Story Telling - 21.

121 14 0
                                    

Dia mendengus kesal. "Ck, big sorry." Halilintar memotong talinya dan menurunkan jasad adiknya itu, lalu berucap "Gue ga sengaja, ini buat maling malah lo yang kena." Lalu Halilintar membelai kulit putih Thorn, sudah dingin, terlalu lama diluar ya? Maaf.

"Tapi kenapa mulutmu jadi lebar?—" jedanya sembari membuka talinya dan meraba perut Thorn, lalu dia melihat ke arah telapak tangannya. "Terus kenapa perutmu ada noda darah?" Halilintar menghela nafas pelan dan membawa jasad adiknya masuk kerumah.

"Gimana? Thorn mau gue mandiin dulu" Ucap Halilintar ke Gempa, Gempa yang sedang menenangkan kedua adiknya malah panik "BANG! KENAPA GA DI TARUH MANA DULU ITU JASADNYA? MEREKA MAKIN MERASA BERSALAH!" Halilintar hanya nyengir ngeselin ke arah Gempa lalu pergi meninggalkan ketiga adiknya sedangkan Gempa mendengus kesal karena kelakuan kakaknya.

"Bodoh kali." Gempa mengelus kepala kedua adiknya itu lalu berkata. "Udah ya? Jangan nangis lagi..." Tangan Gempa digenggaman oleh Solar lalu tangannya diturunkan dari kepala Solar. "Thorn..." Gempa tersenyum tipis lalu membelai lembut pipi Solar " Udah ya? Thorn udah tenang." Terlihat dari muka Solar, sepertinya dia merasa sangat bersalah.

Blaze hanya menundukan kepalanya, pastinya Blaze sangat sedih akan berpulangnya Thorn dan dia masih merasa bersalah tentang apa yang dia alami. Dia sudah diperingatan tetapi dia menganggapnya seperti hal ini sepele? Dia memainkan jarinya, dan berharap agar tidak kembali seperti yang terjadi 5 tahun lalu.

"Blaze?" Ucap Gempa sembari memukul pundaknya pelan. "Hey, you okay?" Blaze hanya diam sembari menatap ke arah Gempa. "Ga paham." Jawab Blaze lalu mengalihkan pandangannya, pastinya. Orang pelajaran Bahasa Inggris selalu bolos kekantin. Gempa hanya terkekeh pelan lalu membelai rambut halus milik si sulung temperatur itu.

"Jangan kembali kejalan yang salah ya? Semua ini bukan kesalahanmu." Blaze hanya mampu menganggukan kepalanya.

— Di kamar Blaze.

Blaze hanya terdiam, duduk disudut tembok kamarnya sambil merenung. Blaze gatau apa apa, dia kira itu hanya peringatan yang bisa dia cegah. Nyatanya langsung terjadi diesok harinya. Dia menatap kearah telapak tangannya, dia bosan dan mulai memainkan tangannya. Membuka tutup tangannya, menulis-nulis di lantai, dan menggigiti kukunya.

Knock knock.

"Ga di kunci." Pintu kamarpun langsung terbuka, terlihat yang memasuki ruangan adalah Solar. Solar menutup pintunya dan berjalan pelan ke arah Blaze. Blaze yang melihat itu merasa tak heran lagi "Napa?" Pertanyaan itu tak di jawab Solar, melainkan Solar duduk di sebelah Blaze dan menidurkan kepalanya ke bahu Blaze.

"Ah elah, kaya bocah lo" Ucap Blaze sambil mengelus rambut Blaze, dia berucap seperti itu sambil terkekeh kecil. Sedangkan Solar remain silent. "Gue tau lo merasa bersalah, tapi lo ga salah." Ucap Blaze dengan nada pelan, memindahkan tangannya untuk perangkul adiknya.

"Gue... gue salah, bang" Dia menegakan badannya dan menghadap ke arah Blaze dengan muka melasnya. Blaze menatap adiknya dengan muka penasaran dan heran. "P– padahal Thorn ke mimpi aku..." Solar memainkan jarinya.

"Maksudmu?"

"A– aku ceritain.., ya?" Blaze menganggukan kepalanya.

— Solar's Dreams – ✧

"Gelap..." Solar berjalan dijalan yang tak ada ujungnya itu, dia memeluk badan dia sendiri. "Dingin..." Dia menggosokan kedua tangannya kelengan dia dan menundukan kepalanya.

'Solar.' Panggilan itu memancing perhatian Solar, Solar menghadap ke arah sumber suara. "S- siapa...?" Tanyanya, suara dia seperti bergetar, Solar takut dengan hal yang gelap walaupun dia anggota Almaraja dengan elemen cahaya.

"Aku." Sosok itu menunjukan dirinya, dia menyatukan tangannya di belakang punggungnya. Dia datang dengan muka memelasnya, tak lama dia tersenyum kecil.

"Maaf." Ucapnya tetap menatap ke arah Solar, Solar hanya terdiam membeku, dia tak dapat mengeluarkan sepatah katapun.

"T- thorn..?" Thorn menangguk, Solar tak bisa mengeluarkan kata kata lagi. Tangannya mulai berangan-angan seakan-akan tangannya akan mencapai kearah Thorn.

"Ga bisa." Thorn menundukkan kepalanya dan tangan Solar yang berangan-angan terhenti.

"M- maksudmu...?"

"Temui aku dihalaman belakang." Solar tentu heran dengan perkataan Thorn.

"K- kamu kemana aja..?"

"Temui aku dihalaman belakang." Thorn mengulangi perkataannya, Solar hanya menghela nafas pelan. Pundaknya serasa tertarik dari belakang dan terbanting.

Saat itulah Solar terbangun dari tidurnya.

— Off from Solar's Dream. – ✧

"N- nah, gara gara itu. Solar bisa nemuin Thorn." Solar bercerita panjang x lebar x tinggi, sedangkan Blaze hanya mengangguk paham tentang apa yang di ceritakan oleh Solar.

"Mimpi kita ga jauh beda." Blaze menggenggan erat pundak adik bontotnya itu, lalu tersenyum tipis. "Gue juga di beri peringatan, tapi sepertinya lo yang tau lebih dulu. Karena lo yang di beri tau langsung oleh Thorn." Blaze menarik adiknya mendekat dengan dirinya lalu memeluk erat adiknya.

"Itu artinya–" Blaze menjeda perkataannya untuk menghela nafas pelan. "Thorn sayang lo, dan dia tau kalau lo bakal nurut sama dia. Karena itu dia kasih tau ke lo duluan." Dia mendorong pelan tubuh Solar, terlihat pipi Solar sudah basah karena tangisnya.

Blaze tersenyum tipis lalu kembali menarik tubuh Solar untuk memeluknya "Sekarang, gue bakal jadi pengganti Thorn. Lo bisa luapin unek-unek lo ke gue, gimanapun gue tetep anggota keluarga Almaraja dan pastinya gue tetep kakak lo." Solar membalas pelukan Blaze dan mulai menangis di hangat pelukan Blaze.

"M- makasih..."


End.

- Impostor 。 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang