DUA PULUH EMPAT

2 2 0
                                    

Vanilla berjalan tanpa mengenakan alas kaki ke pemakaman ibunya, ia benar-benar rindu sekali dengan ibunya sepertinya sudah hampir sekitar 16 tahun kepergian sang ibunda. Vanilla, duduk di sebelah kanan makam ibunya dengan wajah lesu dan pucat seperti orang sakit.

"Bu.... Vanilla na rindu sekali Vanilla sekarang kesepian bu....tidak... tidak ada teman, Ayah tidak merawat ku seperti Ibu merawat ku dan sekarang Ayah belum ada itu kembalian ke rumah" ucap Vanilla menangis.

"Ibu sayang aku kan ya ya? Boleh ndak yah aku ikut na Ibu ke langit juga? Aku sudah capek sekali di dunia tanpa ibu, Ibu tenang ya disana, aku juga mau setenang ibu sekalang" keluh Vanilla.

AAAAAAAK!!

Vanilla di kejutkan dengan petir yang menyambar langit secara tiba-tiba, lalu tak lama kemudian langit pun  semakin gelap dan hujan pun turun cukup deras meskipun begitu, Vanilla tidak bergerak dari tempatnya. Ia tetap berada di sana memeluk batu nisan meski kini ia sudah basah kuyup karena di guyur hujan yang cukup deras.

Sementara itu, Kavin merasa sangat cemas karena tak tau dimana keberadaan kakaknya, di sana cowok itu baru teringat bahwa ia meninggalkan Vanilla begitu saja dan pergi bersama Aca ke rumah sakit menyadari hal itu Kavin segera pergi mencari kakaknya tetapi tidak ada di mana-mana sedangkan hari sudah hujan dengan derasnya. Setelah di pikir-pikir lagi mungkin saja Kakaknya pergi ke pemakaman dengan cepat cowok itu bergegas menuju pemakaman tak peduli dengan tubuhnya yang lemah dan kedinginan karena di guyur hujan.

"Kak...." Panggil Kavin melihat Vanilla yang terus memeluk batu nisan itu.

Tapi tak ada satupun kata yang terucap oleh Vanilla. Di situ detak jantung Kavin semakin kencang ia yakin tubuhnya pasti tidak akan kuat lagi untuk bertahan disini, di tengah hujan yang begitu deras.

"Aku semakin sakit melihat mu seperti ini Kak.... Bu apakah kamu lihat semua ini?" Batin Kavin.

"Kak cepetan pulang, Kavin udah ga tahan lagi ini" ucap Kavin menggigil.

"Iya yook" ucap Vanilla menoleh ke arah Kavin terlihat jelas sembab matanya karena menangis terlalu lama Kavin pun iba melihatnya.

******


"Sha ayo pulang, kemungkinan besok pemakaman nya" ajak Janeeta mengelus lengan Janeisha.

"Nggak" sinis Janeisha menyingkirkan tangan Janeeta dengan kasar.

"Apa-apaan sih Sha? Buru pulang" paksa Janeeta kesal.

"Nggak mau! Kakak pulang aja sama Mama Atika, aku mau sama Mama kandung ku aja" ucap Janeisha sedikit membentak.

"HEH! Sha ngomong apaan kamu, meskipun dia kandung yang ngurus kita dari kecil itu Mama Atika.... Sadar Sha sadar" marah Janeeta.

Tanpa mereka sadari percakapan itu di dengar oleh Atika dari balik pintu tanpa basa-basi Atika pun masuk kedalam ruangan "Kak ayo pulang Mama capek banget, eh Sha itu Mama kamu masih di luar.... Ayo Kak cepetan"

Janeeta seketika terdiam mendengar perkataan Atika ia memandangi Ibu dan Anak itu keluar dari ruangan, tak lama kemudian Arunika masuk dan menghampirinya "kamu nggak pulang sama mereka?" Tanya Arunika.

"Nggak"

"Kenapa?" Tanya Arunika.

"Kan dia bukan Mama kandung ku jadi untuk apa lagi? Selama ini juga memang dia lebih sayang Kakak ketimbang aku" keluh kesah Janeisha.

JANEISHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang