EMPAT BELAS

9 3 0
                                    

Janeisha sudah di depan pintu rumah cewek itu menghirup nafas dalam-dalam terlebih dahulu kemudian menghembuskannya secara perlahan, tangannya perlahan mendekati kenop pintu tapi, ia kembali menjauhkan tangannya dari kenop pintu perlahan setelah mendengar tawa keras kakak dan ibunya. Janeisha, memutuskan untuk pergi ke belakang rumah dan duduk di kursi kayu panjang itu dan menatap langit yang di hiasi ribuan bintang

"Ayah, aku rindu"

Hanya satu kalimat itu yang keluar dari mulut gadis berambut terurai itu. Namun, ia tidak menangis lagi sepertinya gadis ini sedikit lebih lega karena telah meluapkan emosi nya pada Kavin tadi, tak lama kakaknya. Janeeta membuka pintu dengan kasar hingga membuatnya kaget

"Woi, masuk! Pamali. Gila, anak cewek malam-malam nongkrong di luar" pekik Janeeta

Tanpa bantahan Janeisha langsung masuk ke dalam rumah dengan wajah datar gadis ini benar-benar tidak bersuara sama sekali

"Eh Janeisha" sapa bibi Enik tetapi, ia mengabaikannya apalagi menoleh ke arah bibinya itu. Janeisha, langsung saja masuk ke atas kamarnya

"SHA! HEH KEMANA? ADA BIBI MU INI!" pekik Atika penuh amarah lalu bangkit dari duduknya melihat anaknya yang menghiraukan bibi Enik begitu saja

Bibi Enik bangkit dari duduknya dan berusaha untuk mencairkan suasana "udah ahk, capek tu pasti liat aja udah udah nggak apa-apa" ujar bibi Enik

Atika menghela nafas panjang "haduhh, anak itu emang beda maaf ya" Atika merasa tidak enak pada Bibi Enik atas kelakuan Janeisha itu tapi sepertinya bibi Enik tidak menanggapi hal itu dengan serius ia hanya berusaha membuat Atika menjadi lebih tenang

   ******

"Janeisha!!! Bareng ga?!" Pekik Aca

Karena terlalu lama ia menunggu di motor. Aca mematikan mesin dan turun dari motornya ia berjalan memasuki rumah Janeisha, sedikit rasa cemas ia sangat takut bila Janeisha belum siap apapun karena sekarang matahari tampaknya sudah menunjukkan sinarnya di langit yang biru itu. Ia juga tak melihat batang hidung gadis itu, ketika berada di dapur hanya ada ibu dan kakaknya saja disitu Aca langsung di sambut baik oleh Atika "eh Aca? Ayo sini sarapan dulu" tawar Atika sambil menyusun piring di meja makan

"Nggak usah Tante" tolak Aca merasa tidak enak

"Nggak apa-apa makan sini" ajak Janeeta menarik kursi untuk Aca

"Nggak usah Kak, aku kesini cuma—"  ucapannya terpotong oleh kedatangan Janeisha yang tiba-tiba bahkan hampir mengagetkan dirinya dan Aca refleks menoleh ke belakang. "Ma, aku berangkat sama Aca ya" ucap Janeisha sambil memakaikan jam ditangannya. Jauh dari pemikiran buruk Aca justru Janeisha sudah siap dari ujung kepala hingga ujung kaki

"Gak sarapan dulu? Sarapan sini, ajak temen mu" ucap Atika

Jadi, sebelum berangkat mereka sarapan terlebih dahulu bersama begitu juga Aca, setelah selesai sarapan barulah mereka semua berangkat ke sekolah

Tangan Janeisha melingkar di pinggang Aca yang sedang mengendarai motor dengan sangat erat, angin sejuk di pagi hari sangat terasa di kulit dua gadis ini selagi dalam perjalanan menuju ke sekolah Aca terus memberikan lelucon yang membuat Janeisha tertawa terbahak-bahak. Aca, tersenyum puas melihat Janeisha kini bisa tertawa bahagia bersamanya walaupun ia sendiri dan tidak pernah merasakan bahagia selain membaca novel setidaknya ia bisa membahagiakan orang yang selalu ada bersamanya dalam suka dan duka

"Eh, Sha kamu tahu ga?" Tanya Aca tetap fokus mengendara dan menggenggam setang motornya dengan erat

"Tahu apaan Ca, kamu aja belum ngasih tahu HAHAHA" tawa Janeisha

JANEISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang