Sponsored

57 8 2
                                    

"Kamu kenapa Hao? Habis menangis? Apa yang terjadi?" Tanya Hanbin yang cemas pada Hao.

"Aku baik-baik saja, aku tidak menangis." Balas Hao yang berbohong.

"Jangan berbohong, ayo kita keluar dari sini." Ucap Hanbin menarik tangan Hao keluar dari restaurant tersebut.

Hanbin dan Hao keluar dari restaurant tadi, dan mereka pun berjalan tanpa tujuan arah yang mereka tuju.

Sesampainya Hanbin membawa Hao kedalam hotel mereka, keduanya berada di dalam hotel dan Hanbin langsung memeluk Hao dengan erat.

Entah mengapa Hao tanpa disadari dirinya menangis, pelukan hangat yang ia butuhkan saat ini dan membuat dirinya menangis dalam pelukan Hanbin.

"Menangislah Hao, jangan dipendam emosimu itu, keluarkan semuanya dan ceritakan padaku." Ucap Hanbin sambil mengelus kepala Hao.

Tangisan Hao masih berlangsung beberapa menit, Hanbin masih setia menunggunya reda sampai membuat Hao sudah merasa tenang.

Setelah merasa tangisannya reda, Hao merasa tenang, dia melihat baju Hanbin terlihat basah karena ulahnya, Hao kemudian melepaskan pelukannya.

"Bajumu basah." Lirih Hao.

"Tidak apa, aku senang kamu bisa meluapkan semua emosimu dengan baju ini." Ucap Hanbin tersenyum.

Setelahnya mereka berdua terduduk di sofa, Hao sibuk mengelap air mata dengan tisu sementara Hanbin masih mengelus kepala Hao dengan lembut.

Hening beberapa menit hingga Hanbin masih memperhatikan wajah Hao yang lembab itu, dia tetap akan menunggu hingga princessnya itu merasa lega untuk menceritakan semuanya.

Merasa tenang Hao mulai menggenggam tangan Hanbin, merasa digenggam Hanbin membalas genggamannya tersebut, Hao merasakan energinya terisi kembali setelah menggenggam tangan Hanbin, baginya Hanbin memang tempat dirinya merasakan kehangatan dan merasa seperti ia kembali ke rumah.

"Hanbin." Lirih Hao.

"Kenapa hm?" Tanya Hanbin.

"Maafkan aku."

"Tidak usah dipikiran Hao, aku lebih senang bisa menenangkan dirimu, perlahan saja hm?" Ucap Hanbin sambil mengecup kelopak mata Hao dengan lembut.

Hao perlahan terdiam, hening kembali dan berlangsung beberapa menit hingga Hao mulai menceritakan apa yang ia rasakan selama ini.

"Aku sebenarnya mempunyai orang tua, ibuku bekerja di pasar sebagai pemotong daging, dia selalu dibayar setiap hatinya tetapi itu tidak cukup, walau pekerjaannya berat tapi dia tetap menerima hasilnya dan berusaha untuk mencukupi kebutuhan selama sebulan penuh." Ucap Hao sambil memegang dadanya yang merasa menyakitkan.

"Ibuku mulai bekerja setelah ayahku berhenti bekerja karena sakit-sakitan hingga sekarang dan masuk rumah sakit, aku sudah melarang ibuku bekerja, biarkan aku saja yang mencari uang, dan aku meminta ibuku tinggal bersama ku tetapi dia selalu menolak dan lebih memilih menemani ayahku dan bekerja keras dan tidak ingin menyusahkanku, dia memanggilku hanya untuk meminta uang saja." Lanjut Hao dan kembali menetaskan air matanya perlahan.

"Dan sekarang tagihan rumah sakit semakin tinggi, gaji ibuku tidak cukup untuk dirinya sendiri, ayahku selalu berulah dia ingin meminta pulang atau tidak usah dirawat dan biarkan dia mati tanpa harus disiksa dengan peralatan rumah sakit seperti suntikan, aku juga tidak mengerti tapi sepertinya menyakitkan." Lanjut Hao.

"Awalnya aku berniat menjual mobilku serta rumahku untuk biaya ayahku, tapi ibuku selalu melarang dan percuma karena ayahku tidak akan sembuh karena duit yang banyak dan ibuku bilang kata dokter hanya menunggu waktu." Jelas Hao sambil memeluk Hanbin.

Fast & Love [HAOBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang