*****
"bekasnya luka bisa saja hilang, tapi tidak dengan traumanya"
Janeisha Mahendra
*****
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
___________________Selamat membaca
Kedua kakak-beradik ini baru saja tiba di rumah, Janeisha selepas membuka sepatunya tanpa melepas kaos kaki langsung saja berlari menuju tempat ternyaman nya yang tidak bukan kasur miliknya yang empuk sedangkan kakaknya. Janeeta, pergi ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan wajahnya ketika keluar dari kamar mandi ia di buat kaget dengan kehadiran ibunya yang tiba-tiba itu dengan lembaran kertas di tangannya
"Janeet adek mu mana?" Tanya Atika dengan ekspresi datar."Ya... Di kamar lah Ma, kenapa?" Janeeta kebingungan.
"Panggil cepat suruh dia turun"
"I-iya Ma"
Atika berjalan menuju ruang tamu dan duduk di atas sofa masih dengan lembaran kertas tersebut. Sekitar dua puluh menit lamanya akhirnya Janeisha datang dengan pakaian kaos pendek berwarna putih bercorak bunga-bunga merah muda dengan celana jeans pendek, ia tak tahu apa-apa mengapa ibunya memanggil dirinya cewek itu langsung saja duduk di sofa sebelah ibunya.
"Lihat ini" Atika memberikan lembaran kertas yang ia pegang pada Janeisha, melihat itu saja cewek itu sudah tahu apa yang akan terjadi padanya yang tidak lain adalah amarah dan omelan lagi dari ibunya karena nilai yang ia peroleh di bawah rata-rata hal itulah yang membuat nya terdiam.
"Kamu puas dengan nilai segitu? Ini hasil usaha belajar kamu? HAH?!" pekik Atika menjewer telinga kiri Janeisha.
Sang kakak melihat dari tangga itu benar-benar merasa terkejut ia pun turun menghampiri mereka "Ma, dia udah usaha—"
"DIAM KAMU!" Bentak Atika dengan menunjuk Putri sulungnya.
Atika menarik lengan Janeisha dengan kasar untuk berdiri berhadapan dengannya "heh DENGAR GAK KATA MAMA?!" Tanya Atika pada Janeisha yang hanya menundukkan kepalanya dan bisa terlihat bahwa kini cewek itu sudah gemetaran.
"Mama sama Ayah pun kecewa NAK! KAMU MALAH BERSANTAI-SANTAI PUNYA PIKIRAN GAK SIH KAMU??!!!" Bentak Atika.
"KENAPA MAMA GAK PERNAH NGERTIIN AKU HAH?! AKU UDAH—"
PAKKK
Tamparan keras itu melayang ke pipi kanan Janeisha hingga terbentuk ruam kemerah-merahan yang berbekas di pipinya. Jeneeta, segera menghampiri ibunya karena menurutnya ini sudah sangat amat kelewatan.
"Ma? Jangan gitu dong, nggak seharusnya Mama kayak begini" ucap Janeeta mengelus pundak Atika.
"Kamu juga?! Sudah Mama prioritaskan malah ikut membangkang kayak adek kamu ini, IYA?!" bentak Atika lalu dengan kasar ia segera menarik lalu menyeret Janeisha masuk ke gudang dan membiarkan ia sendiri di sana.
Janeeta merasa iba hati melihat adeknya di perlakukan seperti itu tetapi ia juga tak dapat berbuat apa-apa baginya ini jauh lebih baik ketimbang pukulan untuk adeknya itu.
Sedangkan Janeisha saat ini sedang duduk di sudut ruangan tersebut sambil nangis sesenggukan, marah, sedih dan juga ketakutan kini bercampur menjadi satu, Janeisha merasa kepalanya yang sangat pusing hingga ia harus tergeletak di lantai yang dingin dan berdebu itu.
******
Gadis itu tertidur di sudut ruangan dengan wajahnya yang basah karena air matanya yang mengalir, sekitar beberapa jam lamanya ia terbangun karena seperti ada seseorang yang mencoba untuk membangunkan ia dari tidurnya.
"Ihh apaan" Janeisha terbangun dan meregangkan tubuhnya saat ia membuka matanya perlahan betapa kagetnya saat melihat anak kecil di hadapannya dengan wajah yang sangat ceria, melihat itu Janeisha segera mundur mencoba menjauhinya.
"Siapa kamu?!" Pekik Janeisha
Anak itu tidak berbicara sama sekali ia hanya tersenyum dan tertawa sedikit menatap dirinya kemudian anak kecil itu berlari ke pintu dan anehnya pintu tersebut tidak terkunci, dengan mudahnya ia keluar dari sana dan Janeisha segera berlari mengikuti anak kecil itu berlari.
"Hei! Kemana kamu?" Janeisha benar-benar di buat bingung tetapi ia tetap mengejar anak kecil itu.
Deg.
Janeisha menghentikan langkahnya melihat Ayah, Mama, dan Kakaknya sedang makan bersama dengan wajah bahagia, ia benar-benar tercengang lalu menghampiri mereka. Janeisha, duduk di kursi kosong yang berada di sebelah Ayahnya dan ia kembali di buat heran karena anak kecil yang ia kejar-kejar sejak tadi kini, sudah berada di hadapannya dan duduk di sebelah Kakaknya.
PRANGGG
Anak kecil itu tak sengaja memecahkan gelasnya seketika Mamanya. Atika, marah besar padanya tak perduli ia anak kecil, Atika membentak-bentak ia dengan sangat keras.
"JANEISHA!!!! HATI-HATI BISA GA? KAMU INI CEROBOH SEKALI! SUDAH BERAPA PERALATAN MAKAN YANG KAMU PECAHKAN HAH?!" Bentak Atika dengan wajah memerah berpeluh keringat.
Anak kecil itu tentunya sangat gemetaran saat mendengar teriakan Mamanya. Aryo, menatap iba pada anak kecil itu lalu bangkit dari duduknya "Atika?! Apa-apaan kamu, dia ini masih kecil"
"Kecil aja terus, ga gede-gede" cetus Atika.
Mereka berdua kini saling berteriak bersautan sedangkan kedua anak itu bersembunyi di kolong meja makan dengan menutup kedua telinganya sembari menangis sesenggukan.
"HENTIKAAAAAAAAAAAANNNN!" Pekik Janeisha dengan wajahnya yang terlihat memerah menahan tangisnya agar kedua orang tuanya berhenti bertengkar.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
JANEISHA
Fiksi RemajaAkun baru cerita baru tolong bantu ramein ya guys🙏 Jangan lupa vote and follow nya Terimakasih 💗