32
Malam hari dirumah Hanbin, Hanbin sedang bermain PlayStation, dia sangat fokus dengan layar TV di depannya. Hao sedang memegang handuk di lehernya. Hanbin menyadari Hao ingin mandi pun menatap Hao.
"Pakai baju barumu yang ku beli kemarin malam, jangan memakai bajumu, kau tidak suka kebesaran kan?"
"Kau membelikannya untukku Hanbin?"
"Ya, Kau mau?"
"Tidak."
Hao pergi memasuki kamar mandi dan mandi, air shower mengalir dan terdengar dari luar oleh Hanbin. Hanbin masih fokus dengan gamenya.
Hao telah menyelesaikan mandinya beberapa menit setelahnya, dia memakai kaos yang Hanbin beli, sangat cocok untuk ukuran pada tubuhnya, Hanbin yang melihat Hao tersenyum karena Hao sudah memakai pakaian yang ia belikan.
Hao menghampiri Hanbin di sofa sambil membawa boneka yang Hanbin kasih, dia menyukai apa yang Hanbin belikan untuknya.
"Kamu sedang main apa?"
"Apakah kamu tau game ini?"
"Apa itu? Wah mobilnya sangat keren, uh bahkan dia bisa mengeluarkan nitro."
"Ini game balap arena, juiced 2, ini game lawas."
"Grafiknya lumayan."
"Benar, konsep balapnya sama seperti kita bertanding, mau coba bermain?"
"Kau saja, aku ingin bermain dengan Zoey"
"Zoey? Siapa Zoey?"
"Lihat!" Hao mendekatkan boneka anjing pomeraniannya ke muka Hanbin.
"Kau sudah ada teman barumu hm?"
"Zoey temanku!" ucap Hao sambil memeluk boneka yang ia beri nama Zoey.
"Jangan sampai lupa dengan pacarmu princess, jangan karena punya temen baru kamu malah melupakan ketampananku." ucap Hanbin dengan pede.
Hao tidak mendengar dan asik bermain dengan teman barunya, Hanbin merasa di hiraukan, lalu melirik Hao.
"Hao, kau mendengarkanku?"
"Apa?" ucap Hao menyadari Hanbin memanggilnya.
"Tidak."
"Oke."
Hao melanjutkan bermain dengan temannya.
"Dia belum semenit sudah melupakan ku dan bermain dengan teman barunya." gerutu Hanbin.
Layar TV tersebut menampilkan permainan yang Hanbin mainkan, Hanbin berhasil mencapai garis finish di posisi pertama dengan mobil yang ia pakai.
Hanbin menatap Hao berharap Hao memuji skill bermainnya, tapi malah Hao sendiri malah asik dengan bonekanya, Hanbin meletakkan stick PS nya di meja dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Hao.
"Hao."
"Ya?"
Hanbin langsung menempelkan bibirnya dengan bibir Hao, membuat yang dicium terdiam, Hanbin memberi sedikit menggigit bibir Hao, Hanbin menidurkan Hao di sofa lalu menciumnya kembali, membuat yang dicium mengkalungkan tangannya di leher jenjang Hanbin.
Hanbin membuat Hao merasakan kenikmatannya yang ia perbuat, membuat lumatan demi lumatan hinggga Hao memenjamkan matanya, berperang lidah hingga bertukar salivanya.
Hanbin menghentikan ciumannya membuat Hao membukakan matanya dan menatap heran.
"Kamu mengabaikanku, seorang princess harus dihukum!"
Hanbin mencium leher hingga perut Hao, membuat Hao geli hingga meminta ampun kepada Hanbin.
"Aaa geli Hanbin! hentikan Hanbin! Ampun aaa geli." Hao merengek pada Hanbin yang tidak memberi ampun kepadanya.
"Teruslah memohon princess, tidak akan ku beri ampun."
Mereka terus melakukan kegiatan mesra mereka, dan terus melakukannya tanpa henti hingga tengah malam.
33
Jiwoong merasa sangat lelah, dia telah mengerjakan pekerjaan yang melelahkan itu, duduk di kursi berjam-jam membuat dirinya ingin beristirahat, Jiwoong melihat Seobin belum pulang dari dalam ruangannya, Jiwoong berdiri dan keluar menghampiri Seobin.
"Kau belum pulang?"
"Ah ini aku sudah selesai tuan."
Seobin mengemasi barangnya dan memasukkan ke dalam tasnya.
"Ini sudah tengah malam, kau pulang sendiri?"
"Iya."
"Biar ku antarkan."
"Tidak perlu tuan, aku bisa pulang sendiri."
"Jangan menolak ku, ini perintah atasanmu, bukan permintaan."
Seobin tidak tau bagaimana untuk menolak atasannya, tetapi dia tidak bisa menolak atasannya jika sudah seperti ini dia harus mengikuti atasannya tersebut.
Jiwoong menuju parkiran mobil, diikuti Seobin, mereka sedang berada di lift, sunyi, mereka bahkan tidak berbincang sepatah kata pun.
Mereka keluar dari lift dan berjalan menuju parkiran, hampir saja sampai, mereka melihat Karina, Jiwoong dan Seobin menghentikan langkahnya.
"Kau ngapain tengah malam berada disini?"
"Mau aku disini sampai jam berapa pun, aku punya akses masuk kesini, aku bermalam disini pun tidak ada yang peduli."
"Tapi aku peduli."
Deg, jantung Seobin seakan berdenyut dengan cepat, Jiwoong mengatakan itu kepada Karina, dia sangat tidak menyukai hal itu, apakah Seobin cemburu? Jika iya dia tidak bisa berbuat apapun untuk menghentikan Jiwoong mengatakan itu pada Karina.
"Tumben sekali, aku hargai kepedulian mu, tapi aku disini mencarimu, kau tumben sekali tidak bertanding, apakah ada yang masalah?"
"Tidak, seharian aku bekerja dengan ratusan kertas dan duduk berjam-jam tanpa henti, aku ingin pulang dan istirahat, kau sudah mendengar penjelasan ku, saat nya pulang, pergilah, atau aku memanggil petugas keamanan."
Jiwoong meninggalkan Karina dan disusul oleh Seobin, dan mereka berdua memasuki mobil nya dan berjalan meninggalkan gedung."
"Ingin sekali aku mencakar mukanya yang sok cool itu."
Karina berjalan lalu terhenti.
"Tunggu, kenapa sekretaris Seobin juga ikut?" Tanya Karina dengan keheranannya itu.
34
"Rumahmu ada dimana?" Tanya Jiwoong.
"Tuan tidak perlu mengantar di depan rumah ku, rumahku berada di dalam gang, saya tidak ingin merusak mobil tuan."
"Tidak apa-apa, tidak akan, aku sering membalap di gang sempit, mobilku tidak lecet sedikitpun, itu karena aku ahli dalam menyetir." ucap Jiwoong dengan bangga
Seobin hanya terdiam dan menikmati perjalanan mereka, sesekali dia ingin merasakan seperti ini berdua dengan Jiwoong.
"Keren sekali." puji Seobin pada Jiwoong.
Seobin menunjukkan arah jalan pulang pada Jiwoong, tidak terasa mereka sudah sampai di depan rumah susun Seobin, mereka berdua turun dari mobil, Seobin berjalan memutar pada mobil Jiwoong dan sekarang dia berada di hadapan Jiwoong.
"Kau tinggal disini?" Tanya Jiwoong.
"Iya."
"Ini pertama kalinya aku kerumah mu."
"Be-benar."
Jiwoong memegang kepala Seobin dan mengusap rambutnya, Seobin sontak kaget, dia tidak menyangka Jiwoong akan mengusap kepalanya dengan lembut.
"Terimakasih sudah bekerja keras denganku, kau partner paling baik yang ku kenal, maafkan aku, aku bahkan baru tau rumahmu saat ini padahal kau bekerja dengamu sudah lama."
"Ahh tidak perlu meminta maaf tuan, rumah ku kecil, tidak perlu mampir tidak apa, aku berterima kasih kembali tuan selalu memuji kerja keras ku." Jawab Seobin.
Jiwoong tersenyum, dia menarik tangannya dari kepala Seobin, dia merasa bangga mempunyai sekretaris seperti Seobin, dia bahkan menyadari Seobin selalu mencemaskannya.
"Ini sudah malam, kau tidak masuk?"
"Aku akan masuk jika tuan pergi duluan."
"Udah tidak perlu dipikirkan, aku pulang yah."
"Baik tuan, hati-hati dijalan."
Jiwoong tersenyum dan memasuki mobil dan menyalakannya dan pergi meninggalkan Seobin.
Seobin pun memasuki rumah susunnya dan langsung merebahkan tubuhnya nya diatas kasur.
"AAAA." Dia berteriak kesenangan.
Dia memikirkan bagaimana perlakuan atasannya itu, mengusap kepalanya dengan lembut, memujinya, bahkan mengantarnya pulang dengan mobilnya.
Dia berharap suatu saat nanti dia bisa merasakan seperti itu sekali lagi, minimal untuk ke dua kalinya, atau tidak selamanya seperti itu, pikir Seobin.
35
Pagi hari bengkel dibuka mulai pukul 7 pagi, Jay baru datang tetapi dia tidak memakai montirnya, dia ingin bertemu Keita, barangkali Keita belum bangun, dia menghampiri tempat biasa Keita tidur, dia lebih hobby tidur di bengkelnya dibanding dirumahnya, rumahnya jauh dan orang tuanya selalu membuat dirinya bikin tidak nyaman.
Jay datang ke ruangan yang biasa Keita tidur, tetapi tidak ada, ruangan itu sepi, hanya meja kantor, sofa, rak, meja, pot tanaman dan ada kasur lipat berserta selimut yang biasa Keita pakai untuk tidur.
Jay melihat pengurus administrasi yang sudah berada di tempatnya sepagi ini, dia menghampirinya yang sedang berkaca merapihkan bulu mata nya.
"Apa kau melihat Keita?"
"Sssttt, aku sedang fokus."
Jay menatap heran, bisa-bisanya dia menyuruh untuk diam.
"Hei kau melihat Keita? Jika Iya dimana dia?"
Administrasi itu berhenti melakukan kesibukannya.
"Aku tidak melihatnya."
"Baiklah, jawaban yang bagus Gabby."
"Tunggu, apa katamu? Gabby? namaku Giselle, aku heran orang sepertimu melupakan seorang gadis cantik yang bekerja di tempat yang sama tetapi tidak mengingat nama nya." Kesal Giselle.
"Baiklah Giselle, mukamu setiap tahun selalu berbeda, hingga aku berpikir kontrak bekerja sebagai administrasi hanya satu tahun lamanya."
"Ah itu karena setiap tahun aku merubah penampilan ku menjadi cantik dan berbeda, kau lihat ini."
Giselle mengambil note buku yang berukuran yang besar seperti buku jurnal, dia membuka halaman yang terpampang fotonya.
"Kau lihat? di foto ini muka ku berbeda-beda itu karena dokter selalu bisa merubah nya dengan baik, aku yakin kau tertarik dengan ini, kau lihat mukaku sebelum berubah di tahun 2018 berumur 18 tahun mukaku sangat berbeda bukan? lalu aku pergi ke dokter pada tahun 2019 ketika aku berumur 19, Aku tekat mengubah mukaku langsung berubah menjadi cantik bukan? dan dua tahun setelahnya aku pergi lagi untuk merubah mukaku pada tahun 2021, kali ini operasinya lebih mahal, tetapi aku senang tahun itu aku sangat cantik dan langsing, dan aku merubah lagi di tahun 2022 akhir dan ini tahun 2023 aku mengeporasi kan hidung ku lebih mancung dan sedikit membuat mukaku sedikit kecil, dan tahun ini liburan musim panas aku mengubah muka dan sekaligus body ku menjadi lebih ramping." ucap Giselle dengan tersenyum dengan penjelasan yang sangat panjang lebar sambil menunjukkan fotonya dari tahun ke tahun membuat Jeno terheran-heran dan mengernyit dahinya.
"Waw kau banyak duit yah ternyata, padahal kau hanya bekerja disini." Tanya Jay dengan heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fast & Love [HAOBIN]
FanfictionMenceritakan kisah balap liar yang berakhir dengan rasa yang aneh, saling tidak kenal, menyukai, dan saling menyukai, dan berakhir menjadi sepasang kekasih. BXB AREA!!! ☁️ Haobin area!!! 🍭 Pemain support juga akan ada selain mereka! Happy reading ❤️