Kenapa..? - 9.

164 16 0
                                    

Di suatu siang. Langit terlihat gelap, tidak seperti biasanya. Suasana rumah terasa suram tak seperti biasanya.

Knock knock!!

Terdengar suara ketukan pintu dari arah kamar Ice, tapi sayangnya dari dalam tidak ada yang menjawab. Sunyi, Sepi, Senyap. Orang itu pun tetap mencoba mengetuk pintu itu, 1x 2x tak kunjung terjawab semua ketukan itu.

"Ice..? Buka pintunya." Ucap seseorang, tidak ada jawaban. Sunyi. "Gue dobrak ya..?" Orang itu hendak mendobrak pintu itu tetapi pundaknya ditepuk oleh Kakaknya, Halilintar.

"Mau ngapain, Blaze?" Tanya Halilintar ke anak itu.

"Mau dobrak pintu, dari tadi aku ketuk ga ada jawaban. Ice gatau lagi ngapain.." Jawab Blaze dengan nada khawatir.

'Ah iya. Ice tidak ikut kumpul tadi. Pantas saja dia khawatir.' batin Halilintar.

Saudara temperaturenya itu berada di dalam kamar tersebut tetapi kamar serasa sunyi. Kini bergantian Halilintar coba mengetuk pintu tersebut, hasilnya nihil seperti ketika Blaze mengetuk pintu itu.

"Ice buka pintunya." Lagi lagi nihil, seperti tidak ada kehidupan. "Sebenarnya Ice dimana?" Tanya itu sambil menatap ke arah Blaze. Blaze menggelengkan kepalanya.

"Terakhir di kamar. Dia bilang nanti dia ikut kumpul, tapi sampai sekarang ga keluar keluar." Jawab Blaze dengan nada sedih, 'kok Ice bohong ke Aze si..?' batin Blaze.

- Flashback ◍

"Ice!! Ayo kumpul!" Ucap Blaze selaku kembaran Ice.

"Ah. Em.. nanti aku nyusul, masih mau di kamar." Jawab Ice dengan sedikit rasa putus asa.

Blaze lalu merangkul Ice dia khawatir dengan keadaan Ice, tetapi Ice tetap berlagak seperti dia baik baik saja.

"Ice kenapa?"

"Gapapa ko, kan udh aku bilang."

Fisik Ice sedikit pucat, kulitnya memucat terlihat sedikit luka di bagian lengan Ice. Bibir dan mukanya terlihat pucat sepucat mayat, apakah Ice benar benar baik baik saja?

'Dia lagi di fase apa?' membatin Blaze sambil meratapi kembarannya itu.

"Ice.. lagi sakit, ya?" Tanya Blaze dengan khawatir.

"Ga Aze, Ice ga sakit. Kamu kumpul aja." Jawab Ice tetap dengan nada putus asanya.

'nyesel.' batin Ice di dalam hatinya.

"Yaudah..? Aku tinggal kumpul. Kamu juga kumpul nanti"

Ice hanya mengangguk, melihat punggung Blaze yang semakin lama semakin menghilang.

'maafin gue ya?'

- Flashback End ◍

Sekarang di depan kamar Ice dan Blaze ada Blaze, Halilintar, Gempa dan Thorn. Solar sibuk dengan ramuan anehnya kalau Taufan sedang pergi keluar, sendirian. Mereka semua tetap berusaha mengetuk pintu itu, ya hasilnya tetap nihil kaya di ruangan itu ga ada orangnya. Seketika ketukan itu menjadi gedoran.

"Ice! Buka pintunya!" Bentak Halilintar, Gempa hanya berharap dan tetap menunggu pintu itu di buka. Sedangkan Thorn hanya mengusap punggung milik Blaze.

"Tungguin aja ya?" Mendengar ucapan itu, Blaze hanya mengangguk pelan.

'Tadinya gue seret aja lo Ice, sekarang lo bikin khawatir keluarga.' batin Blaze dengan rasa kesal tersendiri.

"AGHH! DOBRAK AJALAH NJING!" Setelah mengatakan itu Blaze langsung mendobrak pintu itu. 1x cobaan, nihil. 2x cobaan tetap nihil. "BRENGSEK NI PINTU DI BUAT PAKE APA SI? KERAS BANGET!" Blaze berkata itu sambil menendang-nendang pintu yang didepannya dengan kencang. Lalu dia mencoba dobrak sekali lagi.

Brak!!

"KAYA GINI KEK DARI TADI! ICE LO DI MANA?!" Ya, pintu itu terbuka. Pintu yang dia dobrak copot dari bingkai pintunya, Blaze langsung menerjang masuk ke dalam kamarnya. Dan terlihat... Ice seperti tertidur.

"Ice... Tidur?" Blaze mendekati badan Ice, dia sedikit tak percaya biasanya sepelan apapun suara dia pasti terbangun, apalagi yang sekencang tadi? Mungkin udah jantungan.

"Ice?" Blaze mengusapkan tangannya ke pipi milik Ice, Dingin. Dia mengangkat dagu milik Ice dan memperlihatkan bibirnya sudah mulai pecah pecah dan pucat putih.

'Ah.. kalo inimah dia sakit..' batin Blaze. 'Tapi kenapa dia ga bilang-bilang?' lanjutnya. Blaze mengusap usapkan telapaknya ke dahi Ice, biasanya Ice akan bereaksi entah dia berganti posisi atau mengambil tangan yang mengusap dahinya itu, tetapi nihil Ice tetap diam saja. "Jarang sekali.." Gumam pelan Blaze.

"Gempa... Ice sakit.." Dia menjeda perkataannya dan menghadap ke arah Gempa. "Dia dingin banget.." Blaze berkata itu sambil berlinang sedikit air mata lalu menghadap kembali ke arah Ice "Dia ga bilang kalo dia lagi sakit.."

"Ice Bohong."



End.

- Impostor 。 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang