tanah yang becek dan kini ia sudah benar-benar basah kuyup karena hujan yang mengguyur nya, cewek itu mulai merasa sedikit pusing tetapi ia terus melangkah sembari meresapi setiap tetesan air hujan yang membasahi kulitnya.

"Tuhan, maafkan diriku yang selalu mengeluh dan terimakasih telah mempertemukan dengan Vanilla. Manusia yang sangat luar biasa ku temui" batin Janeisha

Petir yang menyambar langit itu berhasil membuat Janeisha terkejut. Cewek itu menghela nafas panjang dan kini jantungnya berdegup cukup kencang, lalu Janeisha melihat sebuah halte bus ia pun bergegas ke sana untuk berteduh.

Janeisha duduk di sana lalu melipat kedua tangannya yang terasa sangat dingin bahkan, ia tampak benar-benar menggigil sekarang. Sepi dan hanya ia seorang diri di sana,  Janeisha hanya melihat kendaraan yang melintas di jalan kemudian  sekitar setengah jam lamanya Janeisha tertidur di halte tanpa sadar hujan mulai reda dan kagetnya saat ia menyadari tubuhnya telah di selimuti oleh jaket tebal berwarna merah maroon, sontak hal itu membuatnya menoleh dan mencari seseorang di sekitar untuk mencari tahu siapa yang memberinya jaket tebal itu tetapi. Janeisha, tidak menemukan siapa-siapa tanpa berfikir panjang ia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi dengan memakai jaket tebal itu.

******

Allahuakbar....
Allahuakbar....
Suara kumandang adzan terdengar merdu menjemput mentari yang sudah saatnya bertukar dengan jadwal rembulan, tampak beberapa warga terutama bapak-bapak datang ke masjid untuk beribadah dan Janeisha segera pergi ke tempat wudhu wanita lalu sholat di masjid itu. Setelah selesai sholat Janeisha pergi dari masjid masih dengan jaket tebalnya.

Tak jauh dari masjid tiba-tiba saja Janeisha terpekik "aduh!" Pekik Janeisha meringis kesakitan karena ia baru saja menginjak batu yang tajam pasalnya cewek ini tak mengenakan sendal, seorang pria membantu Janeisha berdiri "astaghfirullah, ayo bangun mbak" Janeisha sepertinya tidak asing mendengar suara cowok ini dan benar ternyata cowok itu adalah Kavin yang juga baru pulang dari masjid.

"Janeisha?" Kavin mengerutkan keningnya.

Sedikit rasa malu Janeisha segera memalingkan wajahnya, bagaimana tidak dengan tampang lusuh bahkan tidak memakai alas kaki tentu saja ia begitu malu berhadapan dengan Kavin yang wangi, rapi, dan juga bersih.

"Hei, hei, nggak apa-apa Sha?" Kavin bersikeras memegang pundak cewek itu untuk menatap wajah Janeisha.

"You okay? Really?" Kavin mengusap rambutnya sedangkan Janeisha hanya menganggukkan kepalanya.

Kavin menatap Janeisha dari atas hingga ujung kaki lalu ia melepaskan sendalnya dan memakaikannya pada gadis itu, seketika Janeisha terdiam tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain menurut bahkan ia juga terbelalak melihat Kavin memakaikan sendal bertali padanya.

JANEISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang